Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Kaleidoskop Sejarah Masuknya Injil di Tanah Minahasa Serta Peran Ridel dan Schwarz di Balik Layar

Perayaan HUT ke 192 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen tahun 2023 ini digelar di Stadion Maesa, Sasaran, Tondano, Minahasa.

Penulis: Mejer Lumantow | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Mejer Lumantow
Sejarah perjalanan sosok Ridel dan Schwarz yang diabadikan lewat Monumen patung raksasa Schwarz yang dibangun di Pusat Kota Langowan, Minahasa, Sulut. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Hari ini tanggal 12 Juni 2023, warga Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) memperingati Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen ke 192. 

Perayaan HUT ke 192 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen tahun 2023 ini digelar di Stadion Maesa, Sasaran, Tondano, Minahasa.

Ribuan warga GMIM memadati Stadion Maesa, dalam Ibadah puncak perayaan dan peringatan HUT ke 192 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di Tanah Minahasa.

Seperti diketahui, Gereja Masehi Injili di Minahasa lahir dalam proses sejarah yang panjang. 

Tanggal 12 Juni 1831 oleh warga gereja protestan di Minahasa, khususnya umat Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dirayakan sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen. 

Di tanggal tersebut, 2 orang penginjil yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gttlieb Schwarz menginjakan kaki di tanah Minahasa tepatnya di Manado, sebagai bagian dari wilayah adat Minahasa untuk memulai tugas penginjilan secara berkelanjutan. 

Dua penginjil ini mengabdikan hidupnya untuk pekabaran injil di tanah Minahasa, hingga meninggal dunia dan dikebumikan di Minahasa.

Menurut Pendeta Riedel Gosal, MTh yang juga Penulis adalah dosen historika Fakultas Teologi UKIT, Eksistensi GMIM sebelum peran strategis dari Ridel dan Schwarz, berawal dari perjumpaan masyarakat Minahasa dengan dunia Barat dari kedatangan dua bangsa yang ingin membangun hubungan perdagangan dengan orang Minahasa yaitu Portugis dan Spanyol.

Ia menuturkan, Pada tahun 1563 Portugis ke Manado sebagai armada tandingan ekspedisi Sultan Hairun dari Ternate yang ingin menguasai daerah Manado

Pendaratan dilakukan dengan menggunakan perahu kora-kora. Dalam rombongan itu ikut serta Diego de Magelhaes, ia seorang Pastor. Pada perjalanan ini Diego de Magelhaes membaptis raja Manado dan 1500 rakyatnya. 

"Selama dua puluh bulan ia  tinggal dan mengajar di tengah masyarakat Minahasa. Saat itulah Kekeristenan mulai dikenal di Minahasa.

Keadaan ini berhenti akibat perlawanan orang Minahasa yang kuat, beberapa paderi menjadi korban dalam perlawanan tersebut," jelas Gosal.

Tahun 1606 ketika Spanyol menguasai Maluku Utara.

Keadaan ini memberi kesempatan lagi bagi misi untuk memulai lagi pekabaran injil di Manado, tetapi kematian beberapa misionaris yang disebabkan karena kecelakaan dalam perjalanan laut, mati syahid, dan sakit, peperangan dengan orang Minahasa menghalangi pekerjaan misi.  

"Akhirnya Spanyol meninggalkan Minahasa 1645, kondisi ini mengakhiri misi Katolik di Minahasa," ujar Gosal.

Lanjutnya, setelah itu, masuklah Pekabaran Injil Masa VOC Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau Serikat Dagang Hindia Timur (1602) menggantikan kekuasaan Spanyol dan Portugis di Minahasa. 

Kehadiran para pendeta Protestan mendapat dukungan penuh dari VOC. Tahun 1663 seorang pendeta Protestan bernama Yohanes Burum datang ke Minahasa, ia melakukan pembaptisan pada anak-anak dan orang dewasa. 

Ia adalah pendeta Protestan pertama yang datang berkunjung di Manado, Ia digantikan oleh Pdt. Sebelius yang memulai pekerjaannya di Ternate sejak tahun 1664.

Tahun 1675 Pdt. Jacobus Montanus yang sedang mengadakan perjalanan menuju ke daerah Taruna mampir ke Manado

"Ia prihatian terhadap orang Kristen yang masih dipengaruhi oleh kebiasaan lama penduduk.

Umunya metode yang dipakai adalah belajar di rumah atau pondok sederhana, diajar membaca dan menghafal pokok iman Kristen, khotbah dalam bahasa Melayu, layanan baptisan dan perjamuan yang terbatas," tutur Gosal.

Lanjutnya, Selama VOC berada di Minahasa jumlah penganut agama Kristen bertambah sekalipun pemeliharaan terhadap jemaat kurang diperhatikan.

VOC mengijinkan para pendeta Protestan untuk melayani pegawai VOC dan penduduk pribumi yang dapat dijangkau dalam perkunjungan bersama dengan pemerintah masa itu. 

Bangkrutnya VOC, menyebabkan VOC menyerahkan wilayah perdagangannya kepada pemerintah Belanda tanggal 27 Desember 1799. Terjadi kekosongan kehadiran Pekabar injil di Minahasa antara tahun 1800-1817.

"Dipihak lain, ini mendorong guru-guru pribumi giat mengabarkan Injil dan mengajar penduduk yang telah menjadi Kristen. Mereka berkeliling ke desa-desa dengan menggunakan alat transportasi sederhana roda (gerobak), sepeda bahkan jalan kaki," jelas Gosal.

Setelah itu, masuklah Pekabaran Injil Masa Nederlands Zendeling Genosotschap (NZG) Abad  19.

"Di sini semangat Pietisme yang menggelora di Eropa termasuk Belanda mendorong lahirnya lembaga Pekabaran Injil NZG (Nederlands Zendeling Genoostschap) atau perkumpulan pekabar injil Belanda tahun 1798. NZG mempunyai jasa  yang besar dalam pekabaran Injil di tanah Minahasa," terang Gosal.

Itu, kata dia, berawal dari kunjungan sang rasul Maluku Yosef Kam tahun 1817 dan Ds Lenting 1818 Keduanya berpikiran sama bahwa Minahasa adalah ladang yang perlu mendapat perhatian. 

Pdt Jungmichel diutus untuk memberi perhatian pada jemaat di Minahasa.

Sesudah Pdt. Jungmichel kemudian dua pekabar injil yaitu Pdt. L. Lammers dan Pdt. D. Muller. Mereka tiba di Minahasa pada tanggal 3 Juni 1822. 

Gerrit Jan Hellendorn menggantikan  Pdt. D. Lamers dan Pdt. D. Mullers. 

Ia tiba di Manado pada tanggal 7 Januari 1827 dan diangkat sebagai pendeta pemerintah atau predikant. Ia mendirikan beberapa sekolah bagi penduduk pribumi di pedalaman Minahasa, diantaranya daerah Tondano. 

Pada masanya terdapat 5000 orang penduduk yang telah menganut agama Kristen dan 70.000 penduduk yang belum menganut agama Kristen. 

"Perhatiannya yang sungguh-sungguh terhadap pekabaran Injil dan pendidikan membuat Hellendoorn dikenal sebagai peletak dasar kekristenan di Minahasa," sebut Gosal.

Saat itu, Hellendoorn meminta bantuan tenaga kepada NZG. NZG mengirim dua tenaga untuk memperkuat perkerjaan pekabaran Injil di Minahasa. 

"Nah, Dua tenaga yang dikirim adalah Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz. Mereka tiba di Minahasa pada tanggal 12 Juni 1831. Keduanya bekerja di daerah Tondano dan Langowan serta daerah sekitarnya," ungkap Gosal.

Kehadiran kedua zendeling ini menandai babak baru dalam pekabaran injil di Minahasa. Pdt. Dr. A.F Parengkuan membagi kedatangan para zendeling sesudah Riedel dan Schwarz dalam 4 Gelombang. 

Gelombang pertama adalah pada tahun 1831 ketika Riedel dan Schwarz datang ke Minahasa. Mereka bekerja di Tondano dan Langowan. 

Gelombang kedua datang pada tahun 1836-1838. Mereka yang datang pada masa ini, Herman yang bekerja di Amurang  dan Mattern di Tomohon. 

Gelombang ketiga kira-kira tahun 1848-1849 ketika Hartig, Bossert, dan Ulfers datang dan bekerja di Kema, Tanawangko dan Kumelembuai.

Gelombang keempat, dapat disebut sebagai generasi kedua, terjadi pada tahun-tahun 1861-1864 ketika J.A.T.Schwarz anak dari J.G.Schwarz bekerja di Sonder dan sekitarnya.

"Pada masa ini Minahasa mengalami perkembangan yang luar biasa dalam pekabaran injil.

Banyak pertobatan dari agama suku menjadi Kristen, sekolah-sekolah berbasis gereja didirikan, dan rumah sakit, literasi, penerjemahan ke bahasa lokal, dan metode Pekabaran Injil semakin meningkat sehingga berita Injil semakin meluas di tanah Minahasa," papar Gosal.

Riedel dan Penginjilan di Tondano

Riedel lahir di Erfurt Jerman 1798, mulanya sebagai tukang jahit. Pada tahun  1822 (umur 23 tahun) mulai bergabung dengan Zending.

Setelah dididik di Jaenicke, berangkat ke tanah Hindia Belanda (23 Nopember 1829).

Pada 12 Juni 1831 melalui Ambon tiba di Kema lalu ke Manado dan belajar bahasa makatana (bahasa lokal Minahasa) beberapa bulan di Manado dibimbing oleh pendeta Hellendoorn (HB Palar, Wajah Baru Minahasa, Gibbon Foundation).

Riedel mulai menetap di Tondano pada tanggal 14 Oktober 1831. Ketika Riedel datang di Tondano, sudah ada sekitar 100 orang yang mengenal kekristenan. 

Pendeta Jan Geritt Hellendoorn memperkenalkan jemaat itu kepada Riedel.

Mungkin jemaat itu pernah dilayani oleh pendeta-pendeta VOC, yang masuk Minahasa dengan mengambil jalur perjalanan melalui pantai Kora Kora, tetapi dapat juga dianggap sebagai buah-buah pekerjaan pelayanan Injil dari Hellendoorn, yang disebut sebagai "peletak dasar kekristenan di Minahasa".

Sementara, Schwarz menjadi satu di antara sosok yang juga berperan dalam pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di di tanah Toar Lumimuut .

Bersama Schwarz, ada lagi sosoki Johann Friedrich Riedel. Pada 12 Juni 1831 kedua warga Jerman itu tiba di Minahasa.

Riedel tiba dan menetap di Tondano pada tanggal 14 Oktober 1831. Sedangkan Schwarz ke Langowan.

Schwarz menghadapi tantangan saat mengabarkan injil di Langowan dan sekitarnya.

Semisal pengaruh para Walian, pemimpin suku Minahasa yang pengaruhnya kuat dalam masyarakat.

Namun, kehadiran sekolah yang menjadi sarana pembelajaran kekristenan membantu orang Langowan dan sekitarnya menerima pekabaran Injil. 

Hal ini nyata sesudah tiga tahun pelayanan Schwarz ada empat orang dibaptis, sesudah sembilan tahun bertambah menjadi 300 orang dan lebih dari 1.800 orang sesudah 12 tahun.

Oleh karena itu, Langowan menjadi tempat di mana tubuh Schwarz disatukan dengan tanah. Schwarz yang lahir di Jerman 21 April tahun 1800, meninggal di Langowan pada 1 Februari 1959. 

Makamnya kini terletak di Desa Wolaang, tepat bersebelahan dengan lapangan Schwarz Langowan.

Demikian sejarah perjalanan sosok Ridel dan Schwarz yang diabadikan lewat Monumen patung raksasa Schwarz yang dibangun di Pusat Kota Langowan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Hingga kini, Monumen dan Gereja Sentrum di Langowan saat ini menjadi tempat bersejarah dan nilai kekristenan, bagaimana Injil masuk ke tanah Minahasa. (Mjr)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved