Lebaran Ketupat
Sejarah Kampung Jawa Tondano Minahasa, Tempat Muasal Tradisi Lebaran Ketupat di Sulawesi Utara
Suasana harmoni dan penuh toleransi, terpampang jelas dengan banyaknya warga non Muslim yang datang bersilaturahmi ke rumah-rumah warga Jaton.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Rizali Posumah
Dirinya dicegat tentara Belanda ketika akan pulang ke Pajang, berdasarkan perintah Jenderal de Kock.
Penangkapan itu sebenarnya bertentangan dengan etika perang saat itu, karena apabila perundingan terjadi dan tidak ada kesepakatan tidak boleh ada mata-mata dan penangkapan.
Kelak tindakan tidak etis ini disesalkan Pangeran Hendrik.
Para pengikut Kyai Modjo ini semuanya pria, mereka lalu dibawa dan diasingkan ke tanah Malesung (sekarang Minahasa).
Oleh Belanda, para pria ini tidak diperkanankan membawa istri.
Sesampainya di Tondano, para pengikut Kyai Modjo ini beradaptasi dengan baik lewat pergaulan dengan penduduk setempat.
Walhasil lambat laun, mereka pun kemudian bisa diterima meminang dan menikahi wanita penduduk asli Minahasa, terutama di Tondano dan Tonsea Lama.
Terbentuknya Komunitas Jawa Tondano atau Jaton
Terbentuknya komunitas atau orang Jawa Tondano berawal dari seorang pemuda bernama Tumenggung Zees, yang di usia 20 tahun kawin dengan Wurenga anak gadis Walak Tonse Lama, Rumbayan.
Disusul kemudian oleh anak dari Kyai Modjo yakni Gazali Modjo yang kawin dengan Ingkingan Tombokan anak dari Walak Tondano Tombokan.
Selanjutnya, Haji Ngiso atai Wiso Pulukadang, Komandan Pasukan dan Penasehat Pangeran Diponegoro kawin dengan anak Opo Pakasi Warouw Walak Kakas.
Sementara Asnawi Tumenggung Reksonegoro Pulukadang menikah dengan Wuring Tumbelaka anak Walak Amurang.
Haji Tayeb menikah dengan Rea Wenas dari Tonsea Lama (asal Tomohon).
Ali Imran (Masloman) menikah dengan Yehia Ratulangi asal Paleloan Urongo Tondano.
Di tahun 1831, dicatat kurang lebih 50 50 orang pengikut Kyai Modjo telah kawin dengan gadis asli Minahasa dan mereka semua masuk Islam mengikuti suami.
Dari pernikahan inilah hingga menurunkan generasi yang dinamakan Jawa Tondano yang beragama Islam dan mewarisi paduan budaya Jawa dan Minahasa dengan keunikannya tersendiri.
Semarak Ketupat di Pasar Tua Bitung Sulawesi Utara, Ada Lomba Tradisional |
![]() |
---|
Remaja Masjid At Taqwa Pasar Tua Bitung Sulut Gelar Lebaran Ketupat: Datang Lapar Pulang Kenyang |
![]() |
---|
Perayaan Ketupat di Buyat Boltim Meriah, Warga dari Pelosok Sulawesi Utara tak Mau Ketinggalan |
![]() |
---|
Desa Buyat Boltim Gelar Hari Raya Ketupat, Jalan Sulawesi Utara Terpantau Macet |
![]() |
---|
Pupuk Toleransi, Umat Kristen di Manado Sulawesi Utara Ikut Merayakan Hari Ketupat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.