Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Manuver Rumit Turki dan Rusia terkait Suriah Pascajatuhnya Assad

Bashar Assad telah memicu babak baru manuver geopolitik yang rumit antara Vladimir Putin dari Rusia dan Recep Tayyip Erdogan dari Turki.

Editor: Arison Tombeg
Kolase Tribun Manado
Recep Tayyip Erdogan dari Turki Vladimir Putin dari Rusia. Kejatuhan Bashar Assad telah memicu babak baru manuver geopolitik yang rumit antara Rusia dan Turki. 

"Pasukan oposisi Suriah sangat memahami bahwa masa depan negara itu tidak pasti," kata Nikolay Kozhanov, seorang konsultan pada program Rusia dan Eurasia di Chathan House, dalam sebuah komentar. "Mereka menginginkan Rusia, jika bukan sebagai teman, maka sebagai pihak yang netral."

Ia mencatat bahwa “tujuan utama Moskow adalah mempertahankan setidaknya tingkat pengaruh minimal melalui kehadiran militer, misalnya, di pangkalan-pangkalan yang ada, atau melalui kontak dengan pemain regional lainnya, seperti Turki.”

Cagaptay mengamati bahwa meskipun Turki ingin mengakhiri kehadiran militer Rusia di Suriah, posisi Ankara akan bergantung pada bagaimana hubungan berkembang dengan Washington.

"Jika kita melihat pemulihan hubungan AS-Turki, di mana Turki merasa nyaman bersandar pada AS untuk melawan Rusia, saya bisa melihat Erdogan akan mengambil nada yang lebih keras terhadap Putin," katanya.

Namun jika AS mempertahankan aliansinya dengan Kurdi dan menentang upaya Turki untuk melawan pejuang Kurdi di Suriah timur laut, "Ankara mungkin memutuskan bahwa mereka perlu terus bermain dengan semua pihak seperti yang telah dilakukannya selama sekitar satu dekade sekarang," kata Cagaptay.

Putin menekankan Rusia memahami motif Turki dalam mengamankan perbatasannya, tetapi ia juga memperingatkan bahwa Kurdi dapat memberikan perlawanan yang kuat jika diserang.

Emre Ersen, seorang pakar Rusia di Universitas Marmara Istanbul, juga mencatat bahwa meskipun jatuhnya Assad akan mengurangi pengaruh Moskow, “hubungan antara Turki dan Rusia tidak akan hancur akibat peristiwa di Suriah.”

"Jelas, mereka masih perlu saling berkomunikasi terkait krisis di Ukraina, tetapi juga karena mereka memiliki hubungan ekonomi yang sangat signifikan," kata Ersen, seraya menambahkan bahwa Erdogan diperkirakan akan mencari lebih banyak konsesi dari Rusia terkait masalah energi dan perdagangan. (Tribun)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved