Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Tiang pos AL tersebut jadi penghubung warga Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara, dengan dunia luar.
Setiap malam, Pos AL itu dipenuhi para muda mudi yang mencari sinyal. Berteman di dunia nyata, mereka harus "berkelahi" di sana untuk beroleh sinyal.
Siapa cepat dia dapat. Siapa yang datang duluan, dialah yang beroleh sinyal. Namun sang pemenang tak bisa bergeser tempat.
Pindah sejengkal, maka sinyal dapat pindah di tempat lain.
Baca juga: BREAKING NEWS: Bupati Minahasa Utara Joune Ganda Tiba di Tribun Manado
Baca juga: Jelang Peluncuran ETLE di Kota Manado, Dirlantas Ingatkan Hal Ini
Baca juga: Sidak Sejumlah Kantor SKPD, Ini yang Diingatkan Wali Kota Tomohon Caroll Senduk
Hal ini jadi rutinitas para muda mudi tiap malam.
Sangat memakan tenaga, juga emosi, tapi mereka bertekun demi bisa berselancar di medsos.
Di Facebook mereka bisa menjalin persahabatan, bertemu sahabat lama dan mencari sahabat baru.
"Saya biasa berhubungan dengan saudara saya yang sekolah di Manado lewat facebook," kata Mesak seorang warga.
Baca juga: 5 Populer Kemarin, dari Tsunami Tadi Malam, Ashanty Menangis, hingga Kisah Stephen Tong
Baca juga: Sekprov Silangen Jabat Komut BSG, Gubernur Olly Pakai Patokan Dirjen Rangkap Komisaris BUMN
Baca juga: Cerita Mistis Pedagang Lewat di Parkiran Mobil Kecelakaan Bertemu Penampakan: Saya Terduduk Tak Kuat
Begitulah keadaan yang diamati Tribun Manado sewaktu mengunjungi pulau tersebut pada 2016 lalu sewaktu Presiden Jokowi meresmikan bandara di pulau tersebut.
Keadaan yang kurang lebih sama ditemui Tribun Manado sewaktu balik ke sana Desember 2020. Sinyal memang ada di tempat yang berada dekat bandara. Tapi sering "pergi".
Hingga muncul istilah sinyal datang dan pergi.
Baca juga: VIRAL VIDEO Sosok Penampakan Wanita saat Evakuasi Korban Kecelakaan di Sungai Petanu, Ini Faktanya
Baca juga: AHY Digugat Total Rp 60,8 Miliar oleh Jhoni Allen dan Yulius Dagilaha, Imbas Pecat Kader Demokrat
Baca juga: Pengakuan Mengejutkan Ivan Gunawan, Cerita Soal Bibir Ayu Ting Ting, Boy: Benar-benar Ada Sesuatu
Sinyal buruk memang jadi masalah di daerah perbatasan Indonesia dan Filipina tersebut. Akibat sinyal buruk mereka jadi kian terkucil. Ekonomi sulit maju.
Pendidikan pun demikian. Layanan kesehatan berbasis internet yang jadi solusi dari daerah terpencil tak bisa diterapkan di pulau tersebut.
Satu satunya hari dimana sinyal betul - betul sempurna di daerah itu adalah saat presiden Jokowi mampir.
Aron salah satu warga mengaku sinyal datang dan pergi itu sering membuat tensi darahnya naik tiba tiba.
Baca juga: Cerita Mistis Pedagang Lewat di Parkiran Mobil Kecelakaan Bertemu Penampakan: Saya Terduduk Tak Kuat
Baca juga: Sebulan Launching, New Pajero Sport Laris Manis di Sulut, Terjual Puluhan Unit dalam Sebulan
Baca juga: Mengenang Muchtar Pakpahan, Tokoh Buruh yang Berani Lawan Orba, Sempat Terancam Hukuman Mati
"Sedang asyik you tube eh tiba - tiba sinyal hilang, kadang saya emosi," kata dia.
Tak hanya Aron yang emosi. Para prajurit TNI yang berjaga juga kadang naik tensi gara - gara laporan tak terkirim akibat sinyal tiba tiba hilang.
Laporan yang sudah disusun rapi pagi kadang nanti terkirim malam via WA.
"Akhirnya kami yang dimarahi atasan," kata seorang prajurit yang enggan namanya disebut.
Tak hanya internet, jaringan biasa pun sering ngadat. Julio salah satu pekerja mengatakan, ia sulit
berhubungan dengan istri dan anaknya di Manado.
"Saya menelepon, masuk, suara istri saya terdengar. Tapi ia tak mendengar suara saya," kata dia.
Tak kuat menahan rindu, ia pun menuju ke rumah pintar untuk mencari sinyal internet.
Di sana ia berebut sinyal yang tak seberapa dengan para siswa di sana.
Baca juga: IDENTITAS Potongan Tubuh Manusia di Apartemen Ambassador, Polisi: Korban Bunuh Diri
Baca juga: Pencuri Kabel Tewas Tersetrum di Gardu Listrik, Terpental Masuk Selokan, Warga Heboh Lihat Korban
Baca juga: 28-29 Maret PWI Sulut Gelar Konferensi Provinsi PWI Sulut, Pemilik Suara Silahkan Daftar
"Kadang mendengar suara anak dan istri beberapa detik saja sudah terasa sangat luar biasa," bebernya.
Rumah pintar itu jadi tempat para siswa yang hendak belajar daring lewat internet.
Internet di sana bak porsi nasi hemat.
Setiap siswa beroleh internet dalam porsi yang sangat kurang hingga hanya bisa membaca dan tak bisa mengunduh. Petrus, seorang remaja mengaku tak selalu mendapat sinyal internet.
"Harus berebut," kata dia.
Makanya, Petrus tak pernah menyia-nyiakan waktunya di dunia maya.
Ia langsung membuka Facebook, lantas mengirim pesan kepada seorang temannya di Manado, yang tak pernah ia kenal mukanya.
"Biasanya saya katakan apa kabar," kata dia.
Petrus berhasrat agar ada jaringan internet di Miangas agar supaya ia bisa terus bertemu dengan temannya di dunia maya.
Baca juga: Gubernur Sulut Persiapan Cari Sekprov Pengganti Edwin Silangen
Baca juga: Diduga Gelapkan Handphone Milik Pelanggan, Tukang Servis HP Diamankan Tim Totosik
Baca juga: Cerita Mistis Pedagang Lewat di Parkiran Mobil Kecelakaan Bertemu Penampakan: Saya Terduduk Tak Kuat
Ia bercita-cita bertemu temannya itu. Seorang remaja lain mengaku baru belajar berinternet.
Ia diajari oleh seorang pamannya yang merupakan guru di Melonguane.
Dia pun dibimbing sejumlah temannya yang lebih dulu tahu.
"Saya baru belajar, kata teman-teman asyik," kata dia.
Baca juga: Masih Ingat Fredrich Yunadi? Pengacara Setya Novanto Ditangkap KPK, Divonis 7 Tahun Penjara
Baca juga: AHY Digugat Total Rp 60,8 Miliar oleh Jhoni Allen dan Yulius Dagilaha, Imbas Pecat Kader Demokrat
Masalah lainnya di pulau itu adalah lemahnya sinyal telepon. Rebutan sinyal pun terjadi karena hanya ada kuota sepuluh penelepon dalam suatu kesempatan.
Saat terhubung pun, tak mulus. "Sering putus-putus lalu mati sendiri," kata Edwin, seorang warga.
Setali tiga uang dengan menerima panggilan, sebut dia, rebutan sinyal juga terjadi antara warga yang menelepon ke pulau Miangas.
Buruknya komunikasi membuat hubungan antara warga Miangas di perantauan dan kepulauan putus.
Baca juga: 5 Populer Kemarin, dari Tsunami Tadi Malam, Ashanty Menangis, hingga Kisah Stephen Tong
Mereka tak bisa berkomunikasi lewat ponsel, apalagi internet.
"Ada keluarga di sini yang sudah bertahun-tahun tidak berhubungan dengan sanaknya yang di perantauan sampai sudah saling lupa," kata dia.
Sarana informasi juga sama buruknya.
Warga Miangas yang lebih akrab dengan radio tak pernah mendengar siaran radio dari Indonesia. Warga justru sering mendengar siaran radio dari Filipina.
Tak heran, sejumlah warga lebih akrab dengan lagu kebangsaan Filipina, Lupang Hinirang daripada Indonesia Raya.
"Lagu itu sering terdengar kala pagi," kata seorang warga yang enggan disebut namanya.
Presiden Jokowi sempat menyentil hal itu dalam kunjungannya ke Bandara Miangas beberapa waktu lalu.
Jokowi minta jaringan radio bisa masuk ke Miangas. "Jangan sampai warga lebih banyak dengar siaran negara tetangga," kata dia.
Informasi yang dihimpun Tribun Manado, sinyal di daerah tersebut buruk karena hanya mengandalkan BTS. Fasilitas tersebut belum terhubung dengan sistem palapa ring yang merupakan program pemerintah. (art)
Baca juga: Jelang Peluncuran ETLE di Kota Manado, Dirlantas Ingatkan Hal Ini
YOUTUBE TRIBUN MANADO: