Piala Dunia 2022

6 Fakta Kampung Argentina di Manado Sulawesi Utara, Kalau Hujan Banjir dari Dada Sampai Atap Rumah

Penulis: Indry Panigoro
Editor: Indry Panigoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kampung Argentina di Manado Sulawesi Utara

Dikatakan Rahmawati, banjir juga jadi perekat antar warga yang berbeda beda suku

"Ada kalanya datang bantuan dari warga non muslim, ini membuat kami haru," kata dia.

Rahmat warga lainnya menyatakan, kerja keras warga nampak dari beberapa rumah berlantai dua.

Warga bekerja keras untuk bisa membangun rumah tersebut.

"Supaya kalau banjir bisa diungsikan sejumlah barang barang di lantai dua.

Ditanya apakah hendak pindah, dirinya siap asalkan ada uang pengganti yang pantas.

Husain warga lainnya mengaku sibuk membersihkan rumahnya yang kemasukan air setinggi dada.

"Kerja yang lumayan sulit karena tak ada alkon, kami butuh bantuan alkon," kata dia.

Meski dalam keadaan sulit, ia tetap memaksa anaknya bersekolah.

Peralatan sekolah anak sengaja ia prioritaskan saat mengungsi.

"Segala kesulitan hidup jangan membuat kita menyerah," kata dia. 

Bantaran DAS Tondano di Kampung Argentina Ternate Tanjung 1 (Tribun Manado/Isvara Savitri)

6. Bantuan Pemkot Manado Dianggap Salah Sasaran

Indriyati Hasan, warga Kampung Argentina, mengatakan beberapa waktu lalu tempat tinggalnya kebanjiran akibat hujan lebat.

Perempuan yang akrab disapa Iin ini sudah tinggal di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano sejak ia lahir.

Rumah tersebut merupakan warisan kakek dan neneknya.

Sejak berdiri, rumah tersebut memang setiap tahun selalu kebanjiran karena tak ada batas antara bangunan dan sungai.

"Paling parah waktu banjir bandang 2014. Rumah ini habis karena banjirnya sampai lima meter," kata perempuan 29 tahun itu kepada Tribunmanado.co.id, Kamis (15/7/2021).

Kondisi rumah warga yang tinggal di bantaran DAS Tondano di Kampung Argentina, Ternate Tanjung, Singkil, Kota Manado. (Tribunmanado.co.id/Isvara Savitri) (Tribun Manado/Isvara Savitri)

Pada awal tahun 2021, hujan lebat juga sempat turun di Manado selama beberapa minggu.

Hujan tersebut menyebabkan banjir setinggi dua-tiga meter sehingga Iin dan keluarga harus mengungsi di Masjid Babuljannah Singkil di depan rumahnya.

Bahkan rumahnya sudah hancur karena sering terkena banjir.

"Atap rumah sempat bolong, yang tertutup hanya di kamar. Jadi di ruang tengah tetap bisa lihat langit," kata Iin.

Iin sempat mengganti atap dengan terpal, namun tak lama datang bantuan seng sehingga rumahnya sudah bisa terlindungi.

Karena sering kebanjiran, Pemerintah Kota Manado sempat meminta warga Kompleks Argentina pindah ke daerah Pandu, Mapanget, Manado.

Namun menurut Iin kebijakan tersebut salah sasaran.

Warga yang pindah ke daerah Pandu tersebut justru yang tinggal di daerah tinggi.

"Jadi waktu 2014 kami sempat diminta pindah ke daerah Pandu. Di kantor kelurahan sudah tertulis daftar nama-nama keluarga yang bisa pindah, tapi kami yang tinggal di bantaran sungai justru tidak tercantum namanya," terang Iin.

Jika tercantum namanya saat itu, Iin mengaku ia dan warga sekitar bersedia pindah.

Iin berharap, Pemkot Manado bisa segera mengatasi banjir agar ia dan warga bantaran DAS Tondano bisa tenang. (Ind/Art)

Itulah 6 Fakta Kampung Argentina di Manado Sulawesi Utara, Kalau Hujan Banjir Sampai Atap Rumah
 

 
 
 

Berita Terkini