PKI usai G30S (Istimewa)
Tidak ada niatan untuk membuka aib atau menyudutkan orang-orang yang terlibat.
Di sini tidak mengubah beberapa pernyataan individu untuk menjaga otentisitas sumber.
Operasi Gagak Hitam: Balas Dendam Anggota NU dan PNI
Gagak Hitam adalah sebuah pasukan yang dibentuk untuk menumpas anggota dan simpatisan PKI di Banyuwangi, Jawa Timur.
Gagak Hitam bukan merupakan pasukan Angkatan Bersenjata, melainkan berisi anggota Nadhlatul Ulam (NU), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan organisasi onderbouw keduanya yang berada di Banyuwangi, Jawa Timur.
Panser Saracen, Kendaraan Lapis Baja Sepuh Pengangkut Jenazah Korban G30S/PKI yang Masih Awet Sampai Kini
Tugas Pasukan Gagak Hitam adalah melakukan penumpasan terhadap orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) di daerah Banyuwangi.
Nama Gagak Hitam karena atribut yang dipakai yaitu, serba hitam dari mulai celana, baju, hingga ikat kepala.
Dilansir oleh Tempo, Pasukan Gagak Hitam dibentuk karena kemarahan anggota NU karena sejumlah 62 anggota Ansor dihabisi oleh anggota PKI di Dusun Cemethuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, Jawa Timur.
Pada mulanya, anggota Ansor yang telah bersenjatakan celurit, pedang samurai, keris, dan bambu runcing mempunyai tujuan untuk membantai orang-orang PKI.
Namun demikian, anggota Ansor ini justru dihadang di ujung desa dan disekap bersama orang-orang PNI oleh orang-orang PKI untuk kemudian dihabisi.
Peristiwa ini selanjutnya diabadikan dalam Monumen Pancasila Jaya atau yang dikenal dengan Lubang Buaya, di Cemethuk, Jawa Timur.
Seorang anggota Gagak Hitam, bernama Baidawi diwawancarai Tempo mengaku membantah bahwa dirinya terlibat pembunuhan terhadap orang PKI.
"Kalau ada yang bilang saya tukang bunuh orang PKI, tidak usah didengarkan. Itu salah. Saya hanya melihat, "katanya.