Peringatan Dini Tsunami Bikin Warga Panik: Begini Permintaan Gubernur
Gempa berkekuatan 7 Skala Richter yang mengguncang Sulawesi Utara dan Maluku Utara Minggu (7/7/2019) pukul 23.17 Wita.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Gempa berkekuatan 7 Skala Richter yang mengguncang Sulawesi Utara dan Maluku Utara Minggu (7/7/2019) pukul 23.17 Wita. Masyarakat di kedua provinsi ini sempat panik menyusul informasi gempa berpotensi tsunami.
Dua jam kemudian baru dinyatakan aman meski banyak yang sudah mengungsi. Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan, daerah Nyiur Melambai punya alat mendeteksi tsunami. Pemerintah selalu koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). "Kita akan ada alat melihat datangnya tsunami," kata dia, Senin kemarin.
Alat deteksi itu sebagai bentuk antisipasi, masyarakat tentu diminta tidak panik saat terjadi gempa. Selain itu, Olly menekankan, sejarah di Sulut belum pernah ada kasus tsunami setelah Kemerdekaan RI.
Baca: Tanyakan Komitmen Presiden: Ini yang Dilakukan Baiq Nuril
"Di Sulut sejak RI berdiri belum pernah ada tsunami," ujar dia. Kata Olly, bukan berarti masyarakat lengah, tapi tetap harus waspada. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut Joi Oroh mengatakan, BPBD terus berupaya untuk membuat masyarakat tangguh bencana. "Kita terus sosilisasi bagaimana masyarakat bertindak saat terjadi bencana, kita punya anggaran baik di provinsi maupun kabupaten kota," kata dia.
Pelatihan seperti tsunami drill terus dilakukan tiap tahun, bahkan akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini. Termasuk menyiapkan penunjuk arah dan keterangan jalur evakuasi yang belakangan masih minim. "Jalur evakuasi, nanti patungan, kalau kabupaten/kota belum nanti provinsi, sudah ada tapi banyak yang rusak," ujar dia.
Abraham F Mustamu Kepala Stasiun Geofisika Pusat Gempa Regional X melalui Muhammad Juang, Staf Operasional Pengamat Meterologi Geofisika mengatakan, terjadi gempa susulan. Di rentan tengah malam hingga 08.59 pagi sudah terjadi puluhan kali gempa susulan (lihat grafis). "Sudah di-update terjadi 48 kali gempa susulan, lokasi pusat gempa masih di seputaran situ (kedalaman laut)," ujar dia.
"Namun demikian masyarakat tetap waspada terhadap gempa bumi susulan, tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," ungkap dia.
Sejumlah masyarakat Desa Kema 1, Kema 2 dan Kema 3, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara meninggalkan rumah dan barang berharga, Minggu malam hingga Senin dini hari.
Warga yang mengungsi hanya pakaian di badan, menggendong anak kecil, bayi dan memegang erat tangan anak mereka menuju tempat yang aman. Warga mengungsi ke arah Desa Kauditan di Persimpangan Kauditan sambil menggunakan kendaraan roda dua, roda empat dan berjalan kaki.
"Sudah tidak bawa barang-barang cuma diri, mengungsi karena warga lainnya sudah teriak agar pergi lari mengungsi," kata Ibu Iya, warga Jaga V, Desa Kema 3 yang menggendong cucu. Sebelum lari mengungsi, mereka sempat merasakan getaran gempa yang sangat kencang. Banyak yang sudah tidur terkejut lalu bangun.
Baca: Rupiah Lemah Efek Sikap The Fed
"Rumah kami persis dekat pantai," tambahnya.
Bambang, warga Desa Kema 1, mengangkut banyak warga yang lari dari rumah menggunakan mobil pick up. "Ada informasi tsunami, jadi warga di Desa Kema 1 dan Kema 3. Jam 11.30 malam menerima informasi ada tsunami sehingga langsung mengungsi bersama masyarakat ke tempat aman," kata Bambang.
Ia bersama sejumlah masyarakat tidak sempat membawa serta barang berharga. Hanya sebagian harta benda yang bisa dibawa, yang lainnya ditinggalkan. Ibu-ibu lainnya yang ditemui di atas kendaraan pick up mengaku berasal dari Desa Kema 3. Mereka mendapat informasi pasca gempa bumi berpotensi tsunami. Di antara warga di mobil pick up, ada yang mengendong anak bayinya sambil menyusui.
"Lari ke tempat aman karena warga Desa Kema 3 sudah lari karena mau tsunami jadi kami ikut lari," kata Vicky, warga Desa Kema 2 yang rumah dekat pantai. Vicky tidak sempat membawa serta harta benda. "Cuma bawa akta, surat-surat dengan anak-anak punya surat," tandasnya.
Nontje Kapotih, warga Desa Kema 2 lainnya yang dijumpai di lokasi pengungsian nampak sedang berjalan tanpa memakai alas khaki. "Ada mengungsi dari Kema 2. Mengungsi karena takut tsunami," kata Nontje spontan saat bersua dengan tribunmanado.co.id. Tidak ada informasi pasti yang diterimanya. Hanya takut pasca gempa sehingga spontan pergi mengungsi ke tempat yang aman. "Hanya pakaian di badan yang dibawa dari rumah," tandasnya.
Ketiga desa ini berada dekat pantai yang berhadapan langsung dengan Laut Maluku, sumber gempa. Terpantau mereka pergi meninggalkan rumahnya dalam kondisi gelap gulita karena listrik padam.
Ada yang berjalan kaki sambil memegang anak kecil, gedong balita, naik motor tiga orang hingga menggunakan kendaraan roda empat pickp up dan tertutup. "Selain di Kauditan ada warga Kema 3 mengungsi di Minawerot," kata warga lainnya yang melintas di persimpangan Kauditan.