Babi di Sulut
Populasi Babi di Sulut Mulai Naik, Peternak Terapkan Intervensi Biosekuriti Pencegahan Virus ASF
Puluhan peternak babi di Sulawesi Utara sukses menerapkan Program Community African Swine Fever Biosecurity Intervention.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Puluhan peternak babi di Sulawesi Utara sukses menerapkan Program Community African Swine Fever Biosecurity Intervention (CABI) atau Intervensi Bio sekuriti Berbasis Komunitas untuk pengendalian ASF.
Program percontohan ini diterapkan di tiga kabupaten kota, yakni Minahasa Utara, Minahasa dan Minahasa Selatan.
Sebanyak 81 peternak babi-mikro kecil di tiga kabupaten menjadi pilot project program CABI sejak semester kedua tahun 2023.
Dalam program ini, peternak diberi pengetahuan, alat-alat bantu, pendampingan dan evaluasi terkait menjaga keamanan biologi ternak babi.
Dengan demikian, para peternak ini bisa menjaga siklus produksi dan dapat membudidayakan babi yang aman dari serangan ASF.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, Wilhelmina Pangemanan, berkat penerapan CABI, populasi ternak babi di Sulut mulai naik.
Katanya, pada saat serangan wabah ASF pada pertengahan tahun 2023, populasi babi rata-rata di Sulawesi Utara 430 ribu hingga 450 ribu ekor.
Jumlah itu merosot hingga tinggal sekitar 30 ribu ekor akibat ASF.
"Namun saat ini populasi mulai naik di angka 50 ribu hingga 60 ribu ekor.
Indikator lainnya, harga babi juga mulai turun. Timbang kotor sudah 65 ribu hingga 70 ribu per kilogram," jelas Pangemanan dalam Diseminasi Hasil Program CABI di Sulut di Manado, Rabu (30/7/2025).
Katanya lagi, harga jual juga sudah di kisaran Rp 85 ribu hingga Rp 110 ribu per kilogram.
"Seperti momen Pengucapan Syukur, tidak ada lagi gejolak seperti lalu," katanya.
Pihaknya berharap, puluhan peternak yang sukses menjadi contoh penerapan CABI bisa mereplikasi ilmu dan terapannya ke peternak lainnya.
"Semakin banyak peternak paham bio sekuriti, semakin baik dan semakin aman. Virus ASF tidak akan hilang tapi kita bisa mencegah dan mengebdalikannya," ujarnya.
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Hendra Wibawa menjelaskan, CABI merupakan rogram kolaboratif antara Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, FAO Indonesia melalui ECTAD dan Pemprov Sulut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.