Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Warga Sulut Korban TPPO

Benarkah Ada Jalur VIP Line untuk Loloskan Warga Sulut ke Kamboja? Begini Kata Imigrasi Manado

Berdasarkan pengakuan sejumlah eks pekerja love scam di Kamboja kepada Tribun Manado, mereka lolos pemeriksaan karena lewat jalur VIP line.

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Tribun Manado/Indri Panigoro
KONFIRMASI: Kepala Sub Seksi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian Kantor Imigrasi Manado, Arihta Lalolo Sukatendel saat dikonfirmasi Tribun Manado, akhir Agustus 2025 soal VIP Line dalam kasus TPPO warga Sulut di Kamboja. 

Banyak pemohon yang mengaku akan berwisata, padahal tujuan sebenarnya adalah bekerja secara ilegal sebagai scammer. Pengecekan ini sangat penting untuk melindungi warga agar tidak menjadi korban perdagangan orang.

Di sisi lain, temuan menunjukkan adanya grup Telegram seperti "Zona Imigrasi Indonesia" yang secara terang-terangan memasarkan layanan "VIP Line". Grup ini membagikan informasi terkait rute, biaya, dan bahkan tips untuk menghindari pemeriksaan ketat di bandara, seperti menghindari penerbangan pada jam tertentu dan menunda keberangkatan bagi pemegang paspor baru.

Informasi yang disebarkan dalam grup Telegram ini menunjukkan adanya jaringan terorganisir yang memanfaatkan ketidaktahuan dan keinginan masyarakat. Mereka menggunakan kode dan arahan teknis untuk mengelabui petugas, mengindikasikan upaya sistematis untuk menghindari pemeriksaan keimigrasian.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Rahul yang menyebut jalur VIP adalah "jalan pintas" bagi mereka yang ingin segera berangkat.

Rahul sendiri, meskipun membantah sebagai agen, mengakui bahwa ia nekat ke Kamboja karena sulit mencari pekerjaan di kampung halaman.

Namun, ia kini menyarankan warga Sulut lainnya untuk tidak lagi ke sana.

"Sebaiknya jangan ke sana. Saya saja lari dari Kamboja," pintanya. Ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa janji-janji manis dari jalur ilegal seringkali berakhir dengan risiko besar dan penderitaan.

KORBAN TPPO: Ilustrasi HRD komunikasi dengan dengan agen yang akan memberangkatkan warga Sulut ke Kamboja.
KORBAN TPPO: Ilustrasi HRD komunikasi dengan dengan agen yang akan memberangkatkan warga Sulut ke Kamboja. (Kolase Tribun Manado/Siswa PKL SMK Negeri 5 Manado/Briliant Lompoliu)

Kisah Rahul HRD Asal Sulawesi Utara yang Rekrut 100 Warga Sulut untuk Kerja di Kamboja

Rahul (bukan nama sebenarnya, red) adalah seorang pria berusia 27 tahun dengan perawakan gempal, kulit kuning langsat, dan rambut cepak keriwil, membantah tuduhan yang menyebutnya sebagai agen besar perekrutan di Kamboja

Namun bantahan Rahul kontras dengan jejak digital yang beredar. Profil pribadinya lengkap  KTP dan paspor dengan sematan narasi hati-hati dengan agen ini justru sering muncul di dua grup Telegram , Blacklist Merah dan Blacklist Terkini Kamboja yang memiliki ribuan anggota. 

Selama bekerja di Kamboja, kata Rahul, ia kerap memantau dua grup tersebut. Grup itu bukan hanya menjadi pusat informasi lowongan kerja, pengaduan, dan berita seputar nasib WNI di Kamboja. Tapi juga dijadikan alat kontrol para HRD perusahaan di Kamboja.

Di dalamnya beredar nama-nama pekerja yang dianggap bermasalah misalnya pekerja yang kabur dari perusahaan, menolak kontrak, atau dianggap tidak produktif. Nama, foto, dan keterangan pribadi mereka langsung dibagikan agar perusahaan lain tidak menerima orang tersebut.

Meski ia menolak disebut agen, keberadaannya di grup-grup ini menempatkannya pada posisi sentral, ia memiliki akses pada informasi penting, mampu mengarahkan calon pekerja, dan mengetahui jalur khusus termasuk VIP Line yang dipakai sebagian orang untuk masuk lebih lancar ke Kamboja.

Saat ditemui di sebuah desa di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, pada 14 Agustus 2025, pria kelahiran Kotamobagu Sulut Maret 1998 itu terlihat tenang namun suaranya pelan, seolah berusaha meyakinkan bahwa dirinya bukanlah pelaku perdagangan manusia.

Rahul menegaskan bahwa perannya bukan sebagai agen yang menjual orang, melainkan seorang HRD (Human Resources Development) di sebuah perusahaan trading kripto di Poipet, Kamboja

Awal kariernya di Kamboja sebagai karyawan yang mengurus klien agar ikut bisnis. Tapi pada Desember 2023, ia mulai mewawancarai orang yang mau melamar kerja.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved