TRIBUNMANADO.CO.ID - Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Sulawesi Utara (Sulut) semakin dekat.
Aroma kompetisi untuk memperebutkan kursi Ketua DPD I pun mulai terasa.
Nama-nama calon bermunculan, menandakan dinamika politik internal partai berlambang pohon beringin ini terus hidup dan bergerak.
Saat ini, posisi Ketua DPD I Golkar Sulut masih dijabat oleh Christiany Eugenia Paruntu (CEP).
Politikus senior ini disebut-sebut masih sah dan berpotensi kuat untuk kembali maju. Namun, bukan tanpa pesaing.
Nama Christian Pua mencuat ke permukaan, disusul dengan Tonny Hendrik Lasut (THL) yang juga digadang-gadang sebagai kandidat potensial.
Lantas apa sebenarnya indikator utama dalam memilih Ketua DPD Partai Golkar.
Apakah hasil pemilu sebelumnya cukup dijadikan tolok ukur utama?
Pengamat politik Sulut, Baso Affandi, menyampaikan pandangannya.
Menurutnya, kemenangan dalam pemilu memang penting karena menunjukkan kemampuan konsolidasi dan daya tarik politik kandidat. Namun, itu belum cukup.
"Politik bersifat dinamis. Kemenangan masa lalu tidak menjamin kemenangan di masa depan. Harus dilihat, apakah kenaikan suara partai itu hasil kerja mesin partai atau sekadar efek sesaat dari popularitas figur (coattail effect)," ujar Baso (Minggu 8/6/2025).
Ia mengingatkan bahwa membaca hasil pemilu tidak bisa sekadar dari angka, tetapi juga dari konteks. Apakah keberhasilan itu bisa direplikasi atau tidak.
5 Kriteria Penting Calon Ketua*
Lebih dari sekadar prestasi elektoral, Baso menyebut ada lima kriteria krusial yang perlu diperhatikan untuk memilih pemimpin Golkar Sulut ke depan:
1. Kapabilitas Organisasi – Mampu membangun dan menjaga struktur partai hingga ke akar rumput.