Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rusia dan Turki Terlibat Penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad?

Rusia dan Turki dinilai terlibat dalam negosiasi pengunduran diri Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Editor: Arison Tombeg
Kolase Tribun Manado
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan. Rusia dan Turki dinilai terlibat dalam negosiasi pengunduran diri Presiden Suriah Bashar al-Assad. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Moskow - Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan tidak terlibat dalam negosiasi pengunduran diri Presiden Suriah Bashar al-Assad dan tidak menyebutkan keberadaannya.

Militer di pangkalan Rusia di Suriah dalam keadaan siaga tinggi, tetapi tidak ada ancaman terhadap keselamatan mereka.

Rusia dan Iran tampaknya terpengaruh secara negatif oleh oposisi yang menggulingkan al-Assad, kata Yulia Shapovalova, melaporkan dari Moskow.

“Keduanya telah memainkan peran utama dalam mendukung rezim Assad sejak pemberontakan dimulai pada tahun 2011,” katanya. 

“Rusia sebenarnya terus berada di pihak al-Assad, karena baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengonfirmasi bahwa Suriah telah menjadi sekutu terkuatnya di Timur Tengah,” katanya dikutip Al Jazeera.

Shapovalova mengatakan hal ini memberi Rusia pengaruh di Timur Tengah, dan kemampuan untuk memiliki pangkalan di Tartus dan pangkalan udara di Hmeimim sebagai imbalan atas dukungan Moskow. Rusia telah memperoleh kehadiran militer utama di Mediterania dan kekuatan udara di wilayah tersebut sebagai hasilnya.

“Diduga, Rusia menggunakan pangkalan angkatan lautnya di Tartus untuk mengirim tentara bayarannya ke Afrika, Sudan, Mali, dan Republik Afrika Tengah,” kata Shapovalova.

“Dilihat dari tidak adanya kepanikan di pangkalan-pangkalan Rusia, itu bisa berarti ada kesepakatan dengan Turki.

Saat ini, kami memahami semua penerbangan antara Moskow dan Damaskus telah dibatalkan dan suasana di kedutaan Suriah di Moskow tetap tenang.”

Mendesak Inklusivitas

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan pengambilalihan kekuasaan oleh oposisi di Suriah seharusnya tidak menimbulkan ancaman bagi negara-negara tetangganya karena ia menekankan bahwa bantuan diperlukan untuk membangun kembali negara tersebut.

Berbicara dalam konferensi pers di Forum Doha pada hari Minggu, beberapa jam setelah pasukan oposisi merebut Damaskus dan menyatakan berakhirnya kekuasaan Presiden Bashar al-Assad, Fidan mengatakan semua minoritas di Suriah “harus diperlakukan sama”.

"Prinsip inklusivitas tidak boleh dikompromikan. Tidak boleh ada keinginan untuk membalas dendam," katanya kepada wartawan.

“Sudah saatnya kita bersatu dan membangun kembali negara ini,” tegasnya.

Lebih jauh lagi, Fidan menghimbau oposisi Suriah untuk meyakinkan tetangganya bahwa negara itu tidak akan menimbulkan ancaman.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved