Kasus Djoko Tjandra

Mengenal 'Joker' Indonesia Buron Djoko Tjandra, Perjalanan Karir hingga Awal Dirinya Dijuluki Joker

Editor: Frandi Piring
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Buronan Djoko Tjandra dijuluki Joker

Tahun 1980-an, Tjandra Bersaudara selain bermitra dengan Sudwikatmono, juga menjalin kerja sama dengan Prajogo Pangestu dan Mochtar Riyadi. Mereka bersama-sama membesarkan Grup Mulia.

Pada 1984, Djoko Tjandra dan Eka Tjandranegara memilai usaha trading melalui PT Mulia Persada Gemilang.

Di tangan mereka, perusahaan itu terus menanjak sehingga mampu berekspansi ke berbagai sektor usaha, seperti industri glassware, properti, pembangunan dan pengelolaan gedung perkantoran, dan sebagainya.

Selain itu, Grup Mulia juga mengembangkan sayap bisnis ke mancanegara, yaitu Singapura dan Belanda.

Di Singapura, kelompok usaha itu memiliki dua perusahaan afiliasi yaitu Sum Cheong Pte Ltd dan Sumpiles Investment of Singapore. Di Belanda, Grup Mulia mendirikan Mulia Industrindo Finance BV.

Harun Masiku Jadi Target Perburuan Polri untuk Bantu KPK, Setelah Djoko Tjandra Berhasil Ditangkap

Media Asing Sorot Kasus Djoko Tjandra, Juluki Joker Indonesia: Uang dan Kekuasaan Masih Memerintah

Djoko Tjandra Sudah Ditangkap, Bagaimana dengan Buronan Harun Masiku?

Mengelola Grup Mulia

Setelah peran Eka Tjandranegara mulai berkurang, Djoko Tjandra mengambil alih tugas sebagai pelaksana Grup Mulia.

Tidak banyak informasi yang dapat digali dari Djoko.

Ayah empat anak yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat, itu sangat jarang muncul di halaman surat kabar atau majalah.

Fotonya pun kalau boleh dikatakan, jarang sekali. Namanya muncul ketika kasus money politics BB mencuat pada 1990-an.

Menurut orang terdekatnya, Djoko dikenal berani melakukan suatu hal yang jarang dilakukan pengembang lain, yakni menjual sendiri ruangan gedung-gedung perkantoran.

Pada saat pengembang lain mengambil jalan aman menggunakan jasa perusahaan semacam Procon Indah (Jones Lang Wooton), Djoko memakai perusahaan sendiri melalui PT Mulia Indoland.

Ia juga tak pernah mengadakan jumpa pers atau publikasi berkaitan dengan dibukanya gedung-gedung yang dibangun Grup Mulia.

Ketika membuat gedung, Djoko juga dikenal tidak membangun sembarangan, tidak ada yang jelek, dan sangat cepat.

"Dulu (tahun 1970-an), kalau mau ke tempat saya, Djoko itu hanya pakai taksi. " kata Sudwikatmono.

Halaman
123

Berita Terkini