HUT ke 79 RI
Fakta Bendera Merah Putih yang Dijahit Fatmawati, Mulai Ukuran Hingga Asal Kain
Seorang tangan kanan Tan Malaka yang tak tega lalu mencari kain baru yang lebih besar, dapat di sebuah warung soto.
Laskar inilah rupanya ujung tombak Kediri yang menjungkalkan Singosari, karena pasukan Singosari yang dipercayakan dipimpin Wijaya dan Ardaraja terkecoh dan memusatkan kekuatannya di arah utara, namun tiba-tiba terkejut mendapat tusukan serangan besar dari pasukan Jayakatong yang berpanji, umbul-umbul dan bendera warna merah putih!
Kertanegara sebagai raja di saat itu, rupanya meremehkan perlawanan Jayakatong.
Suatu prasasti perunggu Gunung Butak yang ditemukan di dekat Surabaya antara lain menuturkan begini:
"...demikian keadaannya ketika tentara Sri Maharaja (Raden Wijaya) bergerak terus sampai Rabut Carat, tak lama kemudian datanglah musuh dari arah barat. Ketika itu juga Sri Maharaja bertempur dengan segala balatentaranya dan musuh pun tunggang langgang mengalami kekalahan besar. Tetapi dalam keadaan demikian, di sebelah timur Hanyiru nampak panji-panji musuh berkibar-kibar, warnanya merah dan putih. Melihat Sang Ardaraja meninggalkan pertempuran, berlaku hina lari menuju ke Kapundungan..."
Memang sejauh ini tidak ada sejarah yang jelas soal merah-putih, namun kedua warna itu jelas tersebut dan masih digunakan dalam abad-abad berikutnya. Prof. Muhammad Yamin dalam 6.000 Tahun Sang Merah Putih menulis antara lain seperti: "Bendera merah putih dalam Kerajaan Mataram dikenal sebagai Gula Kelapa, konon bendera Gula Kelapa itu diartikan gula sama dengan merah, kelapa sama dengan warna putih."
Sang Merah Putih pun disebutkan pernah menjadi bendera perjuangan Pangeran Diponegoro antara tahun 1825-1830. Di antara tahun-tahun perjuangan itu, masyarakat di sekitar Gua Selarong (kini di Kabupaten Bantul) mengibarkan bendera merah putih, saat Diponegoro berangkat dan memimpin pasukannya melawan Belanda.
Tinggal Merah Putih saja
Setelah itu, ditemukan lagi catatan soal bendera merah putih, yakni pada tahun 1920 di Belanda ketika Perhimpunan Indonesia di negara itu menerbitkan Majalah Indonesia Merdeka, lalu membuat panji-panji pergerakan berupa bendera merah putih yang berlukiskan kepala kerbau di tengahnya.
Menyusul kemudian saat pemuda Ir. Sukarno mendirikan Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927, lambang dan bendera organisasi itu pun berupa bendera merah putih dengan lambang kepala banteng.
Juga di bawah kibaran bendera merah putih pula, pada tanggal 28 Oktober 1928 pemuda Indonesia mengukuhkan kelahiran suatu bangsa yang bulat dan bersatu dengan satu bahasa persatuan dan satu tanah air.
Pada saat itu, bendera merah putih tergelar diiringi gesekan biola Wage Rudolf Supratman yang pertama kali mempersembahkan lagu karyanya, Indonesia Raya. Saat itu, bendera merah putih tidak lagi berhias kepala kerbau atau kepala banteng, namun berhiaskan gambar garuda terbang (kemudian hiasan garuda ini dijadikan lambang tersendiri), hingga tinggallah bendera berwarna merah dan putih saja.
Bersamaan berakhirnya riwayat kolonialisme Belanda di Indonesia, saat laskar tentara Jepang mendarat di bumi Indonesia tahun 1942, rakyat Indonesia di beberapa tempat menyambut peristiwa ini dengan kibaran bendera merah putih. Namun kejadian itu hanya sesaat, sebab pemerintahan Dai Nippon melarang pengibaran merah putih, lalu mengharuskan mengibarkan bendera kebangsaan Jepang, Hinomaru.
Ketika Jepang tahun 1944 merasa terdesak dan tak sanggup memenangkan perang raya,larangan ini agak dilonggarkan. Pada akhir tahun 1944, Ki Hadjar Dewantara selaku ketua panitia ditugaskan meneliti bendera dan lagu kebangsaan Indonesia.
Ukuran aslinya 178 cm x 274 cm
17 Agustus 1945, di rumah kediaman Sukarno sekitar pukul 10.00, terjadi upacara proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang sederhana dan hanya dihadiri beberapa orang saja. Tanpa ada musik, tanpa barisan protokol, setelah Sukarno membacakan teks proklamasi memakai alat pengeras suara yang dicuri dari stasiun radio Jepang, bendera merah putih pun diikat Latief Hendraningrat dengan seutas tali kasar, yang lalu mengerek dan mengibarkan pada tiangnya.
Makna Kemerdekaan bagi Nona Manado Angeli Desti Tacalao |
![]() |
---|
Cewek Sitaro Gledis Sri Manarat Bangga Bisa Membawa Baki dalam Upacara HUT ke-79 RI |
![]() |
---|
Sosok Kolonel TNI Nur Wahyudi, Suami Finalis Puteri Indonesia Jadi Komandan Upacara HUT RI di IKN |
![]() |
---|
Meriahnya HUT RI ke-79 di Kelurahan Malalayang Satu Timur Manado, Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Ada 184 Tahanan di Rutan Kotamobagu Sulut Terima Remisi, Berikut Rincinya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.