Film Dokumenter

Sangihe Not For Sale, Melawan Perusahaan Tambang Emas Sangihe Melalui Film Dokumenter

Editor: Rizali Posumah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah lembaga menggagas me-launching dan nonton bareng film Sangihe Not For Sale tepat di Hari Kemerdekaan RI ke-76 tahun di Sekretariat AMSI Sulut, Jalan Elang Raya 3, Malalayang 1 Timur, Manado.

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Perlawanan masyarakat Sangihe terhadap perusahaan tambang emas yang menggerogoti tanah merekat tak pernah surut. 

Bila kemarin-kemarin yang dilakukan adalah aksi penolakan lewat demo, gugatan ke pengadilan hingga tanda tangan petisi, kali ini perlawanan yang dilancarkan adalah dengan cara kreatif. 

Seperti yang digagas Audro Chrustofel dan teman-temannya dari Sangihe Documentery Film (SDF) melalui film Sangihe Not For Sale. 

Sebelumnya, Audro Cs hendak melaunching film secara offline di Sangihe pada Minggu malam 15 Agustus 2021.

Nantimun tak diizinkan Polres Sangihe dengan alasan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Sehingga sejumlah lembaga menggagas me-launching dan nonton bareng film tersebut tepat di Hari Kemerdekaan RI ke-76 tahun di Sekretariat AMSI Sulut, Jalan Elang Raya 3, Malalayang 1 Timur, Manado. 

Lembaga tersebut yakni, Gerakan Cinta Damai Sulut (GCDS), AJI Manado, Save Sangihe Island (SSI), Yayasan Suara Nurani Minaesa (YSNM), Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) dan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulut. 

Audro mengatakan, Film ini berdurasi 1 jam lebih dengan pengambilan gambar melalui handphone saja.

"Ini film dokumenter ketiga yang dibuat Sangihe Documentery Film,” ujar Audro dalam diskusi sebelum pemutaran film yang diikuti sejumlah warga secara virtual. 

Dia menyebutkan, film Sangihe Not For Sale memotret kondisi terkini masyarakat Sangihe melawan perusahan tambang emas PT Tambang Mas Sangihe (TMS). 

“Saya bangunkan teman-teman saya, kalian jangan tidur lama tapi cepat bangun karena daerah kita akan rusak dengan perusahan tambang."

"Namanya perusahan tambang pasti akan merusak tatanan hidup masyarakat dan melahirkan berbagai hal negatif lainnya,” ujar lelaki lulusan Intitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini. 

Jull Takaliuang dari Save Sangihe Island (SSI), mengapresiasi semangat Audro Cs yang membuat film tersebut. 

"Perjuangan kami butuh energi yang panjang dan cara-cara kreatif melakukan perusahan tambang yang punya duit besar."

"Salut Sangihe Documentery Film yang berjuang keras melahirkan film ini,” ujar aktivis perempuan Sulut ini. 

Halaman
123

Berita Terkini