Bagi sejumlah terapis wanita XX di Manado, Sulawesi Utara, hidup adalah terang dan gelap sekaligus.
Terang karena mereka berjasa membebaskan pasiennya dari rasa lelah lewat pijatan.
Gelap karena pijatan tersebut biasanya disusul transaksi 'lain' yang terselubung rapat.
Saya menelusuri kehidupan para terapis ini dan ketemu Mimi, bukan nama sebenarnya, di salah satu tempat Spa di Manado.
Berlangsung dua hari sebelum Natal, Minggu (23/12/2024), ini liputan yang bikin gamang.
Di saat hati tengah bersiap menyambut hari inkarnasi sang Tuhan, muncul liputan yang menggoda.
Namun saya musti profesional. Berdoa agar jangan terpeleset.
Dan syukurlah, mission accomplish tanpa saya harus terpaksa menyelam sambil minum air.
Kala itu jarum jam sudah menunjuk pukul 23.00 Wita.
Tak ada lagi showing girl. Yang mangkal tinggal Mimi.
"Biasanya ada sembilan wanita dan mereka akan saya bariskan di depan bapak, tapi tinggal Mimi yang stay," kata seorang kasir pria.
Dia menuntun saya ke lantai dua. Ada deretan kamar di sana.
Saya dibawa di kamar paling tengah.
Di dalam keremangan kamar yang diterangi lampu kecil berwarna hijau kemerahan, tampak Mimi duduk di pembaringan sofa.
Ia seorang gadis cantik berambut sebahu dengan postur yang proporsional.