Sejarah
Sejarah Hari Ini, Agresi Militer Belanda I Berakhir, Pusat Ekonomi di Sumatra dan Jawa Direbut
Agresi Militer Belanda 1 dimulai pada tanggal 21 Juli 1949. Dengan kekuatan 120.000 personel tentara, Belanda menggempur Jawa dan Sumatera.
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Hari ini 5 Agustus 1947 dalam catatan sejarah, Agresi Militer Belanda I berakhir.
Hasilnya, pusat perekonomian di Pulau Jawa dan Sumatera direbut Belanda dari pihak Republik Indonesia.
Agresi Militer Belanda 1 dimulai pada tanggal 21 Juli 1949.
Dengan kekuatan 120.000 personel tentara, Belanda menggempur Jawa dan Sumatera.
Bagi Republik Indonesia tindakan Belanda ini melanggar Perundingan Linggarjati 25 Maret 1947.
Di mana salah satu isi perjanjian tersebut menyebut, Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera,dan Madura.
Jalannya Agresi Militer Belanda I
Dikutip dari Kompas.com, Agresi Militer Belanda I bertujuan untuk menguasai sumber daya alam di pulau Sumatra dan Jawa.
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam, Belanda mulai melancarkan aksi militer.
Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat.
Pasukan Belanda di Surabaya digerakan untuk menguasai Madura dan Jawa Timur.
Sedangkan Pasukan Belanda di Semarang digerakan untuk menguasai Jawa Tengah.
Prioritas Agresi Militer di pulau Jawa adalah untuk menguasai kawasan pelabuhan pesisir utara, perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Pada 21 Juli 1947, Jawa Barat diserang oleh Divisi B dipimpin S De Waal dan Divisi C dipimpin Mayjen HJJW Durt Britt.
Dalam serangan ini, Belanda berhasil menerobos pertahanan TNI di sektor Bandung Timur setelah dilakukan pergantian pertahanan oleh Divisi II/Sunan Gunung Jati dari Jawa Tengah.
Dalam empat hari pertama, Belanda telah berhasil merebut Kota Cirebon.
Serangan Belanda yang berhasil menerobos pertahanan TNI ini membuat TNI tersadar, bahwa dengan strategi pertahanan dengan kondisi pasukan dan persenjataan yang kurang memadai hanya akan membuang-buang tenaga.
Akhir Agustus 1947, pasukan Siliwangi kembali menyusun kekuatan dengan memanfaatkan kondisi alam atau medan pertempuran, di mana pasukan TNI lebih menguasai medan tersebut dibanding Belanda.
Selain itu, TNI juga menyusun kekuatan pertahanan gerilya.
Serangan gerilya ini ditujukan pada sektor-sektor penting, seperti jalan-jalan penghubung, jalur logistic, dan pos Belanda.
Pada prakteknya, serangan gerilya yang dilakukan pasukan Siliwangi di Jawa Barat mampu melumpuhkan usaha perkebunan yang merupakan sektor ekonomi penting bagi Belanda.
Di Sumatera, Belanda mampu menguasai perkebunan di sekitar Medan serta tambang minyak dan batu bara di sekitar Palembang.
Dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia (1991) karya A.H Nasution, Agresi Militer Belanda I memperoleh kecaman dari dunia Internasional, termasuk PBB.
India dan Australia mengajukan permasalahan Agresi Militer Belanda I untuk dibahas pada agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 31 Juli 1947.
Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB meminta kedua belah pihak menghentikan peperangan ini.
Karena itu, gencatan senjata diadakan pada 4 Agustus 1947.
Gencatan senjata ini kemudian ditetapkan secara resmi oleh Dewan Keamanan PBB pada tanggal 25 Agustus 1947.
Namun, gencatan senjata ini tidak berlangsung lama, karena Belanda kembali melancarkan Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948.
Dampak
Dilansir dari Intisari Online, Agresi Militer Belanda I memiliki dampak yang signifikan bagi Indonesia maupun Belanda.
Dari sisi Indonesia, agresi ini menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan materiil.
Jumlah korban jiwa Indonesia akibat agresi ini mencapai 8.000 orang, sedangkan jumlah korban jiwa Belanda sekitar 600 orang.
Selain itu, banyak infrastruktur dan fasilitas publik yang hancur akibat serangan Belanda.
Namun, agresi ini juga memberikan dampak positif bagi Indonesia, yaitu memperkuat semangat juang dan persatuan bangsa.
Agresi ini juga memicu terbentuknya beberapa organisasi perjuangan, seperti Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI), dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Agresi ini juga mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan reformasi politik, ekonomi, dan sosial, serta meningkatkan diplomasi dengan negara-negara lain.
Dari sisi Belanda, agresi ini juga memiliki dampak negatif maupun positif.
Dampak negatifnya adalah Belanda mendapat kecaman dan kritik dari dunia internasional, terutama dari negara-negara anggota PBB.
Belanda juga harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membiayai operasi militer ini, yang menambah beban ekonominya yang sudah terpuruk akibat Perang Dunia II.
Belanda juga harus menghadapi perlawanan dari rakyatnya sendiri, yang tidak setuju dengan kebijakan kolonialisme.
Dampak positifnya adalah Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Indonesia yang kaya sumber daya alam, terutama minyak bumi.
Belanda juga berhasil membentuk beberapa negara boneka di bawah pengaruhnya, seperti Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Sumatera Timur, dan Negara Madura.
Belanda juga berhasil memecah belah persatuan bangsa Indonesia dengan mengadu domba antara golongan agama, suku, dan politik.
Agresi Militer Belanda I merupakan salah satu babak penting dalam sejarah hubungan antara Indonesia dan Belanda.
Peristiwa ini menandai awal dari konflik bersenjata yang berlangsung hingga tahun 1949, ketika Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de jure dalam Perjanjian Roem-Royen.
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Bergabung dengan WA Tribun Manado di sini >>>
Simak Berita di Google News Tribun Manado di sini >>>
Baca Berita Update TribunManado.co.id di sini >>>
SUMBER:
- https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/09/150013969/agresi-militer-belanda-i?page=all
Kisah Supriyadi, Menhan & Panglima Tentara RI Pertama yang Tak Pernah Muncul, Pejuang PETA di Blitar |
![]() |
---|
Sejarah Hari Lahir TNI 5 Oktober 1945: Berawal dari Badan Keamanan Rakyat yang Dibentuk PPKI |
![]() |
---|
Kisah Samurai Legendaris Inspirasi Karakter Rurouni Kenshin, Disingkirkan Pemerintah yang Ia Bela |
![]() |
---|
Perdebatan Jumlah Korban Jiwa Tragedi Kemanusiaan Pasca-G30S 1965 |
![]() |
---|
Soe Hok Gie tentang Tahanan Politik Setelah G30S: Kita Tak Lebih Baik dari Pemerintah Hindia Belanda |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.