Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pemkot Manado

Belajar ke Manado, Gorontalo Utara Intip Cara Tangani Sampah dan P3K

Suasana hangat terasa di Kantor Wali Kota Manado di Kelurahan Tikala Ares, Kecamatan Tikala, Kota Manado, Provinsi Sulut, Rabu (8/10/2025) pagi.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
Dok. Kominfo Manado
KUNJUNGAN - Wakil Bupati Gorontalo Utara Nurjanah Hasan Yusuf bersama Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Idrus Thomas Mopili kunjungi Pemkot Manado Rabu (8/10/2025). Keduanya disambut Wakil Wali Kota Manado Richard Sualang. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Rabu (8/10/2025) pagi, suasana hangat terasa di Kantor Wali Kota Manado di Kelurahan Tikala Ares, Kecamatan Tikala, kota Manado, provinsi Sulut.

Wakil Bupati Gorontalo Utara, Nurjanah Hasan Yusuf, datang bertandang bersama Ketua DPRD Provinsi Gorontalo, Idrus M. Thomas Mopili. 

Keduanya disambut langsung oleh Wakil Wali Kota Manado Richard Sualang.

Kunjungan ini bukan sekadar silaturahmi biasa. 

Ada banyak hal yang dibahas, dari soal pengangkatan P3K, pengelolaan sampah, hingga masalah sosial yang juga dihadapi di daerah mereka masing-masing.

“Kami disambut sangat hangat oleh Pak Wakil Wali Kota. Tadi diskusinya sangat terbuka, dan menariknya, ternyata banyak persoalan di Gorut dan Manado yang mirip. Bedanya, cara penanganannya saja yang tidak sama,” ujar Idrus Mopili usai pertemuan.

Gorontalo Utara, yang dikenal dengan garis pantainya yang panjang dan potensi perikanannya yang besar, memang masih bergulat dengan tantangan infrastruktur dan keterbatasan fiskal. 

Wajar jika perbandingan dengan Kota Manado yang lebih mapan dari sisi anggaran pun tak terhindarkan.

“Kalau bicara dana, anggaran Manado bisa disetarakan dengan provinsi. Sedangkan Gorut, ya, kita harus lebih kreatif mengelola sumber daya yang ada. Tapi justru dari sini kita banyak belajar. Terutama soal pengelolaan sampah dan kebijakan P3K yang memang butuh alokasi dana cukup besar,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Manado menyambut baik semangat belajar dari tamunya. 

Menurutnya, kerja sama dan tukar pengalaman seperti ini penting, apalagi antardaerah yang sama-sama menghadapi tantangan serupa.

“Semoga dari pertemuan ini muncul ide-ide baru yang bisa memperkuat layanan publik di masing-masing daerah,” ujarnya singkat.

Turut mendampingi dalam pertemuan ini, Asisten II Setda Kota Manado Atto RM Bulo serta Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Manado.

Tentang Manado

Kota Manado adalah ibu kota dari Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.

Kota Manado memiliki 11 kecamatan serta 87 kelurahan dan desa.

Manado terletak di Teluk Manado, dan dikelilingi oleh daerah pegunungan serta pesisir pantainya merupakan tanah reklamasi.

Sebelum menjadi kota yang maju, Manado menjadi bagian dari Minahasa.

Wenang merupakan nama pertama sebelum berganti nama menjadi Manado.

Beragam versi bermunculan terkait latar belakang pengggantian Wenang menjadi Manado.

Salah satu versinya adalah pergantian nama Wenang menjadi Manado dilakukan oleh Spanyol pada tahun 1682.

Manado diambil dari nama pulau di sebelah Bunaken, yaitu pulau Manado (saat ini Manado Tua).

Versi lainnya, pergantian Wenang menjadi Manado bukan dilakukan Spanyol melainkan oleh Belanda.

Dengan alasan karena pada 1682, penjajah yang berkuasa di Sulawesi bukan Spanyol melainkan VOC Belanda.

Alasan tersebut makin dikuatkan, pada tahun 1677 sampai 31 Agustus 1682, Gubernur Hindia Belanda di Ternate, Dr Robertus Padtbrugge datang ke Manado untuk mencatat sisa-sisa penduduk Kerajaan Bowontehu, termasuk yang terdapat di Sindulang.

Dibalik pihak penguasa yang mengganti Wenang menjadi Manado, nama kota tersebut perlu diganti karena banyak surat-surat penting bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda yang mencantumkan nama Manado dibandingkan Wenang.

Pada tahun 1623, nama Manado mulai dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi.

Itulah alasan pergantian Wenang menjadi Manado.

Kota Manado terbentuk berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang menetapkan sebagai Staatsgemeente (kotamadya) yang dikepalai walikota (Burgemeester).

Hari jadi Kota Manado ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623.

Penetapan hari jadi tersebut berdasarkan tiga peristiwa bersejarah.

Tanggal 14 diambil dari peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, dimana putra daerah bangkit dan menantang penjajah Belanda.

Bulan Juli, diambil unsur yuridis.

Pada Juli 1919, gubernur jenderal menetapkan Manado sebagai Staatsgemeente.

Sedangkan pada tahun 1623, tahun ini memiliki unsur historis, yaitu tahun dimana nama Kota Manado digunakan dalam surat-surat resmi.(Art)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved