Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Lebaran Ketupat

Sejarah Kampung Jawa Tondano Minahasa, Tempat Muasal Tradisi Lebaran Ketupat di Sulawesi Utara

Suasana harmoni dan penuh toleransi, terpampang jelas dengan banyaknya warga non Muslim yang datang bersilaturahmi ke rumah-rumah warga Jaton.

|
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Rizali Posumah
Masjid Agung Al-Falah Kyai Modjo, Kampung Jawa Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu (17/4/2024). 

Puasa Syawal dilakoni sejak 2 Syawal, selama enam hari dan puncaknya Lebaran Ketupat.

Di sebut Lebaran Ketupat, karena mereka yang merayakan menjadikan ketupat sebagai sajian. 

Kulit ketupat adalah anyaman janur. Bentuk yang populer saat ini prisma empat dimensi. 

Sebenarnya ketupat itu ada yang bentuknya mirip bawang. Dulu, menganyam ketupat dilombakan/

Ketupat dua macam, isinya beras atau ketan. Ketupat dimasak dalam santan berbumbu. 

Ketupat biasa disajikan dengan aneka lauk. Baik menu asli Jawa maupun Minahasa.

Sejarah Kampung Jawa Tondano

Sejarah Kampung Jawa Tondano di Minahasa tidak bisa dilepaskan dari sejarah Perang Jawa pada tahun 1825-1830.

Karena awal mula terbentuknya Komunitas Jawa Tondano adalah kedatangan para pengikut Kyai Modjo atau Kyai Muslim Muhammad Khalifah dan Pangeran Diponegoro yang diasingkan Belanda ke Tondano. 

Kyai Modjo merupaka seorang ulama terkenal di Jawa dan Panglima Perang Santri yang ditangkap Penjajah Belanda dalam Perang Jawa (1825-1830).

Dilahirkan pada tahun 1764 di Modjo Bojolali/Solo Jawa Tengah, Kyai Modjo bergabung dalam Perang Jawa atas permintaan Pangeran Diponegoro pada tahun 1825. 

Usia Kyai Modjo kala itu tak muda lagi, yakni 61 tahun. 

Oleh Pangeran Diponegoro, Kyai Modjo lantas diangkat sebagai Penasehat Agama dan Panglima Perang Santri. 

Peran pentingnya dalam Perang Jawa membuat dirinya menjadi salah satu target utama Belanda. 

Bagi Belanda Kyai Modjo adalah musuh yang ditakuti.

Kyai Modjo ditangkap tentara Belanda saat meninggalkan tempat perundingan dengan Belanda di Klaten Jawa Tengah bersama 500 pengikutnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved