Sosok Profil

Robby Mongisidi Kisahkan Pengalaman Unik Bersama Sang Kakak Robert Wolter Mongisidi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KISAH: Letkol TNI (Purn) Robby Mongisidi (88), saudara kandung Bote bercerita tentang sedikit kisah masa kecil dan remaja Robert Mongisidi. Kisah kepahlawanan Robert Wolter Mongisidi mempertahankan kemerdekaan RI menjadi inspirasi bagi Gen Z Robert berjuang di usia yang masih muda.

"Kalau memang keputusannya ini program kebijaksanaan nasional, nanti demikian (harus dipindahkan) tentu kami mendukung dan hormati," kata Robby di Manado, Selasa (29/8/2025). 

Robby bercerita, sejatinya dulu keluarga punya keinginan jasad Bote, panggilan kesayangan Robert, dipulangkan ke Manado. 

Namun keinginan itu urung diwujudkan karena satu alasan. 

Semua berawal pada peristiwa dipindahkannya makam dari Pemakaman Kristen Pampang Makassar ke Taman Makam Pahlawan Panaikkang, Makassar, 10 November 1950.

Saat itu, ayah Bote, Petrus serta beberapa anggota keluarga, termasuk Robby yang baru berusia 13 tahun, berangkat ke Makassar.

Semuanya berjumlah 14 orang berangkat ke Makassar. 

Mereka diundang khusus untuk upacara pemindahan makam yang digelar tepat di Hari Pahlawan. 

Selain makam Bote, turut dipindahkan makam dari dua Pahlawan Nasional lainnya, pejuang perempuan Emmy Saelan dan Kapten Usman Jafar. 

Pada momen itu, Petrus mengemukakan permintaan jika boleh makam Bote dipindahkan ke Manado. 

Menjawab permintaan itu, Kepala Dinas Pemeliharaan Pemakaman Tentara Komando Teritorium VII Wirabuana, Lettu Toisutta mengatakan, akan dibahas dalam pertemuan pada 15 November.

Lima hari setelah upacara pemindahan makam. 

Lettu Toisutta tidak lain adalah ayah dari mantan KSAD (2009-2011), mendiang Jenderal TNI George Toisutta. 

Digelarlah pertemuan dimaksud di Markas Teritorium VII Wirabuana, Makassar pada 15 November 1959.

Robert Wolter Mongisidi dikenal luas di Sulsel. Tidak hanya di Makassar tapi hingga ke pedalaman. 

Salah satu bukti lainnya, ketika proses pemakaman sehari setelah dieksekusi Belanda, puluhan ribu orang mengantar jenazahnya ke Pemakaman Kristen Pampang Makassar, 6 September 1950.

"Karena forum, tokoh-tokoh masyarakat Makassar menolah, ya ayah saya tidak ngotot," katanya. 

Profil Robby Mongisidi

Lahir : Malalayang Manado 25 September 1937

Pekerjaan : Purnawirawan TNI

Pangkat Terakhir : Letnan Kolonel (Letkol)

Riwayat Tugas : Makasar, Majene, Bone, Pakato, Bitung, Tomohon.

Hubungan Dengan Wolter Mongisidi : Saudara Kandung.

Alamat: Jalan Pramuka, Kelurahan Sario Kota Baru, Kecamatan Sario, kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

Profil Wolter Mongisidi

Robert Wolter Mongisidi di adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia.

Ia lahir di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, 14 Februari 1925 dan meninggal di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, 5 September 1949 pada umur 24 tahun.

1. Biografi

Robert merupakan anak dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa.

Dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar (bahasa Belanda: Hollands Inlandsche School atau (HIS), yang diikuti sekolah menengah (bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO) di Frater Don Bosco di Manado.

Kala itu, ia dididik sebagai guru Bahasa Jepang pada sebuah sekolah di Tomohon.

Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, di Minahasa, dan di Luwuk, Sulawesi Tengah, sebelum ke Makassar, Sulawesi Selatan.

Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan saat ia berada di Makassar.

Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Mereka kembali melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda).

Ia juga terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar.

Pada tanggal 17 Juli 1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyarang posisi Belanda.

Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947.

Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya.

Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.

Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950.

2. Penghargaan

Robert Wolter Mongisidi dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973.

Dia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, Bintang Mahaputra (Adipradana), pada 10 November 1973.

Ayahnya, Petrus, yang berusia 80 tahun pada saat itu, menerima penghargaan tersebut.

Bandara Wolter Mongisidi di Kendari, Sulawesi Tenggara dinamakan sebagai penghargaan kepada Mongisidi, seperti kapal Angkatan Darat Indonesia, KRI Wolter Mongisidi dan Yonif 720/Wolter Mongisidi.

3. Biodata

Nama lengkap: Robert Wolter Mongisidi

Tempat, tanggal lahir: Manado, Sulawesi Utara, 14 Februari 1925

Meninggal: Manado, Sulawesi Utara, 14 Februari 1925

(TribunManado.co.id/Art)

Baca Berita Tribun Manado di Google News

WhatsApp TribunManado.co.id : KLIK

Berita Terkini