Ketika Kaum LGBT di Manado Perjuangkan Identitasnya, Dipersoalkan karena Dandanan

Penulis: Arthur_Rompis
Editor: Aldi Ponge
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi LGBT.

Mengenai jumlah kaum LGBT, menurut Coco, sulit bicara angka real.

"Kita selalu terjebak di stigma bahwa kaum LGBT pria selalu bertingkah mirip perempuan, itu tak benar, bisa saja ada pria kekar tetapi ternyata punya orientasi seksual berbeda, " kata dia.

Ia menjelaskan lebih lanjut, orientasi seksual sama sekali tak berhubungan dengan perilaku seksual.

Baca: Pria Ini Lari dari Kejaran Polisi, Malah Ceburkan Diri ke Kolam Penuh Ganggang Beracun

Kaum awam seringkali menuding orientasi seksual yang berbeda sebagai penyebab penyimpangan perilaku seks.

"Lantas bagaimana dengan pria menikah yang selingkuh, " kata dia.

Ia menyebut kaum LGBT masih belum diterima di Manado.

Hal itu ditengarai karena budaya patriarka di Manado masih kuat.

Terkait hal itu ada yang unik. "Kalau di Manado bagian utara lebih bisa menerima, sedang di selatan lebih ketat, " beber dia.

Dikatakan Coco, kaum LGBT di Manado umumnya masih takut mengekspresikan orientasi seksualnya.

Mereka tertekan struktur sosial arus utama.

"Mereka coba hidup seperti biasa, bahkan menikah, tapi ya tersiksa, " kata dia.

Ilsutrasi (Kompas)

Dipersekusi, Berhenti Sekolah hingga Diusir dari Gereja

Data yang diperoleh Tribun Manado dari KPA Sulut serta sejumlah komunitas, jumlah kaum LGBT di Manado berkisar 3.000 hingga 5.000 orang.

Kisah mereka di Manado bak kisah para penyihir di eropa pada abad pertengahan.

Mereka secara tak langsung bagai diburu, dipersekusi, didiskriminasi bahkan dikriminalkan.

Halaman
1234

Berita Terkini