Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Sejarah dan Sepak Terjang Ismail Haniyeh di Panggung Perjuangan Pembebasan Palestina

Ismail Haniyeh telah menjadi target utama Israel sejak kemunculannya di panggung perjuangan pembebasan Palestina.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Rizali Posumah
Tangkapan layar YouTube Kompas.com
Ismail Haniyeh telah menjadi target utama Israel semenjak kemunculannya di panggung perjuangan pembebasan Palestina. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejak kemunculannya di panggung perjuangan pembebasan Palestina, Ismail Haniyeh telah menjadi target utama Israel

Terlebih, saat tahun 1997 ia diangkat sebagai asisten Sheikh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual dan pendiri Hamas yang dibunuh Israel pada  22 Maret 2004.

Sejak saat itu, Israel telah menetapkan pola panjang pembunuhan terhadap para pemimpin Palestina selama bertahun-tahun, termasuk Ismal Haniyeh. 

Haniyeh sempat beberapa kali lolos dari maut. Operasi pertama upaya pembunuhan Israel atas Haniyeh terjadi pada 6 September 2003.

Target pembunuhan ini menyasar dirinya dan Sheih Yasin. Keduanya selamat meski Haniyeh terluka. Namun Sheih Yasin terbunuh beberapa bulan kemudian. 

Selanjutnya selama perang di Gaza, IDF menyerang rumahnya, namun mereka tidak berhasil membunuh Haniyeh. 

Barulah pada Rabu 31 Juli 2024 dini hari, sebuah serangan ke gedung tempat Haniyeh tinggal di Teheran, Iran, berhasil menewaskan dirinya. 

Pemimpin Hamas itu gugur di usia 62 tahun bersama pengawalnya, Wassim Abu Shaaban.

Anggota Biro Politik Hamas, Musa Abu Marzouk, membenarkan pembunuhan Ismail Haniyeh yang disebutnya sebagai tindakan pengecut yang tidak akan sia-sia.

Sejarah dan Sepak Terjang Perjuangan Ismail Haniyeh

Dilansir dari Al Jazeera, Ismail Haniyyah muncul sebagai kekuatan utama dalam gerakan pembebasan Palestina.

Seperti rekan-rekannya dan sejumlah politisi serta aktivis Palestina, dirinya telah lama menjadi incaran Israel.

Haniyeh dilahirkan oleh orang tua yang mengungsi dari kota mereka Asqalan (sekarang dikenal sebagai Ashkelon) ketika Israel dibentuk pada tahun 1948.

Saat masih muda, Haniyeh adalah seorang aktivis mahasiswa di Universitas Islam di Kota Gaza, tempat ia belajar sastra Arab.

Saat kuliah di universitas tersebut pada tahun 1983, ia bergabung dengan Blok Mahasiswa Islam, sebuah organisasi yang secara luas dianggap sebagai cikal bakal Hamas.

Ketika pemberontakan Palestina meletus pada bulan Desember 1987 melawan pendudukan Israel, yang dikenal sebagai Intifada pertama, Haniyeh merupakan salah satu pemuda yang ikut serta dalam protes tersebut.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved