"Ekosistem lebih terjaga dan tidak ada niatan dari pendaki atau masyarakat untuk
berburu atau merusak habitatnya," terangnya.
"Burung itu juga cukup akrab dengan manusia, sehingga cerita ada pendaki yang
dituntun oleh Jalak Lawu bukan hanya sekali atau dua kali tapi sudah sering," imbuhnya.
Sementara itu, Arief Sukro Yulianto, Komandan Markas SAR Karanganyar menganggap
fenomena tersebut hal lazim terjadi di gunung.
Bahkan dia mengisahkan sempat mengalami hal serupa saat mendaki Lawu.
"Saya juga sempat mengalami hal serupa," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (20/2/2021).
"Bedanya ketika itu saya sedang mendaki dari pos 3 menuju pos 4 melalui Cemoro Kandang," imbuhnya.
Maka lanjut dia, fenomena pendaki bertemu burung jalak Lawu merupakan hal biasa.
Apalagi jika memang ada yang merasa tersesat.
"Biasa saja, tapi terkadang suka menghubungkannya dengan mitos," ungkap dia.
Walaupun demikian, Arief berharap para pendaki tidak mengandalkan keberadaan Jalak Lawu saat naik maupun turun.
"Sudah fokus saja pada jalur pendakian, sehingga tidak terjadi potensi tersesat," kata dia.
Harus dilestarikan