Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hikmah Ramadhan

Ramadhan : Meningkatkan Kualitas Sabar

Solusi terbaik al-Qur’an bagi mereka yang menemui masalah dan kendala adalah meminta pertolongan kepada sabar dan shalat.

Kolase/tribunmanado.co.id/HO
Direktur Pascasarjana IAIN Manado, Yusno Abdullah Otta. 

Ayat ini sejalan dengan hadits Nabi Saw yang menjelaskan bagaimana derajat pahala yang diberikan kepada orang-orang yang sabar.

“Sesungguhnya sabar terhadap musibah ditulis tiga ratus derajat bagi seorang hamba, sabar dalam ketaatan ditulis enam ratus derajat bagi seorang hamba, dan sabar untuk tidak melakukan maksiat ditulis sembilan ratus derajat bagi seorang hamba” (Diriwayatkan, Ibnu Abu Dunya dan Ibn Jarir al-Thabari).

Dalam hadits lain, Nabi saw juga bersabda: “sabar itu ada empat, yakni sabar dalam menjalankan kewajiban, sabar ketika ditimpa musibah, sabar atas gangguan orang lain, dan sabar dalam kefakiran.

Sabar dalam ketaatan adalah taufik dari Allah, sabar ketika menghadapi musibah berpahala, sabar ketiga diganggu orang adalah cinta dan sabar dalam kefakiran adalah ridha Allah”.

Karenanya, bulan Ramadhan merupakan momentum terbaik bagi setiap Mukmin untuk melatih kesabarannya, sebab selama sebulan diwajibkan atas mereka berpuasa.

Sepanjang siang hari puasa, sudah barang tentu tidak akan melakukan segala tindakan yang bisa membatalkan ibadah puasanya, seperti tidak akan mengambil barang milik orang lain, baik secara sembunyi maupun terang-terangan; meskipun barang tersebut tidak terjaga.

Kondisi demikian, sejatinya, merupakan latihan bagi setiap Mukmin meningkatkan kualitas kesabarannya, karena menahan dirinya untuk tidak mengambil barang milik orang lain.

Puasa juga melatih kesabaran untuk menahan makan dan minum sampai datang waktu berbuka, meskipun makanan dan minuman tersaji dan tersedia di sekitarnya.

Seorang yang berpuasa tidak akan pernah memakan dan meminum makanan dan minuman tersebut meskipun dia dalam keadaan lapar dan haus.

Sabar seperti demikian adalah deskripsi dari dua bentuk kesabaran: menjalankan perintah agama dan menjauhi maksiat.

Betapa sulitnya untuk bisa bersikap sabar secara konsisten dan istiqamah, maka ada seorang pujangga menciptakan kata-kata bijak,

“Wahai orang-orang sabar, bersabarlah dalam kesabaranmu.”

Ungkapan ini menunjukkan bahwa untuk bisa bersikap sabar sejatinya diperlukan juga kesabaran yang tinggi, karenanya sabar itu tidak ada batasnya, jika sabar seseorang berbatas, maka secara hakikat dia belum bersabar. yao. (*)

Sumber: Tribun Manado
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved