Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Menjalin Hubungan Baik Dengan Orang Lain di Usia Senja, Wujud Dari Golden Generation

MEMASUKI usia senja, perubahan fisik dan psikologis manusia mengalami banyak perubahan, baik fisik maupun psikologis

Editor: David_Kusuma
Dok Pribadi
Efraim Lengkong  

Penulis: Lantip Efraim Lengkong  (Waka KP Lansia GMIM Wilayah Malalayang Timur Manado

MEMASUKI usia senja, perubahan fisik dan psikologis manusia mengalami banyak perubahan, baik fisik maupun psikologis, yang dapat memengaruhi kepribadian dan perilaku. 
 
Perubahan-perubahan yang dialami seperti pensiun dari tempat kerja, mengalami penyakit serius, dan perubahan lingkungan membuat para lansia semakin sulit untuk memiliki kehidupan sosial seperti dulu. Hal ini tentunya tidak lepas dari 'sindrom pasca kekuasaan'. 

Menghadapi anggota lansia dalam satu wadah atau organisasi lansia yang terdiri dari 'background' pendidikan, etnis,budaya yang multi dimensi memang gampang-gampang susah. 

Ada tiga kategori karakter lansia dirujuk dari latar belakang pekerjaan dan lingkungan mereka sebelum memasuki fase usia lanjut (lansia) yang menonjol. 

Ada kategori lansia yang memiliki 'background' Pejabat instansi atau kepala SKPD, Pimpinan Perusahaan Swasta atau BUMN, Persero dan lain-lain. Yang pastinya mereka memiliki bawahan (anak buah).

Kebiasaan memimpin, memerintah anak buah di waktu masih berkuasa, akan terbawa sampai tua. 

Ada pula kategori lansia happy. Mereka disaat masih muda, merupakan karyawan atau pegawai biasa (wong cilik) sifat setia mereka terbawa sampai hari tua. Biasanya mereka disaat pensiun happy-happy saja. 

Dan ada kategori lansia, 'nothing to lose' mereka-mereka ini, 'rada sulit diatur'.  Latar belakang lingkungan, pergaulan, pekerjaan yang tidak tetap membuat mereka "man on the street".

Mereka tidak mengenal diperintah dan memerintah. Di sisi lain mereka memiliki budaya hormat dan komitmen yang kuat. Kehidupan dan lingkungan 'demokrasi liberal' membentuk rasa percaya diri yang kuat 'World Soul'. Budaya saling menghormati terlebih pada orang tua melekat pada mereka. Tipe lansia seperti ini jarang ditemukan. 

Ketiga tipe lansia yang berbeda lingkungan pendidikan dan pekerjaan ini, saat dikumpulkan dalam satu wadah lansia. Maka diperlukan 'leadership' yang 'wise', mapan tau memahami dan mampu mempengaruhi pemikiran, perasaan orang lain. Agar tidak terjadi distorsi kepemimpinan. 

Peran lansia dalam Pilkada serentak 27 November 2024, khususnya di Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil rekapitulasi daftar pemilih tetap untuk lansia berjumlah 42.606 atau 2,2 persen.

Kalau dilihat dari presentase itu kecil, tapi dibalik itu lansia  memiliki keluarga besar yakni anak dan cucu-cucu. Budaya timur yang 'kekeh' menghormati orang tua dan mengikuti nasehat orang tua perlu diperhitungkan. Orang tua dapat mempengaruhi dan menggiring pemilih muda sesuai dengan pandangan orang tua.

"Referensi"
Dalam Alkitab, orang tua memiliki peran penting sebagai pendidik utama dan teladan bagi anak-anaknya.  
(Matius 19:17,19) 

Yesus berkata, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, pastilah ia mati".(Matius 15:4) 

Dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan umat manusia untuk berbakti kepada orang tua dan mengharamkan durhaka kepada mereka. Beberapa ayat Al-Qur'an yang membahas tentang durhaka kepada orang tua, di antaranya: Surat Al-Isra' ayat 23-24, Surat An-Nisa ayat 36.

'GOLDEN GENERATION'
Bagi lansia yang lahir di tahun 1950-1960, sebagian dari mereka sempat belajar dan menulis di blok Batu tulis dengan kalam dibawah penerangan lampu botol. 

Khususnya lansia di Sulawesi Utara mereka pernah merasakan 'Senering money' 1000 menjadi 1 rupiah dan mengalami "Pergolakan Permesta" Yang menuntut pembangunan merata di daerah. Saat ini terwujud "Otonomisasi daerah".

Dan yang lahir di tahun 1960-1965, mereka pernah mengalami sulitnya di jaman 'Orde lama' perekonomian yang tidak menentu.

Dalam lintas kenangan, di tahun 60 puluhan krisis sandang dan pangan melanda negeri ini, saat itu kita harus antre untuk dapat membeli "beras bulgur" dan kami anak-anak di ajarkan memakan "kue berdikari" yaitu cake yang dibuat dari ubi atau pisang diaduk dengan sari jagung.

Tepung terigu (cap kereta), mentega Palem_boom, pada saat itu merupakan bahan langka dan mahal. Kain bekas sarung terigu dibuat pakaian dalam dengan sebutan "underwear" cap "kereta".

Masih segar dalam ingatan lansia "Peristiwa G-30-S-PKI" suatu gerakan di tahun 1965 yang mencoba merubah Ideologi Pancasila dengan faham Sosialisme/komunis.

Lansia inilah yang pernah melewati jaman teknologi 'jadul' disertai derunya mesin ketik, stensil, morse, stenografi dan 'deal telepon' sampai pada era kekinian dengan Teknologi 7G diera reformasi 'kebablasan', dilengkapi aksesoris derunya heters hoaks, fitnah, berakhir dengan 'hate speech' yang memenuhi dunia Maya. (*)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Aib untuk Like

 

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved