Catatan Bola
Pelajar, Cinderella dan Yang Mati Muda
Di usianya yang masih 16 tahun, Lamal telah mengecap pengalaman bermain di Euro 2024.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Ia tangguh, kuat, disiplin dan penuh inisiatif.
Dan ia punya gen pemenang.
Di saat para pemain tengah Italia loyo, Riccardo membawa bola dari tengah menuju kotak penalti. Ia lantas mengumpan dan gol.
Italia lolos dramatis ke babak 16 besar. Riccardo disanjung. Disebut sebagai lanjutan dari seri bek Italia. Dari Baresi, Costacurta, Maldini, Nesta, Cannavaro, Chiellini, Bonucchi dan kini Riccardo.
Kisah Riccardo mirip Cinderella yang keberuntungannya berawal dari kehilangan sepatu.
Saat masih seusia Yamal, ia cedera parah. Nyaris karier bolanya berakhir. Tapi Riccardo punya tekad kuat. Ia jalani pengobatan dan sembuh.
Dengan upaya keras, tongkat dapat jadi jarum. Demikianlah Riccardo banting tulang hingga bisa menembus tim utama Bologna dan pada akhirnya dipanggil timnas Italia. Kisah perjuangan Riccardo membuatnya dijuluki Cinderellanya Italia.
Namun tak semua young guns beruntung. Ada pula yang buntung. Entah kebetulan atau tidak semuanya dari Inggris.
The King of Chelsea Cole Palmer tak bisa memamerkan skillnya. Pun Kobbie Mainoo. Juga Anthony Gordon.
Dan tentunya bakat muda teranyar yang baru saja beroleh thropy Liga Champion bersama Real Madrid. Jude Bellingham.
Para mutiara ini "mati muda" di tangan Gareth Southgate, pelatih inggris yang kaku, terlalu berhati-hati dan sangat ortodoks. (Arthur Rompis)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.