Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ketika Buaya Pemakan Manusia di Minahasa Mati karena Obesitas, Stres dan Perut Kembung

Buaya dengan berat berat 600 kilogram itu ditemukan mati pada Minggu (20/01/2019), di Taman Wisata Alam (TWA) Batuputih, Bitung.

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Facebook Arianto Lolowang
Deasy Tuwo (44) korban yang diterkam buaya di Ranowangko, Minahasa pada Jumat (11/1/2019) 

Ketika Buaya Merry Mati karena Obesitas, Stres dan Perut Kembung

TRIBUNMANADO.CO.ID MANADO - Merry, buaya yang memakan Deasy Tuwo, Warga Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut) pada Jumat, (11/01/2019) lalu kini telah menemui ajalnya.

Buaya dengan berat berat 600 kilogram itu ditemukan mati pada Minggu (20/01/2019), di Taman Wisata Alam (TWA) Batuputih, Bitung.

Baca: Tak hanya Disetubuhi Ayah Kandung, Wanita Ini Juga Disetubuhi Anak dari Suami Siri dan Teman Baiknya

Hal itu juga dibenarkan oleh Sekretaris Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut Hendrik Sarundengan saat dikonfirmasi Tribunmanado.co.id Senin (21/01/2019).

Baca: Penyebab Sebenarnya Gisella Anastasia Gugat Cerai Gading Marten Terungkap, Orang Ketiga?

"Berdasarkan informasi dari petugas TWA sekitar pukul 11.00 Wita, katanya buaya Merry sudah mati. Kami pun sudah cek dengan cara menghubungi pihak PPS, dan jawabannya sama, mereka memastikan bahwa buaya yang mati di TWA Batuputih itu adalah buaya Merry yang memakan Deasy beberapa waktu lalu," jelas Hendrik.

Hasil Autopsi Jasad Buaya

Teka-teki kematian buaya Merry pun jadi tanda tanya bagi warga Sulut.

Pihak berwajib serta pihak yang berkepentingan pun langsung melakukan autopsi guna mengetahui apa yang menjadi penyebab buaya Merry meninggal.

Baca: Efek Bagasi Berbayar - Penumpang Wings Air Bawa Parang saat Disuruh Bayar Rp 671 Ribu

Sehari setelah ditemukan mati, dokter hewan di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki pun melakukan nekropsi (otopsi/autopsi) buaya 'maut' itu pada Senin (21/01/2019).

Mereka yang melakukan autopsi adalah Drh Dwielma Nubatonis dan drh Fahmi Agustiadi dibantu oleh Billy Lolowang dan Deity Mekel.

Nekropsi atau bedah mayat/bangkai ini disaksikan pihak BKSDA Sulut dan Polres Tomohon.

Berdasarkan hasil temuan dari dokter hewan sebelum dilakukan nekropsi menyatakan bahwa dugaan kematian buaya adalah faktor dari awal rescue di Tombariri dan dibawa ke TWA Batu Putih (Daops Manggala Agni).

Baca: Bocah 12 Tahun Lakukan Pembunuhan di Minut, Kepsek dan Polisi Ungkap Kelakuan Siswa Kelas 5 SD itu

Menurut dokter, buaya bernama Merry ini sudah mengalami drop kondisi kesehatannya dan dugaan sementara adalah mengalami heatstroke (suhu badan melebihi normal), selain itu ditemukan akumulasi gas yang sangat banyak di organ lambung.

Berikut grafis hasil pemeriksaan itu:

Diagnosa sementara hasil pemeriksaan secara inspeksi (fisik luar):

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved