Peringatan Dini Tsunami Bikin Warga Panik: Begini Permintaan Gubernur
Gempa berkekuatan 7 Skala Richter yang mengguncang Sulawesi Utara dan Maluku Utara Minggu (7/7/2019) pukul 23.17 Wita.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Selain itu, sesuai SOP disiapkan pula jalur evakuasi. Ia mengakui, belum semua lokasi terpasang tanda jalur evakuasi. Masih butuh lebih banyak. Jalur evakuasi itu, nanti menunju ke tempat aman, yakni ke tempat lebih tinggi. "Misalnya di jalan 17 Agustus," ungkap dia.
Kepala Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Kota Manado Maximilian Tatahede mengatakan, memiliki jalur evakuasi tsunami di sepanjang Teluk Manado.
"Jalur evakuasi dari arah Sario naik ke Bumi Beringin, kalau di pusat kota ada jalur ke Sintesa Peninsula Hotel, kalau dari arah Kawasan Megamas itu Jalan TNI ke atas, kemudian untuk dari arah Bahu Malalayang banyak (jalur)," jelasnya kepada tribunmanado.co.id, Senin kemarin.
Ia mengatakan, pihaknya sudah meletakan rambu-rambu khusus jalur evakuasi. Dalam waktu dekat akan kembali memperbaharui rambu tersebut. "Waktu itu kita sudah meletakan rambu-rambu jalur evakuasi tapi nanti kita akan perbaharui kembali," ujarnya.
Ia mengatakan, dilihat dari antusiasme masyarakat saat pembekalan sosialisai dan simulasi hanya pihat tertentu yang mendengarkan dengan seksama.
"Kalau tidak kejadian mereka seperti tidak mau mendengarkan sosialisasi dan cuek-cuek saja saat ada pembekalan," ujarnya.
Ia menjelaskan, dengan kejadian gempa yang di rasakan hingga di Kota Manado semalam saat warga diberikan pembekalan mereka sangat antusiasme mendengarkan.
Micler Lakat, Sekretaris Daerah Kota Manado mengatakan, pusat gempa bumi 157 km dari Manado berada di posisi Laut Maluku. "Masyarakat Manado pada prinsipnya cukup tenang karena di Manado juga pernah terjadi beberapakali gempa yang imbas dari wilayah yang dikatakan tidak terlalu jauh tapi getarannya sampai di Manado," katanya.
Ia mengimbau kepada masyarakat Manado agar tetap tenang dan mencari tempat aman. "Untuk masyarakat Kota Manado tetap tenang cari tempat-tempat yang aman" imbaunya.
Ia menambahkan, saat ini di Kota Manado sudah memiliki kampung siaga bencana. "Saat ada bencana seperti gempa, masyarakat bisa mencari tempat yang aman, karena kan sudah ada beberapa kecamatan dan kelurahan yang dijadikan tempat evakuasi atau kampung siaga bencana, itu dikoordinasikan dengan kecamatan dan kelurahan terkait," bebernya.
Faizi Puja Sukmana, Manager Operasional Mega Jasakelola mengatakan, di Kawasan Megamas tak terjadi kerusakan infrastruktur dan tidak ada korban jiwa akibat gempa. "Tidak ada kerusakan apa-apa di kawasan dan tidak ada korban jiwa maupun yang terluka, yang ada hanya kepanikan mereka keluar," ujarnya.
Derdinand Turambi, Leader Security mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan anggota satpam lainnya apabila terjadi bencana seperti kebakaran ataupun gempa. "Kami selalu siaga, anggota selalu berkoordinasi setiap waktu," ujarnya.

Tsunami Drill Harus Rutin
Pengamat sosial dari Unsrat, Jefry Paat mengatakan, kondisi di lapangan, gempa nyatanya membuat kepanikan masyarakat. Ketakutan menyebabkan kepanikan merupakan hal manusiawi, apalagi masih lekat di benak warga bencana tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, setahun silam. Bencana itu memporak-porandakan kota dan menelan banyak korban jiwa.
Potensi bencana jadi bagian yang tak terpisahkan ketika manusia hidup di kelilingi lempeng bumi. Saat ini, yang harus dikuatkan bagaimana masyarakat itu jadi tangguh bencana.
Tangguh dalam artian saat terjadi bencana, masyarakat sudah siap betindak, bagaimana cara menyelamatkan diri atau malahan harus bertahan hidup.
Kesiapan mental ini bisa meminimalisir ketakutan, sehingga saat terjadi bencana bisa berpikir jernih, tidak bingung dan tidak panik karena tahu apa yang akan dilakukan. Misalnya, saat ada di tepi pantai, bagaimana secepatnya mengambil langkah menyelamatkan diri. Tangguh bencana ini tidak diperoleh serta merta, tapi peran serta pemerintah yang wajib memberi sosiliasi ke masyarakat.
Sosialisasi pun tak cukup. Harus disertai dengan latihan rutin, semiasal tsunami drill. Itu pun harus rutin, supaya menanamkan bagaimana masyarakat jadi tangguh bencana. Buat masyarakat familiar dengan langkah-langkah keselamatan. Semisal, saat dibunyikan alarm tsunami masyarakat sudah tahu harus berbuat apa. Jangan malah karena ketidaktahuan, alarm bencana jadi malah bikin panik.
Pemerintah juga wajib menyiapkan infrastruktur kebencanaan, karena selain masyarakat pemerintah harus siap. Paling konkrit, apakah jalur evakuasi sudah disiapkan, gedung-gedung di Sulut sudahkan tahan gempa. Sistem peringatan dini, apakah sudah mumpuni.
Saat ada peringatan tsunami, apakah semua masyarakat bisa mendapat informasi. Sejauh ini informasi mengenai peringatan dini tsunami cepat beredar lewat aplikasi media sosial, langkah positif menjangkau masyarakat. Lalu bagaimana dengan masyarakat yang belum dibekali teknologi smartphone. Semua ini harus dipikirkan juga, dicarikan solusi.
Berusaha Tenang
Tak sedikit warga Kota Manado panik ketika gempa Minggu (7/7/2019) malam. Tapi ada pula yang mencomba tenang namun tetap waspada. D'palm Aambong satu di antara warga
yang berusaha tetap tenang.
"Berasa sekali gempanya, berasa seperti ayunan, apalagi gempa berkekuatan 7,0 Skala Richter, tapi saya tetap berusaha untuk tenang dan berfikir positif," ujar wanita asal Kota Bitung kepada tribunmanado.co.id, Senin kemarin.
Alena, sapaan akrabnya, cepat siaga menjaga akan kemungkinan adanya gempa susulan. "Berusaha tenang dan tetap siaga barangkali ada gempa susulan," ujar wanita kelahiran Bitung 26 Desember 1994 ini.
Putri pasangan Robert Aambong dan Selvi Riwulare itu mengatakan, tetap siaga untuk terhindar dari hal lebih buruk lagi. "Bukannya panik tapi dalam kondisi seperti itu harus tetap tenang, karena di saat seperti itu kalau dihadapi dengan panik terkadang tidak bisa berpikir yang jernih untuk mencari tempat berlindung yang aman," beber lulusan D4 Akuntansi Politeknik Negeri Manado ini.
Wanita yang suka main gitar itu menambahkan, ia terus pantau media sosial rermasuk media online dan BMKG. "Tetap pantau pemberitaan di media online dan BMKG kalau nantinya ada gempa susulan atau peringatan dini adanya tsunami," ujar Secretary Food & Beverage Lion Hotel and Plaza Manado.
Pemilik akun Instagram @alenadpalm berharap tidak ada gempa susulan maupun peringatan dini adanya tsunami untuk wilayah Manado. "Semoga tidak ada lagi gempa dan tidak ada lagi peringatan dini adanya tsunami," ujar pemilik akun Facebook D’palm Aambong.
Lari ke Masjid hingga Mengaku ‘Dosa’
Informasi gempa berpotensi tsunami menyebar di publik. Mulai dari mulut ke mulut, media online, televisi dan media sosial. Tempo singkat, kepanikan melanda ribuan warga yang mendiami pesisir pantai Bungin di Desa Lolak, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong, Minggu (7/7/2019). Warga pun berlarian keluar kampung.
Tempat yang dituju adalah bukit yang jaraknya sekira 4 kilometer. Orang tua serta orang sakit dibopong. Anak-anak digendong ibunya. Dalam paniknya, banyak warga tak sempat membawa harta benda. Yang sempat membawa pun hanya seadanya saja.
Kebanyakan surat berharga serta sedikit pakaian. Bak koor, nama Allah disebut beramai-ramai oleh warga yang dilanda panik. Tak semua warga lari. Beberapa warga justru lari ke masjid yang berada di pesisir pantai. "Banyak yang lari ke masjid padahal masjidnya hanya beberapa meter dari pantai, kebanyakan yang sudah berusia uzur, di sana mereka berdoa," kata Umar
Paputungan, seorang warga.Beber Umar, ketakutan membuat bukit mudah didaki. Padahal bukit tersebut sangat tinggi. "Anehnya kami tak lelah," kata dia. Di atas bukit itu, banyak warga berdoa. Banyak yang mengaku salah, baik kepada istri, anak maupun tetangga. "Kami merasa maut sudah dekat sekali, bukit ini rasa-rasanya takkan sanggup membendung tsunami," kata dia.
Tak lama kemudian datang pemberitahuan pemerintah yang menyatakan tidak ada tsunami. Wilayah Bolmong ternyata tidak masuk daerah siaga. "Memang gempanya tidak terasa kuat, tapi karena lihat di televisi kami langsung panik," kata Imam, warga lainnya. Warga pun balik rumah. Meski dengan waswas. Banyak warga ke masjid untuk berdoa. "Kami semua minta ampun pada Tuhan, takjub pada kemahakuasaan-Nya," kata dia.
Masih dilanda trauma gempa, beberapa warga memilih begadang untuk berjaga dari segala kemungkinan.
Kaban BPBD Bolmong melalui Humas Abdul Paputungan mengatakan, gempa 7 SR yang mengguncang Sulut pada Minggu malam, tak mendampak di Bolmong. Ia mengakui terjadi sedikit kepanikan di kalangan warga. "Tapi bisa kami tenangkan, tak ada kerusakan terjadi," beber dia.
Menurut dia, pihak BPBD masih memantau situasi. Jika ada gempa susulan yang mengancam, pihaknya akan segera memberi informasi pada warga. Dikatakan Paputungan, meski tanpa early warning system (EWS/sistem peringatan dini), pihaknya sudah punya standar operasional prosedur (SOP) penanganan bencana tsunami. Peringatan tsunami dari provinsi akan disebar ke para camat yang seterusnya akan menyebarkan ke masyarakat.
"Kita kerja sama dengan aparat seperti camat, sangadi, juga dengan TNI dan Polri," beber dia. Paputungan menyatakan, pihaknya sudah membuat jalur evakuasi tsunami di sejumlah titik rawan. Rambu-rambu awas tsunami bertebaran di pantai, jalan serta pegunungan. "Kepada masyarakat kami juga getol mensosialisasikan penanganan tsunami di berbagai forum," kata dia. (art/ryo/crz/ana/ven/nie)