Konflik Rusia dan Ukraina

Bisa Berdampak kepada Kesehatan, Pengiriman Depleted Uranium dari AS ke Ukraina Tuai Kontroversi

Editor: Isvara Savitri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sederetan amunisi uranium 25mm Angkatan Darat AS, 11 Februari 2004, di pangkalan Kompi Charlie, Batalyon 1-22, Divisi Infanteri ke-4, di Tikrit, 180 km (110 mil) utara Bagdad.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Amunisi depleted uranium akan digunakan Ukraina dalam perangnya bersama Rusia.

Beberapa waktu lalu, Inggris telah mengirim amunisi kontroversial tersebut.

Depleted uranium tersebut digunakan untuk menerobos pasukan Rusia ketika serangan balasan.

Selanjutnya pada Rabu (6/9/2023), Amerika Serikat setuju mengirimkan amunisi yang sama.

Rencananya amunisi tersebut akan dikirim jelang akhir tahun ini, atau sekitar musim gugur.

Amunisi depleted uranium berukuran 120 mm ini dapat digunakan untuk mempersenjatai 31 tank M1A1 Abrams.

AS mengembangkan amunisi depleted uranium selama Perang Dingin untuk menghancurkan tank-tank Uni Soviet, seperti T-72 yang sama dihadapi Ukraina saat ini.

Lantas, apa itu depleted uranium?

Mengutip European Commission, depleted uranium adalah logam padat yang dihasilkan sebagai produk sampingan dari pengayaan uranium alam untuk bahan bakar nuklir.

Zat ini masih bersifat radioaktif, tetapi pada tingkat yang jauh lebih rendah daripada bahan awalnya.

Bahan ini digunakan dalam peluru dan bom yang mampu menembus lapis baja, untuk memberikan daya tembus yang lebih besar.

Amunisi ini pernah digunakan dalam beberapa perang, seperti Perang Teluk dan di Serbia dan Kosovo.

Banyak kekhawatiran yang muncul akan ancaman kesehatan akibat paparan dari depleted uranium ini.

Penelitian menunjukkan, meskipun efek yang dikeluarkan dari amunisi ini kurang bukti adanya bahaya, namun hasilnya masih kontroversial.

Parlemen Eropa pada tahun 2008 meminta informasi lebih lanjut tentang ilmu pengetahuan tentang depleted uranium dan di mana ia dapat ditemukan.

Halaman
123

Berita Terkini