Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Bertarung Tanpa Membenci, Bertanding Tanpa Berbuat Curang

PIDATO perdana Presiden ke-8 Republik Indonesia Prabowo Subianto, menyerukan semua pihak untuk bersatu padu untuk membangun negara

Editor: David_Kusuma
Dok Pribadi
Efraim Lengkong (Pemerhati  Sejarah, Budaya) 

Penulis: Efraim Lengkong (Pemerhati  Sejarah, Budaya)

PIDATO perdana Presiden ke-8 Republik Indonesia Prabowo Subianto, menyerukan semua pihak untuk bersatu padu untuk membangun negara dalam semangat demokrasi tanpa caci maki dan menghindari kemunafikan. 

"Demokrasi yang berasal dari sejarah dan budaya kita, demokrasi kita harus demokrasi yang santun, demokrasi di mana berbeda pendapat harus tanpa permusuhan".

"Demokrasi di mana mengoreksi harus tanpa caci maki bertarung tanpa membenci bertanding tanpa berbuat curang, demokrasi kita harus demokrasi yang menghindari kekerasan, adu domba, hasut menghasut, harus yang sejuk, demokrasi yang damai, demokrasi yang menghindari kemunafikan".

"Kita menghendaki kehidupan demokrasi tapi marilah kita sadar bahwa demokrasi kita harus demokrasi yang khas untuk Indonesia, yang cocok untuk bangsa kita". 

Pidato Presiden Prabowo Subianto menjadi signal bagi para peserta pilkada, bagi calon gubernur, bupati, wali kota terlebih bagi partai politik pendukung termasuk para tim sukses. 

Pidato tersebut terselip makna bahwa untuk memperoleh kemenangan pada pesta demokrasi 27 November 2024, 
harus diperoleh dengan jujur dan bermartabat.

Bukan dengan cara "kekerasan, adu domba, hasut menghasut, harus yang sejuk, demokrasi yang damai, demokrasi yang menghindari kemunafikan", kata Prabowo. 

Jelang pesta demokrasi 27 November 2024 di Provinsi Sulawesi diwarnai dengan "caci maki, adu domba, hasut menghasut dan kemunafikan".

Yang sangat memalukan hal tersebut muncul dari sumber orang-orang yang sukses dalam karier politik, ekonomi dan jabatan birokrat, tetapi disayangkan mereka tidak sukses dalam pola berpikir sebagaimana layaknya cara berfikir orang sukses. 

Takut kalah, lupa diri tidak berdoa'. Kecemasan rasa takut kalah menyebabkan depresi. 
Jiwa yang tertekan (beweging) amarah yang tak tertahankan membuat seseorang bertindak di luar kendali. 

Anggota DPR-RI dari fraksi PDIP Yasti Soepredjo tak segan-segan menyebarkan dugaan kabar bohong terhadap calon Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) 2024-2029, nomor urut 2 Elly Engelbert Lasut (E2L).

Akibatnya Yasti Soepredjo Mokoagow dilaporkan di Polda Sulut oleh kuasa hukum Elly Lasut LP Nomor: STTLP/B/588.a/X/2024/SPKT/POLDA SULAWESI UTARA Tanggal 21 Oktober 2024 pukul 12.31 Wita. 

Diduga Yasti Soepredjo Mokoagow, telah membuat pernyataan lisan di depan umum, bahwa Bupati Kabupaten Terluar Sulut itu membenci umat-Islam, padahal Bupati Kepulauan Talaud Tidak Pernah menyampaikannya hal tersebut, seperti yang dikatakan Yasti.

Pidato kampanye Yasti Soepredjo dibantah oleh E2L "saya tidak pernah mengatakannya".

Bantahan E2L bersesuaian dengan fakta di lapangan.

Elly Engelbert Lasut (E2L) merupakan sosok yang berintegritas dan dikenal berdedikasi juga memiliki Toleransi tinggi. 
Di era kepemimpinannya sebagai bupati kepulauan Talaud Elly membangun Masjid  Agung 'Jabbal Rahmah' Melonguane, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Talaud

Lain lagi dengan apa yang menimpa Pjs Bupati Talaud Dr Fransiskus E Manumpil yang dilaporkan oleh kuasa hukum Elly Lasut (E2L)  Nomor: LP/B/589/X/2024/SPKT/POLDA SULAWESI UTARA tanggal 21 Oktober 2024.

Dugaan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 311.

Pjs Bupati kabupaten Kepulauan Talaud Fransiskus Manumpil, diduga telah menyampaikan fitnah yang ditujukan kepada Elly Lasut. 

Manumpil mengatakan bahwa bahwasanya Izin operasional Rumah Sakit Damao di Talaud  Kewenangan Bupati (saat itu Elly Lasut bupati).

 Padahal Terhalangnya Operasional Rumah Sakit tersebut karena Kepala Dinas Kesehatan Sulut belum melakukan  'Visitasi' dan Gubernur Sulut belum Mengeluarkan Putusan. 

Abstract
Jauh sebelum merdeka leluhur kita telah meletakkan budaya santun, damai, dan jauh dari kemunafikan. Budaya gotong royong, Baku baku sayang, baku-baku tongka ini, kemudian oleh Gubernur Sulut Evert Ernest Mangindaan, (Maret 1995 –Maret 2000) membuat Slogan "Torang Samua Basudara" yang kemudian dikenal dan menjadi contoh bagi daerah-daerah lain sebagai daerah yang tingkat Toleransi tinggi.
Juga dijuluki dengan sebutan "The land with the smiling people". (*)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Aib untuk Like

 

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved