Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sitaro Sulawesi Utara

Musim Penghujan, Tiga Sungai yang Berhulu di Gunung Karangetang di Sitaro Rawan Banjir Lahar Hujan

Setiap kali hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, kawasan tersebut langsung dipenuhi bebatuan dan pasir bercampur lumpur.

Penulis: Octavian Hermanses | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Octavian Hermanses
Kondisi terkini di kawasan Batuawang Kelurahan Bebali. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Kawasan Batuawang di Kelurahan Bebali Kecamatan Siau Timur, Sitaro, Sulawesi Utara, kerap diterjang banjir lahar hujan yang membawa material vulkanik dari Gunung Karangetang.

Setiap kali hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, kawasan tersebut langsung dipenuhi bebatuan dan pasir bercampur lumpur yang terbawa arus air.

Selain Batuawang, terdapat dua sungai lain, yakni Sungai Timbelang di Kampung Lehi Kecamatan Siau Barat serta Sungai Nanitu di perbatasan Kampung Kinali-Kampung Mini Kecamatan Siau Barat Utara yang menjadi langganan banjir lahar hujan.

Ketiga sungai itu merupakan kali kering yang berhulu dari Gunung Karangetang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).

Dari ketiga sungai yang rawan dengan terjangan banjir lahar dingin, Sungai Batuawang di Kelurahan Bebali menjadi yang paling sering dipenuhi material vulkanik dari Karangetang.

Kondisi ini kerap dikaitkan dengan arah guguran lava yang meluncur dari puncak gunung berketinggian 1784 mdpl itu.

Dimana saat ini, luncuran guguran lava lebih dominan mengarah ke Kali Batuawang dan Kali Kahetang di Kecamatan Siau Timur.

Bupati Sitaro Evangelian Sasingen mengakui jika Sungai Batuawang dan beberapa sungai lainnya menjadi kawasan rawan bencana, termasuk banjir lahar dingin.

"Batuawang ini memang dari dulu sudah menjadi aliran lava maupun banjir lahar hujan," kata Sasingen saat meninjau kawasan Batuawang di Kelurahan Bebali, Rabu (5/7/2023)

Karena menjadi kawasan aliran lava maupun material vulkanik banjir lahar hujan maka lokasi tersebut dibangun jembatan penghubung oleh pemerintah.

"Dari pemerintahan yang lalu sudah dibangun jembatan yang lumayan tinggi, tetap berangsur-angsur tertimbun," ungkap Sasingen.

"Dan sudah dua bulan terakhir ini, setiap musim penghujan selalu banjir. Karena aktivitas gunung juga sehingga materialnya tertimbun di atas. Ketika hujan langsung terbawa banjir," jelas bupati.

Sementara itu, berdasarkan catatan tribunmanado.co.id, tiga sungai yang rawan banjir lahar hujan ini sudah beberapa kali dipenuhi material vulkanik.

Bahkan diawal bulan Juni lalu, ruas jalan di tiga titik sungai tersebut sempat terputus akibat material vulkanik yang memenui  adan jalan.

Atas kejadian-kejadian ini, pemerintah daerah didesak untuk mengambil langkah dengan menyiapkan program jangka panjang guna meminimalisir dampak dari terjangan banjir lahar hujan di tiga lokasi tersebut.

"Apalagi di kawasan batuawang yang menjadi salah satu akses utama penghubung Kota Ulu dan Kota Ondong. 

Itu harus dibuatkan jembatan atau semacam jalan layang," harap Novri, warga Kelurahan Tarorane. (HER)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved