Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

G30S PKI

Ilham Aidit: Film G30S PKI Berisi Propaganda dan Upaya Genosida Orde Baru yang Tak Layak Ditonton

Ilham Aidit menyatakan film G30S PKI tak layak ditonton karena berisi propaganda dan upaya legitimasi genosida dari rezim Orde Baru.

Editor: Frandi Piring
Tribunnews.com/Willy Widianto
Ilham Aidit menyatakan film G30S PKI adalah propaganda dan upaya legitimasi genosida dari rezim Orde Baru yang tak layak ditonton. Potret Ilham Aidit saat wawancara dengan tim Tribunnews.com. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Film G30S PKI kembali menjadi sorotan di bulan September.

Diketahui, September menjadi bulan paling bersejarah bagi Indonesia.

Sebab ada peristiwa besar yang terjadi di bulan September.

September akan diingat sebagai bulan peristiwa G30S PKI 

Film G30S PKI pun bakal ditayangkan setiap tahun setelah pembuatan film karya Sutradara Arifin C Noer itu tuntas.

Pemutaran dilakukan dan tayang di beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia.

Penayangan film tersebut mendapat tanggapan dari Ilham Aidit, salah satu anak Ketua Umum Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit.

Ilham menyatakan, pemutaran film G30S PKI harus dihentikan.

Sebab, film tersebut tidak mendidik dan tidak layak ditonton.

"Film ini juga menyajikan begitu banyak adegan kekerasan yang di dramatisir. Yang oleh banyak ahli pendidikan dianggap sungguh tak layak ditonton khalayak.

Ilham Aidit, Putra Ketua PKI DN Aidit Setelah Peristiwa G30S 1965. Hidup Sembunyi Marga Ayah Aidit.
Ilham Aidit, Putra Ketua PKI DN Aidit Setelah Peristiwa G30S 1965. Hidup Sembunyi Marga Ayah Aidit. (Kolase Tribun Manado)

Selain tidak mendidik, film ini juga sengaja dibuat untuk menumbuhkan kebencian, tanpa melakukan cover both side (tinjauan dari dua arah)," ujar Ilham kepada Tribun, Senin(23/9/2024).

Ilham menyebut, film Pengkhianatan G30S PKI bukan merupakan film dokumenter ataupun film sejarah, tapi hanyalah sebuah propaganda dan upaya legitimasi genosida dari rezim Orde Baru.

Sebab sebagian besar film tersebut bukanlah dari dokumentasi rekaman orisinil.  

"Hanya sebagian kecil saja, saat penemuan dan pemakaman jenazah. Selebihnya, sebagian besar adalah rekayasa dan rekaan sang sutradara semata," ujar anak keemat DN Aidit ini.

Karena alur utama kisah film tersebut tidak sesuai dengan fakta sejarah lanjut Ilham. Film tersebut lebih merupakan film pesanan orde baru sebagai propaganda kepahlawanan pimpinan rezim saat itu.  

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved