Kisah Pilu Kaum LGBT di Manado, Mengaku Dipersekusi, Berhenti Sekolah hingga Diusir dari Gereja

Penulis: Arthur_Rompis
Editor: Aldi Ponge
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilsutrasi

Namun perjalanan ke sekolahnya memakan waktu hampir setengah jam.

"Karena dia tidak mampu melawan ledekan dari para tetangganya hingga memilih jalan yang lebih jauh," kata dia.

Baca: Den Harin, Pasukan Khusus Paling Misterius, Wolter Mongisidi Personelnya Paling Ditakuti Belanda

Sekolah baginya adalah sebuah siksaan karena musti menghadapi persekusi murid dan guru.
Tak tahan, ia pun berhenti sekolah.

"Saya terpaksa melepaskan cita cita menjadi pekerja handal," ujarnya.

Untuk menyambung hidup, ia terpaksa kerja serabutan.

Pernah ia mangkal di pusat kota.

"Kalau tidak demikian kami mau makan apa," kata dia.

Saat mangkal itu, dirinya pun berakting. Ia selalu menebar senyum.

Baca: Gerilyawan asal Manado Ini Miliki 9 Nyawa di Filipina, Tewas saat Kudeta Westerling di Bandung

Seperti terlihat tak pernah dirundung sedih.

"Padahal sepulang dari sini saya menangis, berurai airmata, " kata dia.

Ilustrasi LGBT. (Thinkstock)

kerap mengalami kekerasan

Kajawali Coco, salah satu aktivis membeber, kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) kerap mengalami kekerasan. 

"Pernah kami adakan penelitian di tiga kota yakni Manado, Tomohon serta Bitung, ada 78 responden yang kami 
tanyai, semua mengaku pernah mendapatkan kekerasaan baik fisik maupun psikis," kata dia.

Penelitian lainnya, beber dia, terungkap jika kasus bunuh diri di kalangan kaum LGBT tinggi.

Baca: Kaca Mobil Dipecahkan Pencuri, Candra Modeong Kehilangan Laptop, Ponsel dan Uang Rp 6,5 Juta

Mengenai jumlah kaum LGBT, menurut Coco, sulit bicara angka real.

"Kita selalu terjebak di stigma bahwa kaum LGBT pria selalu bertingkah mirip perempuan, itu tak benar, bisa saja ada pria kekar tetapi ternyata punya orientasi seksual berbeda, " kata dia.

Ia menjelaskan lebih lanjut, orientasi seksual sama sekali tak berhubungan dengan perilaku seksual.

Kaum awam seringkali menuding orientasi seksual yang berbeda sebagai penyebab penyimpangan perilaku seks.

"Lantas bagaimana dengan pria menikah yang selingkuh, " kata dia.

Baca: Sempat Buron, Tersangka Penikaman Akhirnya Diborgol Timsus Polresta Manado

Ia menyebut kaum LGBT masih belum diterima di Manado.

Hal itu ditengarai karena budaya patriarka di Manado masih kuat.

Terkait hal itu ada yang unik. "Kalau di Manado bagian utara lebih bisa menerima, sedang di selatan lebih ketat, " beber dia.

Dikatakan Coco, kaum LGBT di Manado umumnya masih takut mengekspresikan orientasi seksualnya.

Mereka tertekan struktur sosial arus utama.

"Mereka coba hidup seperti biasa, bahkan menikah, tapi ya tersiksa, " kata dia. (art)

Tags:

Berita Terkini