Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Foto

Potret Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas Manado Sulawesi Utara

Monumen legenda Minahasa, Patung Toar Lumimuut, berdiri gagah di Pertigaan Jembatan Miangas, Manado, Sulawesi Utara.

Penulis: Alexander Pattyranie | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Alexander Pattyranie
Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024). 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah monumen legenda Minahasa, Patung Toar Lumimuut, berdiri gagah di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara.

Keberadaan patung ini mengingatkan akar budaya masyarakat Minahasa

Patung ini dibuat oleh seniman Noldy Kumaunang pada 1972.  

Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024).
Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024). (tribunmanado.co.id/Alexander Pattyranie)

Inisiatif pembangunan monumen ini dilakukan oleh Gubernur KDH Sulawesi Utara saat itu, Mayjen HV Worang.

Keterangan yang tertulis dalam monumen tersebut menyebut, bangsa atau etnik Minahasa dimulai dari kisah leluhur mereka yaitu Toar dan Lumimuut.

Dua orang ini bersama Karema menjadi leluhur orang Minahasa.

Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024).
Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024). (tribunmanado.co.id/Alexander Pattyranie)

Menurut legenda, para leluhur orang Minahasa ini berasal dari seberang utara lautan.

Setelah keduanya sudah dewasa untuk menikah, maka Karema menyuruh keduanya untuk berjalan berpisah berlainan arah.

Karema berpesan apabila keduanya menemukan seorang lawan jenis di tengah jalan, cocokkan tinggi tongkat keduanya, apabila kedua tongkat itu tidak sama, maka keduanya boleh menikah.

Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024).
Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024). (tribunmanado.co.id/Alexander Pattyranie)

Singkat cerita keduanya bertemu kembali dan mencocokkan kedua tongkat mereka yang tidak sama tingginya, sehingga mereka akhirnya menikah.

Versi lainnya menyebutkan bahwa Lumimuut dan Toar diasuh oleh seorang perempuan tua yang bernama Karema.

Sesudah keduanya dewasa untuk berkeluarga, keduanya disuruh berjalan berpisah oleh Karema dengan jurusan bertentangan arah.

Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024).
Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024). (tribunmanado.co.id/Alexander Pattyranie)

Karema berpesan apabila keduanya bertemu dengan orang lain yang berlainan jenis agar mencocokkan tongkat yang dibawanya apakah sama panjang, apabila tidak sama maka keduanya diperbolehkan menikah.

Keduanya dibekali dengan tongkat yang terbuat dari batang tuis.

Dalam perjalanan mengembara, keduanya akhirnya bertemu dan mencocokkan tongkat mereka.

Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024).
Monumen Toar Lumimuut di Pertigaan Jembatan Miangas, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (14/4/2024). (tribunmanado.co.id/Alexander Pattyranie)

Ternyata tinggi kedua tongkat itu tidak sama karena tinggi tongkat Lumimuut lebih rendah daripada tongkat Toar.

Akhirnya keduanya menikah dan mendapat banyak anak yang menjadi cikal bakal bangsa Minahasa.

Diceritakan, pada mulanya keluarga Toar Lumimuut tinggal di kompleks pegunungan Wulur Mahatus (di Minahasa bagian selatan), yaitu bukit Watu Nietakan.

Di puncak bukit ini terdapat sebuah batu bernama Watu Rerumeran/Lisung Watu.

Letak dari batu ini berada di sisi barat daya Tompaso Baru.

Diperkirakan keturunan Toar Lumimuut tinggal di sekitar Mahwatu/Batu Nietakan atau yang dahulu disebut Mahwatu Munte Popontolen selama empat generasi.

Sedangkan Minahasa pada masa itu masih disebut sebagai Malesung. (Alp)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved