Catatan Wartawan

Natalnya Mimi

Penulis: Arthur_Rompis
Editor: Rizali Posumah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Natal - Bagi para terapis pijat di Manado, Sulawesi Utara hidup adalah terang sekaligus gelap.

Dia menyapa hangat. Setelah basa-basi sejenak, pijat pun dimulai. 

Mimi pantas disebut terapis. Keahliannya bukan basa basi. Pijatannya pas, apalagi yang berlangsung di tulang belakang.

Tindihan tangannya menyebabkan bunyi krek di rusuk.

"Sebelum masuk kemari kami di training dulu, sampai ahli baru bisa pijat," kata dia.

Mimi tak keberatan buka bukaan. Ia sudah janda. 

Pisah dengan suaminya karena KDRT.

Untuk menghidupi anaknya di kampung, Mimi menekuni berbagai pekerjaan. 

Pernah ia bekerja di sebuah kantor. Kemudian jadi tukang pijat.

Ditanya alasannya, Mimi hanya berdiplomasi.

"Yah sudah takdirnya, dipanggil teman," kata dia.

Mimi berterus terang tentang sesuatu di balik pekerjaannya. 

Sehabis pijat, biasanya disusul dengan hubungan badan.

"Tapi saya berusaha agar itu jangan keluar dari mulut saya, sebisanya pasien yang menawarkan," kata dia.

Mimi punya harga jual yang tak bisa ditawar-tawar. Pantang ia bernego.

"Kalau tidak mau ya sudah, saya bukan gampangan," kata dia.

Halaman
1234

Berita Terkini