Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Cetatan Jurnalis

Amir Syarifuddin, Seorang Kristen, Seorang Sosialis

Amir Syarifudin memegang peranan penting dalam kongres pemuda ke 2 yang mencetuskan sumpah pemuda.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
HO
Amir Sjarifoeddin Perdana Menteri Indonesia ke-2 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Ternyata Indonesia pernah punya Perdana Menteri beragama Kristen.

Namanya Amir Syarifuddin

Ia seorang Kristen taat. Ia terlibat gerakan Komunis.

Ya, Amir adalah gambaran Indonesia yang penuh paradoks.

Maka, melihat Indonesia dan Amir tak bisa pakai kacamata kuda dengan lensa hitam putih.

Butuh hikmat untuk mencerna yang serba abu - abu.

Selama ini, Amir terpinggirkan dalam sejarah, seakan ia tak ada di sana.

Tapi Amir ada. Bahkan bukan hanya sekedar ada. Adanya Amir menandai awal eksistensi republik Indonesia.

Ia punya peran yang tak kalah dengan Sukarno, Hatta, Sjahrir, Agus Salim dan Tan Malaka.

Selain Perdana Menteri, Amir pernah menjabat Menteri Pertahanan.

Amir memegang peranan penting dalam kongres pemuda ke 2 yang mencetuskan sumpah pemuda.

Amir juga politikus ulung yang membakar nasionalisme awal Indonesia dengan agitasi maupun tulisannya yang keras.

Tapi Amir tak terhitung. Ia anak revolusi yang dimangsa ibunya sendiri.

Penelusuran saya terhadap sejumlah literatur menyebut, pertemuan awal Amir dan Injil berawal di Leiden, Belanda.

Saat itu, Amir yang tengah menempuh pendidikan tinggi, menginap di rumah Dirk Smink, seorang guru Kristen Calvinis.

Amir yang kala itu beragama Islam, mulai mengenal Injil dan aktif di perhimpunan siswa Gymnasium Haarlem.

Saat balik Indonesia, Amir bersekolah di Recht Hooge School. Disini ia mengenal

Profesor J.M.J Schepper. Schepper kerap mengajak Amir mengikuti pertemuan kelompok mahasiswa Kristen bernama Christelijke Studenten op Java Vereeniging (CSV) yang merupakan cikal bakal GMKI.

Pertemuan dengan Ferdinand Tampubolon merupakan titik yang kian mendekatkan Amir dengan Injil. 

Titik selanjutnya adalah persahabatannya dengan Toyohiko Kagawa.

Kagawa adalah seorang Kristen yang telah melepaskan diri dari tradisi Samurai.

Jalan yang diambil Kawaga tak biasa. Ia seorang Kristen yang memilih menjadi seorang komunis dengan berada di sisi kaum tertindas. 

Jalan ini juga diambil Amir. Amir akhirnya dibaptis pada 1931.

Amir bukan tipe Kristen KTP. Ia sangat taat. Bangun pagi baca Alkitab dan berdoa. Pun mau tidur. Ia sering berkhotbah. 

Bagaimana Amir bersentuhan dengan komunis ?.

Seperti umumnya aktivis di awal kemerdekaan Indonesia, Amir bersentuhan dengan ide Karl Max dan menganggapnya jalan pembebasan secara politik.

Amir kenal dengan Marxisme saat ia menjadi anggota Perhimpunan Indonesia.

Ia dikabarkan digembleng dedengkot PKI Semaun.

Amir sendiri menelaah Injil dalam suasana kebatinan Indonesia saat itu. 

Indonesia yang terjajah adalah Indonesia yang butuh pembebasan.

Injil membebaskan manusia, dan manusia yang dibebaskan oleh Injil harus pula membebaskan bangsanya dari penjajahan.

Itulah mandat budaya orang Kristen. Orang Kristen yang sudah lahir kembali tak mungkin duduk ongkang kaki melihat ketidakadilan. 

Ia harus berdoa dan bertindak.

Nah saya percaya, iman Amir adalah murni Kristen.

Ia percaya Yesus yang Alkitabiah. Namun cara politiknya adalah sosialis komunis.

Pembelaan pada yang papah dan tertindas menjadi titik temu antara Injil dan komunisme.

Banyak yang percaya Amir bukan seorang komunis. Jan Aritonang membeber Amir kecewa dengan perjanjian Renville dan itu membuatnya seakan akan dekat dengan komunis.

"Ini merupakan kecelakaan sejarah” tegasnya.

"Amir hanya kambing hitam dari peristiwa tahun 48”, kata Wilson seorang peneliti.

Ia menilai Amir lebih dekat kepada seorang Kristen Nasionalis daripada seorang Kristen Sosialis.

Seorang penulis Belanda menyebut, jika watak Amirlah yang membuatnya seolah olah ikut dalam peritiwa Madiun.

Sebut dia, sifat Amir yang ingin cari panggunglah yang menyebabkan ia terseret dalam pusaran pemberontakan itu.

Saya kira, kita yang telah dicuci otak dalam sistem orde baru atau yang berotak pop corn akan mudah menuding Amir sebagai seorang bidah. 

Tapi marilah kita melihat Amir sebagai sebuah pergumulan sejarah. Bahwa ia pernah salah ya. 

Dan Amir percaya keberdosaan manusia dan katakberdayaannya hingga butuh anugerah semata.

Suatu kali Amir ditanya, apakah ia seorang Komunis.

Amir menjawab dengan mengambil Alkitab dari dalam tasnya.

Syahdan, saat menjalani hukuman mati, Amir menyanyikan lagu Indonesia Raya, disusul Internationale, yang adalah himne sosialis.

Lalu, Amir membaca Alkitab dan berdoa.

Ia minta supaya Alkitab yang selalu dibawanya ditaruh dibawah kepalanya sebagai bantal waktu dia dikuburkan.
Sebagai penghabisan, Amir berteriak, 

”Kaum Buruh Sedunia, Aku Mati Untukmu!” Saat itu pula, sebuah tembakan menjatuhkan dirinya ke dalam lubang yang menjadi kuburannya Ia mati sebagai seorang Komunis sekaligus Kristen yang taat. (Arthur Rompis)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Bergabung dengan WA Tribun Manado di sini >>>

Simak Berita di Google News Tribun Manado di sini >>>

Baca Berita Update TribunManado.co.id di sini >>> 

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Ketika Penegak Jadi Pemeras

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved