Bahasa Ponosakan
Kisah Abdul Kohar Penutur Bahasa Ponosakan Mitra yang Tersisa: Hilang Bahasa Berarti 1 Etnis Lenyap
Bagaimana rasanya menjadi salah satu dari sedikit bahasa yang nyaris punah di dunia?
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
Ringkasan Berita:
- Pria berusia 73 tahun ini satu dari sedikit penutur bahasa Ponosakan di Kabupaten Mitra
- Abdul menyebut, kehilangan bahasa berarti satu etnis lenyap
- Modernisasi membuat ia tak sempat mewariskan ke generasi selanjutnya
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bagaimana rasanya menjadi salah satu dari sedikit bahasa yang nyaris punah di dunia?
Pastinya getir.
Perasaan inilah yang dirasakan Abdul Kohar Sampage.
Pria berusia 73 tahun ini satu dari sedikit penutur bahasa Ponosakan di Kabupaten Mitra, Provinsi Sulut, yang hampir punah.
"Sedih sekali," kata dia kepada Tribun Manado Sabtu (15/11/2025) di Grand Kawanua Novotel di Kelurahan Paniki Bawah, Kecamatan Kairagi, kota Manado, Provinsi Sulut.
Abdul menyebut, kehilangan bahasa berarti satu etnis lenyap.
Karena itulah, kata dia, perlu ada upaya luar biasa agar bahasa daerah tak lenyap.
Beber Abdul, penutur bahasa Ponosakan di desanya.
Tababo sudah sangat kurang.
"Sangat kurang," katanya.
Dirinya sendiri paham bahasa tersebut dikarenakan tinggal bersama neneknya.
Modernisasi membuat ia tak sempat mewariskan ke generasi selanjutnya.
Dirinya berharap kamus bahasa Indonesia Ponosakan dan kamus bergambar tiga bahasa yakni Indonesia Inggris dan Ponosakan dapat menghidupkan lagi bahasa itu di kalangan anak muda.
"Ini upaya yang sangat bagus sekali, " kata dia.
Kepala Balai Bahasa Sulut Januar Pribadi menuturkan, bahasa daerah hilang dikarenakan orang tua tak mau mengajar ke anaknya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/Abdul-Kohar-Penutur-Bahasa-GJHFGJGHJU8O0980800.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.