Digital Acitivity
Weliam Boseke Yakin Minahasa Keturunan Bangsawan Han: Zuge Liang Itu Palar, Toar Putra Mahkota
Weliam Boseke dan Perry Rumengan hadir dalam Tribun Podcast yang dipandu oleh Maximus Nyaiwa, Editor Tribun Manado.
Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
Ringkasan Berita:
- Weliam H Boseke yakin bahwa leluhur orang Minahasa adalah para Bangsawan dan Ksatria dari Dinasti Han, sebuah kekaisaran di Tiongkok yang berkuasa sejak 202 SM hingga 220 M.
- Lewat buku keduanya, yang berjudul Pahlawan-Pahlawan Dinasti Han Leluhur Minahasa, Boseke memaparkan temuan-temuan baru
- Boseke menyebut Liu Xuan yang merupakan cucu dari Liu Bei, anak dari Liu Shan adalah Toar yang disebut dalam dokumen sejarah Tiongkok sebagai bagian dari: mereka yang pergi ke timur dan menghilang.
TRIBUNMANADO – Weliam H Boseke, mungkin adalah satu-satunya penulis sejarah yang yakin bahwa leluhur orang Minahasa adalah para Bangsawan dan Kesatria dari Dinasti Han, sebuah kekaisaran di Tiongkok yang berkuasa sejak 202 SM hingga 220 M.
Lewat buku keduanya, yang berjudul Pahlawan-Pahlawan Dinasti Han Leluhur Minahasa, Boseke memaparkan temuan-temuan baru yang membuatnya kian yakin bahwa leluhur Minahasa berasal dari Dinasti Shu Han di Tiongkok.
Temuan Boseke ini membuat seorang akademisi senior, Prof Dr Perry Rumengan, M.Sn, Guru Besar Etnomusikologi Universitas Negeri Manado (Unima) mengakuinya sebagai seorang penemu.
Kata dia, paradigma ilmiah dalam pengetahuannya tentang sejarah Minahasa berubah berkat Boseke.
Weliam Boseke dan Perry Rumengan hadir
dalam Tribun Podcast yang dipandu oleh Maximus Geneva, Editor Tribun Manado.
Podcast berlangsung di ruang studio, kantor Tribun Manado, Jalan AA Maramis, Kairagi Satu, Mapanget, Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (1/11/2025)
Weliam Boseke menjelaskan bahwa buku kedua ini merupakan kelanjutan dan penguatan bukti dari buku pertamanya, Dinasti Han Leluhur Minahasa (2018).
Kata dia, penulisan buku kedua ini sempat tertunda karena pandemi COVID-19, dan baru selesai setelah tahun 2023 dan dicetak pada tahun 2024. 736 halaman.
"Pada dasarnya, saya membuktikan, menggali lebih banyak bukti tentang temuan saya bahwa leluhur Minahasa berasal dari Dinasti Han," ujar Om Weli, sapaan akrabnya.
Untuk memverifikasi kecurigaannya, Boseke bahkan melakukan perjalanan riset ke Tiongkok pada 2019, dilanjutkan pada 2023.
Ia berkunjung ke Guangzhou University dan bertemu dua profesor, serta mendatangi situs lokasi Perang Tebing Merah (Red Cliff War) di Chibi, di tepi Sungai Yangtze.
Di sana, dirinya mencoba mengkonversikan banyak bahasa-bahasa Minahasa ke bahasa Han. Dan menurutnya, ada banyak kosa kata dalam bahasa Minahasa yang cocok dengan bahasa Han.
"Hal yang baru sekali yang sangat (membuktukan) itu adalah fam-fam orang Minahasa. Sekarang ada mungkin lebih dari 600 atau bahkan 700 fam orang Minahasa yang saya tulis dalam bahasa Tiongkok, lengkap dengan cara bacanya sekaligus artinya," ungkap Boseke.
Ia mencontohkan marga Palar, yang dikonversi dari bahasa Han sebagai sosok asisten yang memegang kekuasaan dan menolong pemerintahan Kaisai Liu Bei.
Menurutnya, dalam konteks sejarah Tiongkok, Palar ini merujuk pada Zhuge Liang, Perdana Menteri yang mengelola negara dan menolong Kaisar Muda bernama Liu Shan (Ah Dou) dari Dinasti Shu Han, anak dari Kaisar Liu Bei.
Boseke menyebut bahwa marga-marga Minahasa itu secara keseluruhan adalah syair-syair pujian (litani) untuk para pendiri Dinasti Shu Han, yang dalam tradisi Minahasa syair-syair itu disebut Sumalesung.
Liu Xuan dan Asal-usul Toar Lumimuut
Boseke menguraikan runtuhnya Dinasti Shu Han pada tahun 260 Masehi.
Saat Dinasti Wei menyerbu, Kaisar Liu Shan memilih menyerah demi menghindari pertumpahan darah sesama bangsa Han.
Namun, salah satu anaknya, yakni Liu Xuan atau anak dari Ah Dou, berhasil diselamatkan oleh pasukan veteran.
"Liu Xuan diselamatkan melalui Sungai Yangtze oleh pasukan-pasukan veteran. Mereka dalam keadaan terburu-buru, menghilang di timur (disappear into the east), terbawa oleh angin muson sampai terdampar di Sulawesi Utara ini, yang akhirnya menjadi Minahasa," jelas Boseke.
Liu Xuan inilah yang diyakini Boseke sebagai Toar atau Toer: anak dari Ah Dou. Sementara itu, Lumimuut diyakini berasal dari nama asli Liumi Muut.
Muut dikonversi dari marga ibunya, Wu yakni Goh atau Eng, yang merupakan tante dari Liu Xuan.
Boseke juga membantah bahwa kisah Toar-Lumimuut bermula dari "batu dan lumut" sebagaimana legenda turun-temurun orang Minahasa. Ia mengkonversi ungkapan tua Minahasa, Meikodote Um Batu.
"Setelah saya meneliti lewat konversi bahasa ke bahasa Tiongkok, berarti Mei itu ke sini, Ko pergi, Dote keluar, Uatu dari negeri Han. Jadi kata Watu adalah negeri Han," ujar dia.
Tanggapan Prof Perry Rumengan
Prof Perry Rumengan menyebut temuan Weliam Boseke didasarkan pada sumber primer Tiongkok, termasuk kitab Sanguozhi.
Dirinya pun mengaku, bahwa pengetahuan ilmiahnya tentang leluhur Minahasa mengalami pergeseran setelah menelaah temuan Boseke tersebut.
"Seorang ilmuwan itu tidak boleh merasa bahwa apa yang dia tahu itu adalah paling benar. Dia harus terbuka," tegas Prof Perry.
Ia menjelaskan bahwa kisah leluhur Minahasa yakni Toar, Lumimut hingga Karema menjadi semacam kisah dongeng karena terjadi konversi dari bahasa Minahasa ke bahasa Melayu pada tahun 1800-an, karena di masa itu bahasa Melayu sudah cukup populer di Semenanjung Utara Pulau Sulawesi termasuk di kalangan para peneliti.
Kata dia, karena itulah Uatu yang sebenarnya merujuk negeri Han dikonversi menjadi Vatu ata Batu dalam bahasa Melayu.
Demikian pula Liumi Muut dikonversi menjadi Lumimuut yang dianggap berasal dari lumut karena kemiripan bunyi dengan istilah dalam bahasa Melayu.
"Perlu tahu bahwa banyak orang gak tahu bahwa Pak Weli itu mengerti (bahasa) Han dan mengerti sekali bahasa Minahasa," ujar dia.
Prof Perry menyebut, bahwa temuan Boseke itu telah Boseke presentasikan di universitas terkenal di Tiongkok di depan para guru besar.
"Kalau beliau gak paham bahasa Han, bagaimana bisa komunikasi? Kedua, kalau dia ngawur, kan langsung dibantai oleh profesor-profesor itu. Nah, itu ada foto-fotonya beliau ke sana," ujar dia.
Di dalam buku Sanguozhi yang menuturkan kisah Dinasti Han, di ujung cerita mengisahkan tentang nasib Liu Xuan bersama para pengikut dan orang terdekatnya yang dikatakan they go to the east and disappear: mereka ke timur dan menghilang.
Kata dia, mendengar kisah itu membuat beberapa profesor di Tiongkok sampai menangis.
"Di buku itu disebutkan bahwa Liu Xuan, anaknya Liu Shan, cucunya Liu Bei, itu pada umur 15 tahunan sekitar gitu ya, 15, 16-an gitu, itu sudah dinobatkan sebagai putra mahkota. Tapi mereka disebut: they go to the east and disappear. Makanya Pak Weli ada bilang ada berapa profesor (Tiongkok) yang menangis mendengar pemaparannya," jelas dia.
| Warga Bolmong Raya dan Minahasa Raya Tak Perlu ke Kantor Cabang Tondano Urus BPJS, Sudah Ada Viola |
|
|---|
| Dokter Aldwyn Zeinhard Napitupulu Jelaskan 21 Jenis Penyakit yang Tidak Dijamin BPJS Kesehatan |
|
|---|
| Tribun Manado Podcast, Kepala Badan Bahasa Beber Langkah Menjaga Kedaulatan Bahasa Indonesia |
|
|---|
| Progam Rujuk Balik di Kabupaten Minahasa Jangkau 9 Penyakit Kronis |
|
|---|
| Bill Aldrich Maloho Siswa Berpretasi Asal Manado, Ungkap Peran Besar Bunda saat Raih Prestasi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/Tribin-Manado-Podcast-Leluhur-Minahasa-Bangsawan-HAN.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.