Warga Sulut di Kamboja
Disiksa dan Dipaksa Nipu di Kamboja, 80 WNI Termasuk Warga Sulut Kabur, Hanya 30 yang Lolos ke KBRI
Satu dari 17 warga Sulut yang lari dari perusahaan mengungkapkan, tugas mereka melakukan penipuan di media sosial.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Indry Panigoro
TRIBUNMANADO.CO.ID - Niat cari kerja dan mendapat gaji yang besar pupus.
Mereka justru disiksa dan dipaksa untuk menipu orang lain.
Inilah yang dirasakan sekitar 80 orang Warga Negara Indonesia termasuk warga Sulawesi Utara korban online scam di Kamboja.
Tak kuat disiksa, mereka pun dilaporkan memilih kabur.
Sayangnya, tidak semua berhasil lari.
Dari info yang didapat, yang lolos hingga berhasil ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) hanya 30 orang.
Informasi diungkapkan oleh Relawan Kemanusiaan Kamboja, Christie Saerang, berdasarkan pengakuan para korban.
"Saya dapat info dari dari para korban di KBRI ada lagi yang lari dari perusahaan karena disiksa. Katanya ada 80 orang yang lari, 6 orang warga Sulut. Cuma yang tembus ke KBRI hanya 30 orang," ujar Christie, Sabtu (8/3/2025).
Diketahui, Warga Negeri Indonesia yang mengaku menjadi korban perusahaan online scam (penipuan daring) terus bertambah.
Jumlah mereka yang berusaha untuk melarikan diri juga bertambah.
Beberapa orang tembus, beberapa lainnya tak berhasil.
Menurut Christie para korban tidak tahan disiksa oleh pihak perusahaan sehingga mereka melarikan diri.
"Saat ini para korban sudah ada di sekitar KBRI," jelasnya.
Kata dia, para korban ini dipaksa untuk menipu oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
Salah seorang korban inisial SW, satu dari 17 warga Sulut yang lari dari perusahaan mengungkapkan, tugas mereka melakukan penipuan di media sosial.
"Kita dipaksa untuk menipu masyarakat di Facebook maupun Instragram dengan cara menawarkan investasi kripto dan tanam saham," terang dia Senin (3/3/2025).
Ia menuturkan, mereka para korban ini membaut sebanyak mungkin akun dan menyamar sebagai wanita cantik untuk memikat para korban.
Langkah awal mereka akan membuat para korban nyaman dan ujung-ujungnya meminta nomor WhatsApp.
Mereka melakuka pendekatan khusus dan menunjukan bahwa kita juga berhasil dengan investasi kripto dan tanam saham.
"Setelah lanjut, buat pendekatan khusus sampai betul-betul para korban percaya dan saat itu mereka tertipu," ungkapnya.
Kata dia, para korban banyak yang telah tertipu dan ujung-ujungnya rugi.
"Banyak korban tertipu dari aksi ini," terang.
Ia yang tidak tahan bekerja untuk menipu orang lain akhirnya memutuskan melarikan diri.
"Saya tidak tahu pekerjaan seperti ini, jadi karena tidak tahan makanya lari dari perusahaan," terang dia.
Keputusan lari dari perusahaan sangat berisiko sekali.
"Kalau ketangkap kita akan disiksa bahkan dijual," pungkasnya. (Edy)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Bergabung dengan WA Tribun Manado di sini >>>
Simak Berita di Google News Tribun Manado di sini >>>
Baca Berita Update TribunManado.co.id di sini >>>
Polda Sulut Minta Keterangan Keluarga Nahtasya Antou Terkait Kasus Penggelapan Uang Donasi |
![]() |
---|
Akhirnya Dua Warga Sulut yang Diduga Jadi Korban TPPO di Kamboja Tiba di Manado |
![]() |
---|
Soal Pemulangan Jenazah Natasya Antou dari Kamboja, BP3MI Fasilitasi Aduan Keluarga ke KBRI |
![]() |
---|
10 Warga Sulut Dicegah ke Kamboja di Bandara Sam Ratulangi, Telah Dipulangkan ke Keluarga |
![]() |
---|
Warga Minahasa Mengaku Dapat Ancaman, Merasa Lega Saat Diamankan Polisi di Manado |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.