TRIBUNMANADO.CO.ID - Tragedi maut usai laga Arema FC vs Persebaya tercatat dalam sejarah kelam sepakbola dunia.
Ada yang kehilangan teman, saudara, ayah, ibu, bahkan anak dalam tragedi mengerikan ini.
Presiden Jokowi dan berbagai lapisan masyarakat meminta kasus yang memakan ratusan korban jiwa dan luka-luka ini untuk diusut secara tuntas.
Baca juga: Sergio Silva Ceritakan Momen Ngeri Tragedi Kanjuruhan, 5 Jam Terkurung di Ruang Ganti
Banyak pihak yang menyayangkan kejadian ini dapat terjadi.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI) menilai Tragedi di Stadion Kanjuruhan merupakan akumulasi dari pembinaan olahraga yang salah kelola.
Sementara Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali menyebut panpel Arema FC tidak mentaati aturan tentang pencetakan jumlah tiket saat laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022).
Penjualan tiket dikatakan tidak sebanding dengan kapasitas di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.
Manajemen Arema FC pun merespons informasi tersebut.
Pihaknya bersikukuh tidak menjual tiket melebihi batas kuota stadion.
"Tiket itu tidak melebihi batas kuota. Bisa disaksikan saat pertandingan tidak ada satupun luberan penonton di area shuttle ban," kata media Officer Arema FC Sudarmaji, Senin (3/10/2022) dikutip dari Surya.co.id.
Manajemen Arema FC mengklaim dengan bukti video saat siaran langsung.
"Silahkan dalam video pertandingan yang disiarkan langsung. Kami bicara fakta dan memang tidak ada yang meluber ke shuttle ban," lanjutnya.
Baca juga: Cerita Para Korban Selamat dari Maut di Stadion Kanjuruhan, Lihat Banyak Jazad dengan Wajah Membiru
Diketahui, kapasitas stadion Kanjuruhan Malang berkapasitas 45 ribu penonton.
Sementara tiket yang dicetak panitia pertandingan Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) kemarin sebanyak 42 ribu.
Lebih lanjut, saat ditanya mengenai pintu stadion yang tertutup saat terjadi kerusuhan, pihaknya tak mau berkomentar.