Festival Floralia ini dirayakan untuk kesuburan alam yang berlangsung sekitar awal Mei dan didedikasikan untuk Dewi Flora.
Namun diyakini juga bahwa May Day berakar dari Celtic Festival Beltane.
Sebuah hari festival untuk menandai awal musim panas dan dianggap sebagai waktu terbaik untuk membawa hewan ke padang rumput.
Yang Mulia Bede (673 M - 735 M), salah satu cendekiawan terbesar dari periode Anglo-Saxon mencatat bahwa Mei adalah waktu dimana sapi diperah tiga kali sehari dan dibawa ke padang rumput.
Pada perayaan secara seremonial, transisi musiman ini ditandai dengan api yang melambangkan kematian musim dingin dan kelahiran kehidupan baru (atau transisi musim dingin ke musim semi dan ke musim panas).
Cara Perayaan May Day secara Tradisional
Sama seperti festival Romawi Floralia, May Day dirayakan dengan flora terutama bunga dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
Puisi John Lydgate pada abad ke-15, Mumming di Bishopwood menggambarkan Flourra yang perkasa, dewi-dewi tepung fresshe.
Sementara itu dalam The Knight's Tale, Geoffrey Chaucer menyebut woodbine dan hawthorn sebagai dekorasi acara itu.
Pada awal Mei orang biasanya mengumpulkan bunga, mekar dan ranting untuk menghiasi rumah mereka.
Lalu mereka akan bernyanyi sembari mengumpulkan karangan bunganya.
Para wanita dan gadis-gadis akan bangun pagi dan mencuci muka mereka di embun pagi bulan Mei yang segar, karena diyakini akan membuat wajah mereka berseri-seri, mengurangi noda, dan menarik pasangan.
Diduga pada 1515 silam, istri pertama Henry VIII, Catherine dari Aragon mengajak wanita-wanita di pagi hari untuk mandi di embun Mei untuk manfaat penyembuhannya.
Ekspresi paling ikonik dari perayaan May Day adalah Tiang May, pusat perayaan dan tarian.
Awalnya ini adalah pohon besar di hutan yang dihiasi, tetapi kemudian ditebang dan dibawa ke desa dan dihiasi dengan bunga, karangan bunga, saputangan, dan pita.
Tarian di sekitarnya merupakan ekspresi kegembiraan menyambut hidup baru.