Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Viral

Sosok Putri Alyaa Mahasiswi yang Raih Best Delegate Council WHO di Prancis, kebiasaannya Terungkap

Diketahui, Putri Alyaa Safira, mahasiswi UB jurusan Hubungan Internasional (HI), berhasil meraih Best Delegate Council World Health Organization.

Editor: Indry Panigoro
kolase UB dan Linkedin
Sosok Putri Alyaa Mahasiswi yang Raih Best Delegate Council WHO di Prancis, kebiasaanya Terungkap 

Memiliki pengalaman profesional yang terkait dengan jurusan yang diambil menurut Fahmi bisa menjadi nilai lebih saat proses mendaftar mendapatkan LoA. Itu dapat dihubungkan dengan rencana yang ingin dipelajari dan diteliti.

Isi dari esai personal statement turut berpengaruh dalam meyakinkan kampus tujuan untuk menerima lamaran.

“Bagaimana kita bisa menjelaskan diri kita, minat riset kita, dan apa yang sudah kita lakukan di akademik dan di professional experience, saya pikir itu jadi salah satu kekuatan yang saya miliki.” ungkap Fahmi membocorkan tips mendapatkan LoA berdasarkan pengalaman pribadi.

Bahkan Fahmi mengaku pernah mendapat unconditional offer dari Edinburgh University meski ia tak memenuhi nilai IPK minimal yang ditetapkan.

Itu bisa terjadi karena menurutnya ia mampu menjelaskan kondisi-kondisi yang membuat nilai IPK-nya di bawah syarat yang ditetapkan. Negosiasi dan redefinisi kelebihan diri menjadi kunci saat ingin meruntuhkan tembok persyaratan.

Tentu bukan tak pernah menemukan kegagalan. Jika ditotal dengan yang tidak diterima, ada sekitar 50 kali lebih dirinya mendaftar kampus untuk dapatkan LoA. Bahkan ia ingat betul ada sejumlah kampus yang mendaftar dengan biaya justru gagal tidak diterima.

Fahmi lahir besar di Desa Hitu, Kabupaten Maluku Tengah dengan ibu dan satu adiknya.

Kedua orang tuanya telah bercerai sejak kecil.

Ibunya menjalankan usaha kecil-kecilan di rumah untuk menghidupi kedua anaknya itu.

Letaknya kampungnya memang masih satu pulau dengan Kota Ambon, tetapi jaraknya lumayan jauh lantaran berada di sisi utara pulau Ambon.

Karena sekolahnya di Kota Ambon, maka jarak tempuh dari rumah bisa 20 sampai 30 kilometer.

Awal ketertarikannya dengan linguistik adalah saat menonton film Warrior of The Rainbow di masa Sekolah Menengah Atas.

Di film itu Fahmi tak sengaja menemukan kosa kata yang mirip dengan bahasa daerahnya.

Dari situlah ia terpantik untuk mencari tahu kata-kata tersebut di mesin pencari Google. Ia menemukan fakta bahwa bahasa yang digunakan ternyata masih satu rumpun Austronesia.

Dorongan wacana pengetahuan dan literasi terbentuk dalam diri remaja Fahmi. Bersama dengan 39 orang rekannya, ia mendirikan komunitas literasi bernama “Hikayat Tanah Hitu” berupa perpustakaan keliling. Komunitasnya ini berkembang menjadi arena pertunjukan teater, puisi dan lainnya.

Komunitasnya ini pernah mengikuti Gramedia Reading Community Competition pada 2016 dan berhasil menyabet favorite winner untuk Indonesia Timur.

“Tujuannya agar selain meningkatkan literasi di kampung, juga untuk memberikan, meluaskan, pandangan-pandangan dunia pemuda-pemuda dan generasi selanjutnya di kampung agar bisa meluaskan cakrawala mereka” tutur Fahmi.

Fahmi, Pemuda Maluku yang Sukses Diterima di 43 Kampus Top Luar Negeri.
Fahmi, Pemuda Maluku yang Sukses Diterima di 43 Kampus Top Luar Negeri. (lpdp)

Sastra Indonesia di UGM dirasa menawarkan apa yang ia cari.

Perjalanannya tak langsung mendarat mulus di salah satu kampus top nasional itu.

Di tahun pertama setelah lulus SMA, ia gagal dalam tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan menganggur.

Di tahun berikutnya ia malah diterima di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta setelah tak lolos dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Di ISI dirinya sempat mengadakan pementasan teater etnik Maluku di Taman Budaya Yogyakarta bersama kawan-kawannya. Fahmi masih merasa belum menemukan apa yang ia inginkan.

Baru di tahun 2017 akhirnya Fahmi berhasil menjadi mahasiswa Sastra Indonesia UGM dan langsung aktif mengikuti berbagai kegiatan pengembangan mahasiswa di Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BPPM) Balairung UGM.

Di organisasi pers kampus UGM itu, Fahmi menulis tentang tema-tema masyarakat lokal di daerahnya dalam laporan jurnalistik. Termasuk sempat menulis untuk jurnal Balairung tentang konstruksi identitas poskolonial masyarakat Hitu di pesisir pada 2020.

Tiga tahun mengurus berbagai liputan dan tulisan di lembaga penerbitan itu diakuinya berandil besar dalam membesarkan gairah menimba ilmu humaniora, kaitan bahasa yang mempengaruhi budaya dan sebaliknya.

Ditambah saat ia kepincut oleh koleksi perpustakaan Universitas Leiden yang justru menyimpan sejarah kampung halamannya. Rasa ingin melanjutkan S2 di luar negeri pun membesar. Sampai akhirnya Fahmi mendaftar beasiswa LPDP guna mewujudkan impiannya.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id

Baca Berita Lainnya di: Google News

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

 

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved