Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Peringatan Dini Tsunami Bikin Warga Panik: Begini Permintaan Gubernur

Gempa berkekuatan 7 Skala Richter yang mengguncang Sulawesi Utara dan Maluku Utara Minggu (7/7/2019) pukul 23.17 Wita.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribun manado / Ryo Noor
Gubernur Sulut Olly Dondokambey 

Kepala Stasiun Geofisika Pusat Gempa Regional X Abraham F Mustamu melalui Staf Operasional Pengamat Meterologi Geofisika Muhammad Juang mengatakan, gempa dideteksi (dibaca) sensor, data itu kemudian dianalisa sehingga didapatkan parameter gempa.

Semua informasi dipantau dari Stasiun Geofisika Pusat Gempa Regional X di Winangun, Kota Manado. Data yang diperoleh magnitude, waktu kejadian dan lokasi gempa, setelah itu di-update secara terus menerus, sehingga makin akurat.

"Di Sulut memiliki sensor yang bekerja baik, kita tempatkan di sejumlah lokasi," ujar dia. Alat pendeteksi gempa itu bentuk seperti rice cooker, lalu dibuatkan semacam shelter untuk melindungi alat tersebut.

Di Sulut, alat pendeteksi itu di tempatkan di Kotamobagu, Manado, Tondano, Sangihe, Siau dan Melonguane. Kemudian menyeberang ke Maluku Utara di tempatkan juga di Tarnate dan Morotai. Alat ini berhasil mendeteksi gempa di Patahan Halmahera.

Selain mendeteksi gempa, BMKG juga punya alat mendeteksi potensi tsunami, sehingga bisa memberikan peringatan dini untuk masyarakat.

Lain lagi alat untuk mendeteksi potensi tsunami. Ada alat disebut tide gauge, bisa digunakan analisa ketinggaian permukaan air laut atau tdiak.
Kemudian, buoy semacam pelampung besar mengapung di laut. "Kalau alat deteksi tsunami ini disiapkan BMKG Pusat," kata dia.

Selain itu ada juga software dinamakan toast, berfungsi memodelkan prakiraan ketinggian gelombang. Ini memodelkan 3 kriteria tsunami, pertama waspada (gelombang 0-0,5 meter) siaga (0,5-3 meter) dan awas (3 meter ke atas).

Semua alat itu disiapkan BMKG dan beroperasi dengan baik. "Kalau alat deteksi (tsunami) kami belum tahu persis karena itu di BMKG Pusat, tapi itu ada. Buktinya kan BMKG mengirimkan peringatan, apa berpotensi tsunami atau tidak ketika gempa terjadi," ujar dia.

Sesuai tupoksinya tugas BMKG itu menganalisis informasi kemudian meneruskannya ke pemngku kepentingan untuk diambil tindakan sesuai SOP. Informasi disebar lewat aplikasi dan website BMKG

John Wungow Kepala Bidang Penanganan Darurat, BPBD Sulut mengatakan, Sulut punya 2 alat EWS. Satu terpasang di Manado persisnya di Kantor BPBD di Jalan Bethesda dan satu lagi di Kota Bitung.

Cara kerjanya, sistem ini terkoneksi dengan BMKG. Ketika ada peringatan dini gempa berpotensi tsunami maka sistem ini diaktifkan.

Saat aktif akan terdengar bunyi alarm, sebagai tanda warga untuk segera mengungsi. "EWS ini koordinasi dengan BMKG. Pihak BMKG berkompeten untuk menyiapkan itu dari segi teknis," kata dia kepada tribunmanado.co.id.

Persoalannya, EWS yang ada, range alarmnya hanya sejauh 2 kilometer, belum bisa memberi peringatan secara menyekuruh ke masyarakat khususnya di pesisir.

Gempa berpotensi tsunami ini diberi peringatkan untuk daerah Minsel, Bitung dan Minahasa Utara bagian selatan. Di Sulut baru 2 daerah yang punya EWS. Baiknya memang di tiap daerah terpasang masing-masing satu. "Anggarannya satu itu sekitar Rp 2 miliar," ungkap dia.

Di samping itu, peringatan dini ini juga harus terpasang di pesisir. "Harus ada da sistem corong kecil semacam sirene jarak 300-500 meter. Itu kasih bunyi, nanti terkoneksi dengan BPBD," sebut dia.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved