Hikmah Ramadhan
Ramadhan, Konsumsi dan Etika Ekologis
Ramadhan yang merupakan sarana pengendalian hawa nafsu, akan tetapi beriringan dengan tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat tajam.
Oleh:
Abdul Muis Daeng Pawero, M.Pd
Kaprodi Manajemen Pendidikan Islam, FTIK IAIN Manado
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tanggal 11 Maret adalah hari pertama Ramadhan, saya dan istri mengunjungi pasar untuk mencari kebutuhan pokok.
Sebagaimana di hari-hari biasa, Kami bermaksud membeli gula, telur dan daging ayam untuk kebutuhan pokok, khususnya kedua anak kami yang doyan makan sup daging ayam. Hasilnya nihil.
Di awal Ramadhan, harga kebutuhan pokok yang meningkat tajam bahkan mengalami kelangkaan.
Sebagaimana lumrahnya hari pertama Ramadhan, masyarakat melakukan penyambutan dengan cara yang beragam.
Penyambutan yang umum dilakukan adalah mempersiapkan makanan terbaik untuk menyambut Ramadhan.
Bahkan beberapa kelompok masyarakat meyakini seolah tidak afdhol Puasa Ramadhan hari pertama, kalau tidak ada makanan yang lengkap.
Itulah sebabnya harga kebutuhan pokok khususnya daging, gula, telur, daging ayam, beras dan lain-lain meningkat drastis di hari-hari menjelang Ramadhan.
Maka menurut penulis, ini merupakan peristiwa kontras yang "unik".
Ramadhan yang merupakan sarana pengendalian hawa nafsu, akan tetapi beriringan dengan tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat tajam.
Tentu menyambut ramadhan dengan antusias merupakan perkara lumrah, bahkan bergembira dalam menyambut Ramadhan sangat dianjurkan oleh baginda Rasulullah SAW.
Akan tetapi, dalam kaitannya dengan bulan Ramadhan sebagai latihan (tirakat) untuk mengendalikan hawa nafsu, adalah kurang tepat jika ramadhan hanya dijadikan sebagai aktivitas untuk menukar waktu konsumsi, bahkan dengan cara berlebihan; puasa yang dijalankan siang hari, diganti dengan konsumsi yang berlebihan di malam hari.
Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat yang dibuktikan dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, menunjukkan sebagian masyarakat yang justru meningkat pola konsumsinya di Bulan Ramadhan.
Sisi lain peningkatan Konsumsi
Dengan adanya peningkatan konsumsi, maka dengan demikian meningkat pula produksi sampah, baik sampah yang dihasilkan restoran maupun pusat-pusat kuliner, (apalagi ketika restoran dan pusat kuliner tersebut selalu melayani reservasi buka puasa bersama), maupun sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga yang konsumsi rumah tangganya meningkat tajam di bulan ramadhan.
Makanan yang disajikan tentu ada konsekuensi produksi sampah, misalnya bungkus plastik yang tidak bisa terurai.
Produksi sampah tersebut semakin nampak ketika sebagian orang yang masih membuang sampah secara sembarangan.
Selain mengendalikan hawa nafsu, Ramadhan juga sebagai "madrasah" untuk melatih diri menjadi pribadi yang bermanfaat bagi yang lain.
Menjadi pribadi yang bermanfaat dalam hal ini memiliki pengertian universal. Ia tidak hanya berarti membantu sesama manusia seperti fakir miskin, anak terlantar dan sebagainya.
Akan tetapi, selain membantu sesama manusia, pengertian "bermanfaat" tersebut juga berarti bermanfaat bagi lingkungan tempat dia tinggal.
Dengan demikian, bulan Ramadhan juga melatih diri untuk menjaga lingkungan tempat dia hidup agar tetap selalu terjaga kebersihan dan keasriannya.
Menjaga lingkungan yang tetap bersih memungkinkan manusia yang tinggal di dalamnya merasakan kenyamanan dan terhindar dari resiko penyakit.
Dengan demikian, menjaga lingkungan juga secara tidak langsung, sama dengan menjaga manusia itu sendiri.
Ramadhan dan Etika Ekologis
Saat seorang hamba menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan telah mengambil pelajaran di dalamnya, maka hamba tersebut akan memiliki ciri kepribadian mengasihi sesama.
Sebagaimana telah dijelaskan, sikap mengasihi juga memiliki makna universal.
Ia bukan hanya bermakna mengasihi sesama manusia, akan tetapi juga mengasihi makhluk hidup lainnya, termasuk alam sekitar.
Hal ini karena hamba tersebut sadar betul bahwa alam sekitar juga merupakan makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang harus di jaga kelestariannya.
Dalam teori antroposentris, lingkungan hidup serta segala makhluk yang tinggal di dalamnya, perlu dijaga kelestariannya untuk dapat memberi manfaat ekonomi bagi manusia.
Misalnya memelihara pohon agar kelak dapat ditebang dan dijadikan ladang bisnis, atau merekayasa hutan agar dapat menghasilkan sumber air yang dapat dikomersialkan.
Dalam pandangan antroposentris, di mana manusia sebagai spesies yang superior, maka membuang limbah ke sungai, laut, menebang pohon, merusak hutan dan seterusnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, adalah perkara lumrah selama tidak ada manusia tertentu yang terkena dampak negatif nya.
Hal tersebut karena lingkungan sekitar dianggap objek mekanik belaka yang dapat diperlakukan sesuka hati oleh manusia sebagai spesies yang lebih superior dibanding makhluk lainnya.
Bagi seorang hamba yang telah menjalankan puasa Ramadhan dan mengambil pelajaran di dalamnya, maka dia akan memiliki cara pandang yang lebih ekologis terhadap lingkungan hidup.
Ia tidak memandang lingkungan hidup secara mekanistis, yang hanya dilihat sebagai objek yang dapat dimanipulasi untuk kepentingan ekonomi, atau memandang alam sekitar sebagai "benda mati"
Sebagai seorang hamba, ia dengan sadar berada di posisi, cara pandang serta sikap yang menegaskan "hak bumi" untuk tetap eksis dan berkembang dalam keadaannya yang alamiah.
Dalam konteks ini, ia terutama ingin membangkitkan sikap hormat manusia terhadap makhluk lainnya sebagai sesama anggota komunitas biotis.
Oleh karena itu, pandangan seorang hamba Allah SWT terkait larangan membuang limbah di sungai, bukan sekedar untuk kepentingan manusia agar dapat memperoleh akses air bersih dan terhindar dari sumber penyakit, melainkan lebih dari itu, untuk menjamin dan memastikan agar kehidupan biota sungai dan laut serta komunitas ekologis yang tinggal di dalamnya, dapat hidup sebagaimana mestinya.
Dengan demikian, seorang hamba yang telah terlatih di bulan Ramadhan dapat memancarkan nurani ekologis, dan ini pada gilirannya mencerminkan keyakinan moral akan adanya tanggung jawab individu terhadap kelestarian lingkungan, yang pada akhirnya berperan dalam menjamin kesehatan bumi secara keseluruhan. (Wallahu a'lam)
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.