Berita Viral
Sosok Putri Alyaa Mahasiswi yang Raih Best Delegate Council WHO di Prancis, kebiasaannya Terungkap
Diketahui, Putri Alyaa Safira, mahasiswi UB jurusan Hubungan Internasional (HI), berhasil meraih Best Delegate Council World Health Organization.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Viral di media sosial sosok wanita yang menjadi peraih Best Delegate Council World Health Organization (WHO) di Prancis.
Wanita ini bernama Putri Alyaa Safira.
Putri Alyaa Safira merupakan mahasiswi Universitas Brawijaya (UB) Malanng, Jawa Timur.
Putri Alyaa Safira tengah jadi perbincangan karena berhasil meraih Best Delegate Council WHO Prancis.
Mahasiswi ini meraih Best Delegate Council tepatnya di kegiatan Lyon Model United Nations pada 22-25 Mei 2024 lalu di Lyon, Prancis.
Melansir dari akun Linkedin miliknya, Safira merupakan mahasiswa baru jurusan Hubungan Internasional Universitas Brawijaya.
Di sekolah menengah, ia memperoleh Medali Perunggu dan pengakuan sebagai siswa terbaik atas prestasinya.
Safira unggul dalam kepemimpinan, kemampuan beradaptasi, dan pemikiran kritis, memberikan kontribusi wawasan berharga untuk pemecahan masalah.
Kemampuan komunikasinya yang efektif, yang diasah melalui public speaking, membuatnya mahir dalam berbagai situasi.
Berkomitmen untuk terus belajar, ia siap menghadapi tantangan dengan semangat inovatif.
Safira juga piawai berdebat, membaca puisi, pidato, dan bercerita.
Keahliannya yang beragam sejalan dengan pencarian intelektualnya di bidang hak asasi manusia, pengungsi, globalisasi, dan keamanan internasional.
Dinamis dan serba bisa, Safira memiliki posisi yang baik untuk menavigasi dan unggul dalam berbagai peluang, serta memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.
Terbaru, ia menjadi salah satu perwakilan Universitas Brawijaya Malang lewat Universitas Brawijaya Model United Club (UBMC).
Di kegiatan itu, ia sebagai diplomat dari Prancis dalam suatu sidang yang mengadopsi tata cara khas United Nations (PBB).
"Saya mendapat alokasi council di World Health Organization (WHO) dan menjadi delegasi Prancis," jelas dia, Selasa (4/6/2024).
Topik yang dibahas di WHO adalah "Accommodating Healthcare Systems in Times of Conflict" serta "Highlighting the Mental Distress Problems of Individuals Living With Disabilities in International Public Policies."
Ia menceritakan proses mengikuti kegiatan di Lyon, Paris, perlu proses waktu panjang.
Sejak SMA, ia sudah gemar mengikuti kejuaraan debat Model United Nations (MUN) dan berlanjut sampai ke masa mahasiswa baru.
Ia lalu gabung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Brawijaya Model United Nations Club (UBMC).
Baca juga: Inovasi Mahasiswa Unair Bikin Permen Cegah Stunting Anak, Dibuat Kenyal Tinggi Nutrisi, Sopimeal
Pada Oktober tahun lalu, ia dinyatakan lulus seleksi dan mendapatkan alokasi house ke Lyon MUN untuk menjadi salah satu delegasi.
"Saya juga bersyukur bisa dapat bimbingan dari para pelatih dan senior di UBMC, para dosen prodi, dan dukungan dari orang tua dan teman-teman saya," lanjut Putri Alyaa Safira.
Kegiatan di Prancis ini bukan ajang internasional pertama.
Ia pernah mencoba beberapa MUN lainnya. Yaitu Global Millennial MUN, Marine MUN, Malang International MUN hingga ke Nanyang Technological MUN di Singapura.
Ia mengaku partisipasinya dalam beberapa MUN tersebut sangat membantunya dalam meningkatkan kemampuan diplomasi, negosiasi, speech serta berbagai soft skill lainnya.
Putri Alyaa Safira juga menceritakan tentang perbedaan aksen bahasa Inggris dari para delegasi lain kala bertandang di Lyon menjadi tantangan baru yang paling dikenang olehnya.
Namun ia menganggap ini sebagai momennya belajar dan memperlancar komunikasi dengan para delegasi lain yang berasal dari kultur kebudayaan yang beragam.
Di kisah lain, ada sosok pria bernama Fahmi Sirna Pelu, yang berhasil diterima di 43 kampus luar negeri.
Fahmi Sirna Pelu, merupakan alumnus S1 Sastra Indonesia (Sasindo) Universitas Gadjah Mada pada 2022.
Ia memiliki ketertarikan pada dunia ilmu linguistik dan rumpun sosial humaniora.
Itulah mengapa, ia berkeinginan untuk terus melanjutkan studi ke jenjang magister setelah lulus sarjana.
Namun, bukan perkara mudah bagi Fahmi untuk bisa berkuliah di kampus impiannya.
Ia sempat mendapat penolakan.
“Kalau dibilang mudah sih enggak, karena saya sering gagal juga. Beberapa kali saya ditolak di beberapa jurusan. Bahkan di jurusan yang saya pikir saya cukup mumpuni di applied linguistik,” kenang Fahmi, dikutip dari laman Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Setelah menyelesaikan program Pengayaan Bahasa yang diselenggarakan oleh LPDP, ia baru mendapat banyak Letter of Acceptance (LoA).
Pengayaan Bahasa menjadi salah satu program LPDP untuk peserta yang lolos seleksi Beasiswa Afirmasi.
Fahmi menjadi salah satu peserta program tersebut, lantaran berasal dari Ambon dimana tempat tinggalnya masuk dalam Beasiswa Daerah Afirmasi.
Berbekal sertifikat IELTS, Fahmi mengaku sekitar 95 persen dari total 43 LoA berhasil diraihnya.
Teknik tebar jala dilakukan. Ia gencar mendaftar di kampus mancanegara yang diinginkan dan terutama yang tidak berbayar.
Satu per satu kampus memberikan jawabannya masing-masing hingga tak terasa terkumpul 43 LoA.
Mulai dari SOAS University of London, University of Melbourne, The University of Sydney, dan masih banyak lagi.
Sampai akhirnya ia menjatuhkan pilihan untuk memilih Master of Asian and Pacific Studies di Australian National University (ANU).
Alasannya, di kampus tersebut diisi oleh peneliti-peneliti Austronesia.
Ini sejalan dengan minat besarnya untuk mempelajari lokalitas di wilayahnya yang berkelindan dengan rumpun kebudayaan Pasifik dan Melanesia.
Memiliki pengalaman profesional yang terkait dengan jurusan yang diambil menurut Fahmi bisa menjadi nilai lebih saat proses mendaftar mendapatkan LoA. Itu dapat dihubungkan dengan rencana yang ingin dipelajari dan diteliti.
Isi dari esai personal statement turut berpengaruh dalam meyakinkan kampus tujuan untuk menerima lamaran.
“Bagaimana kita bisa menjelaskan diri kita, minat riset kita, dan apa yang sudah kita lakukan di akademik dan di professional experience, saya pikir itu jadi salah satu kekuatan yang saya miliki.” ungkap Fahmi membocorkan tips mendapatkan LoA berdasarkan pengalaman pribadi.
Bahkan Fahmi mengaku pernah mendapat unconditional offer dari Edinburgh University meski ia tak memenuhi nilai IPK minimal yang ditetapkan.
Itu bisa terjadi karena menurutnya ia mampu menjelaskan kondisi-kondisi yang membuat nilai IPK-nya di bawah syarat yang ditetapkan. Negosiasi dan redefinisi kelebihan diri menjadi kunci saat ingin meruntuhkan tembok persyaratan.
Tentu bukan tak pernah menemukan kegagalan. Jika ditotal dengan yang tidak diterima, ada sekitar 50 kali lebih dirinya mendaftar kampus untuk dapatkan LoA. Bahkan ia ingat betul ada sejumlah kampus yang mendaftar dengan biaya justru gagal tidak diterima.
Fahmi lahir besar di Desa Hitu, Kabupaten Maluku Tengah dengan ibu dan satu adiknya.
Kedua orang tuanya telah bercerai sejak kecil.
Ibunya menjalankan usaha kecil-kecilan di rumah untuk menghidupi kedua anaknya itu.
Letaknya kampungnya memang masih satu pulau dengan Kota Ambon, tetapi jaraknya lumayan jauh lantaran berada di sisi utara pulau Ambon.
Karena sekolahnya di Kota Ambon, maka jarak tempuh dari rumah bisa 20 sampai 30 kilometer.
Awal ketertarikannya dengan linguistik adalah saat menonton film Warrior of The Rainbow di masa Sekolah Menengah Atas.
Di film itu Fahmi tak sengaja menemukan kosa kata yang mirip dengan bahasa daerahnya.
Dari situlah ia terpantik untuk mencari tahu kata-kata tersebut di mesin pencari Google. Ia menemukan fakta bahwa bahasa yang digunakan ternyata masih satu rumpun Austronesia.
Dorongan wacana pengetahuan dan literasi terbentuk dalam diri remaja Fahmi. Bersama dengan 39 orang rekannya, ia mendirikan komunitas literasi bernama “Hikayat Tanah Hitu” berupa perpustakaan keliling. Komunitasnya ini berkembang menjadi arena pertunjukan teater, puisi dan lainnya.
Komunitasnya ini pernah mengikuti Gramedia Reading Community Competition pada 2016 dan berhasil menyabet favorite winner untuk Indonesia Timur.
“Tujuannya agar selain meningkatkan literasi di kampung, juga untuk memberikan, meluaskan, pandangan-pandangan dunia pemuda-pemuda dan generasi selanjutnya di kampung agar bisa meluaskan cakrawala mereka” tutur Fahmi.

Sastra Indonesia di UGM dirasa menawarkan apa yang ia cari.
Perjalanannya tak langsung mendarat mulus di salah satu kampus top nasional itu.
Di tahun pertama setelah lulus SMA, ia gagal dalam tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan menganggur.
Di tahun berikutnya ia malah diterima di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta setelah tak lolos dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Di ISI dirinya sempat mengadakan pementasan teater etnik Maluku di Taman Budaya Yogyakarta bersama kawan-kawannya. Fahmi masih merasa belum menemukan apa yang ia inginkan.
Baru di tahun 2017 akhirnya Fahmi berhasil menjadi mahasiswa Sastra Indonesia UGM dan langsung aktif mengikuti berbagai kegiatan pengembangan mahasiswa di Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BPPM) Balairung UGM.
Di organisasi pers kampus UGM itu, Fahmi menulis tentang tema-tema masyarakat lokal di daerahnya dalam laporan jurnalistik. Termasuk sempat menulis untuk jurnal Balairung tentang konstruksi identitas poskolonial masyarakat Hitu di pesisir pada 2020.
Tiga tahun mengurus berbagai liputan dan tulisan di lembaga penerbitan itu diakuinya berandil besar dalam membesarkan gairah menimba ilmu humaniora, kaitan bahasa yang mempengaruhi budaya dan sebaliknya.
Ditambah saat ia kepincut oleh koleksi perpustakaan Universitas Leiden yang justru menyimpan sejarah kampung halamannya. Rasa ingin melanjutkan S2 di luar negeri pun membesar. Sampai akhirnya Fahmi mendaftar beasiswa LPDP guna mewujudkan impiannya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id
Baca Berita Lainnya di: Google News
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya
Marah ke Istri, Ayah Kandung Siksa Anak Balitanya: Dipaksa Minum Air Kloset dan Cucian Kaki |
![]() |
---|
Kisah Sertu Mustari, Purnawirawan Kopassus Hidup di Rumah 2x2 Meter Usai Ditinggal Istri dan Anaknya |
![]() |
---|
Detik-detik Intel Kodim dan Polisi Sita Bendera One Piece yang Dikibarkan Jelang HUT RI |
![]() |
---|
Heboh Seorang Pria Curi Kotak Amal Musala, Aksinya Terekam Kamera CCTV |
![]() |
---|
Belum Banyak yang Tahu Ternyata Ini Sanksi Mengibarkan Bendera One Piece di HUT RI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.