Menurutnya, potensi bisnis di negara ini malah cenderung ke arah yang menimbulkan dampak buruk.
Ia juga menyebut 'nyali' orang Indonesia sangat besar, karena bukan rahasia rokok memiliki risiko buruk bagi kesehatan, namun nyatanya tetap banyak diminati.
"Berarti orang Indonesia berani-berani, meski dibungkusnya ditulis dapat menyebabkan kanker, kematian, tetap saja rokok maju."
"Jadi orang Indonesia berani, walau diancam kanker, dia enggak peduli."
"Sehingga orang paling kaya (posisi) 1,2,3 itu pengusaha rokok, di mana di dunia ini yang kayak gitu? Enggak ada," beber Jusuf Kalla.
Sementara, berdasarkan hasil survei, kebanyakan perokok tidak percaya merokok rentan tertular Covid-19.
Hasil survei perokok tak percaya perilaku merokok rentan tertular Virus Corona tersebut, merupakan survei dari Komite Nasional Pengendalian Tembakau.
Alhasil, survei membuktikan, ada 63,6 persen responden perokok tidak percaya jika perokok rentan tertular Virus Corona.
"Sebanyak 63,6 persen responden perokok tidak percaya perokok lebih rentan tertular Covid-19."
"Dan mayoritas dari mereka tidak percaya merokok akan memperparah gejala Covid-19," kata peneliti utama survei Komnas Pengendalian Tembakau Krisna Puji Rahmayanti, saat peluncuran hasil survei yang diliput secara daring dari Jakarta, Selasa (15/9/2020).
Survei ini dilakukan terhadap 612 responden dari berbagai daerah di Indonesia selama 15 Mei 2020 hingga 15 Juni 2020, atau tiga bulan setelah status darurat corona pada akhir Februari 2020.
Berbeda dari responden perokok aktif, responden yang bukan perokok atau mantan perokok ternyata percaya bahwa merokok dapat menyebabkan seseorang mudah tertular Covid-19.
Sebanyak 84,1 persen responden yang bukan perokok atau mantan perokok percaya bahwa perokok lebih rentan tertular Covid-19.
Foto : Ilustrasi perkembangan Teknologi. (ist)
Bahkan, 87,2 persen dari mereka percaya bahwa merokok dapat membuat gejala Covid-19 lebih parah apabila tertular.