Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Hari Ini Dalam Sejarah: 28 Juli 1914 Perang Dunia I Meletus, Berawal dari Tewasnya Pangeran Austria

Sebelum pecah Perang Dunia I, ketegangan telah terjadi di Eropa, terutama di wilayah Balkan di Eropa Tenggara.

|
Editor: Rizali Posumah
HO/Wikipedia
Pembunuhan Pangeran Austria, Adipati Agung Franz Ferdinand Karl Ludwig Joseph Maria bersama istrinya, Sophie di Bosnia dan Herzegovina pada tanggal 28 Juni 1914, menjadi pemicu utama terjadinya Perang Dunia I. 

Pertempuran laut terbesar terjadi dalam Pertempuran Jutlandia antara Inggris dan Jerman.

Jerman memulai perang dalam Perang Dunia I di dua front, menginvasi Perancis melalui Belgia di barat dan menghadapi Rusia di timur.

Pada 4 Agustus 1914, pasukan Jerman melintasi perbatasan Belgia dan telah berhasil merebut Kota Liege pada 15 Agustus.

Serangan Jerman menyebabkan kematian dan kehancuran. Ketika berusaha menembus Perancis, mereka menembaki warga sipil dan mengeksekusi seorang pendeta Belgia yang dituduh menghasut perlawanan sipil.

Dalam Pertempuran Marne I pada 6-9 September 1914, pasukan Perancis dan Inggris menghadapi tentara Jerman yang telah menembus hingga 30 mil dari Paris.

Pasukan Sekutu menahan kemajuan Jerman dan melancarkan serangan balik yang berhasil mendorong Jerman kembali ke utara Sungai Aisne.

Kekalahan ini mengakhiri rencana Jerman untuk meraih kemenangan cepat di Perancis.

Kedua belah pihak kemudian memilih tempat lain sebagai tempat berperang, yaitu di Verdun (Februari-Desember 1916) dan Somme (Juli-November 1916).

Pasukan Jerman dan Perancis menderita hampir satu juta korban di Pertempuran Verdun.

Sementara di front timur Perang Dunia I, pasukan Rusia menginvasi Prusia Timur dan Polandia yang dikuasai Jerman.

Namun, langkah Rusia dihentikan oleh pasukan Jerman dan Austria dalam Pertempuran Tannenberg pada akhir Agustus 1914.

Serangan Rusia memaksa Jerman memindahkan dua korps dari front barat ke front timur, yang menyebabkan kekalahan Jerman dalam Pertempuran Marne.

Pada awalnya, Amerika Serikat masih bersikap netral dan tidak ingin terlibat Perang Dunia I.

Namun, agresi kapal selam Jerman membahayakan kapal-kapal AS, termasuk kapal penumpang.

Pada 1915, Jerman menyatakan perairan di sekitar Kepulauan Inggris sebagai zona perang, dan U-boat Jerman menenggelamkan beberapa kapal komersial dan penumpang, termasuk beberapa kapal AS.

Salah satu yang ditenggelamkan adalah kapal Lusitania pada Mei 1915, yang membawa ratusan penumpang Amerika.

Jerman kemudian menenggelamkan empat kapal dagang AS lagi pada bulan berikutnya.

Pada 2 April 1917, Woodrow Wilson akhirnya muncul di hadapan Kongres dan menyerukan deklarasi perang terhadap Jerman.

Memasuki tahun 1918, Jerman terlihat pontang-panting menghadapi pasukan Sekutu.

Di tengah pasokan yang menipis, serangan yang dilancarkan banyak memakan korban jiwa.

Ketika Sekutu meluncurkan Serangan Seratus Hari pada Agustus 1918, Angkatan Darat Kekaisaran Jerman gagal menghentikannya dan hanya dapat memperlambat gerak lawan.

Tidak berselang lama, Blok Sentral mulai runtuh, ditandai dengan Bulgaria yang menyetujui gencatan senjata pada 29 September 1918.

Langkah itu diikuti oleh Kekaisaran Turki Ottoman pada 31 Oktober dan Austria-Hongaria pada 3 November 1918, menyisakan Jerman.

Satu minggu kemudian, tepatnya pada 11 November 1918, Jerman terpaksa menyetujui gencatan senjata, yang menandai akhir Perang Dunia I.

Dengan demikian, Blok Sekutu keluar menjadi pemenang Perang Dunia I.

Dampak 

Dampak Perang Dunia I tidak hanya menerpa negara-negara yang terlibat, tetapi juga berpengaruh pada kehidupan masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia.

Selama beberapa tahun, dampak Perang Dunia I di bidang sosial, politik, budaya, dan ekonomi masih terasa.

Segera setelah Perang Dunia I usai, Blok Sekutu menggelar Konferensi Perdamaian Paris (1919-1920) untuk membahas mengenai perjanjian damai dengan Blok Sentral.

Perang Dunia I berakhir dengan disepakatinya Perjanjian Versailles (Jerman dan Sekutu), Perjanjian Sevres (Turki Ottoman dan Sekutu), dan Perjanjian Trianon (Austria-Hongaria dan Sekutu).

Dalam kurun waktu empat tahun, Blok Sekutu menerjunkan sekitar 43 juta pasukan ke medan perang dari puluhan negara.

Sementara Blok Sentral mengerahkan sekitar 25 juta pasukan ke medan perang.

Perang Dunia I menelan korban lebih dari 9 juta nyawa tentara dan 10 juta warga sipil.

Dua negara yang paling terdampak Perang Dunia I adalah Jerman dan Perancis, yang masing-masing mengirim sekitar 80 persen populasi prianya yang berusia 15-49 tahun ke medan perang.

Gangguan politik akibat Perang Dunia I juga menyebabkan jatuhnya empat dinasti kekaisaran besar, yakni Jerman, Austria-Hongaria, Rusia, dan Turki.

Pandemi flu Spanyol yang mematikan, semakin meluas setelah Perang Dunia I karena adanya migrasi besar-besaran.

Peta Eropa berubah secara permanen dengan pembagian wilayah di antara negara-negara Sekutu yang menang.

Revolusi Oktober di Rusia mengantarkan Bolshevik berkuasa, sementara Amerika Serikat menjelma menjadi kekuatan global utama.

Perang Dunia I menyaksikan perkembangan teknologi perang dan diperkenalkannya senjata baru seperti tank dan serta senjata kimia seperti gas mustard dan fosgen.

Sedangkan salah satu dampak Perang Dunia I bagi Indonesia adalah meningkatnya kesadaran nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia. 

Sumber:

- Kompas.com

- Britannica.com

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Bergabung dengan WA Tribun Manado di sini >>>

Simak Berita di Google News Tribun Manado di sini >>>

Baca Berita Update TribunManado.co.id di sini >>>

 

 

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved