Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Info Kesehatan

Asupan Gizi Minim, Gaya Hidup hingga Kebiasaan Makan yang Keliru Jadi Pemicu Kasus Stunting

Meski terjadi penurunan tingkat kemiskinan, kenyataannya problem gizi dan kesehatan anak masih terus bermunculan.

Humas Pemkot Banjarmasin via Kompas.com.
Asupan Gizi Minim, Gaya Hidup hingga Kebiasaan Makan yang Keliru Jadi Pemicu Kasus Stunting 

“Rata-rata yang kami temui adalah pengasuhan anak itu diturunkan. Jadi ibu-ibu muda saat ini, melakukan pengasuhan anak bedasarkan apa yang dilakukan orang tuanya dulu. Jadi, meskipun mereka rajin ke Posyandu, diedukasi oleh kader tentang apa yang baik dan tidak baik untuk anak, tapi begitu kembali ke rumah, pengetahuan tersebut diabaikan,” kata Yuli.

Diantara temuan-temuan kebiasaan yang salah yang masih dilakukan orangtua dalam praktik pengasuhan anak adalah kebiasaan kosumsi susu.

“Kita tahu susu baik untuk anak karena mengandung protein hewani yang dibutuhkan oleh anak namun banyak yang tidak paham mengenai ini. Jadi masyarakat hanya beranggapan minum susu itu penting, tapi tidak paham yang mengakibatkan banyak yang memberikan anaknya kental manis, yang penting anaknya minum susu,” jelas Yuli.

Vina (28) salah satu ibu muda yang ditemui Yuli mengaku anaknya yang berusia 1 tahun 9 bulan ini baru saja keluar dari ruang perawatan intensif (NICU) di rumah sakit.

Ia mengaku baru saja dimarahi dokter di rumah sakit karena memberikan kental manis untuk minuman susu anaknya.

Kasi Kesra Kelurahan Kedaung Kali Angke, Zakir menyatakan keprihatinannya dengan kasus-kasus gizi buruk yang dialami banyak balita di daerahnya.

Zakir menceritakan, dirinya banyak  melihat balita  yang kurang gizi karena orangtuanya tidak paham karena mengikuti bagaimana orang tua dulu mengasuh kita.

"Termasuk pemberian kental manis, dulu iklannya susu, sekarang sudah tidak ada iklannya tapi masih diberikan untuk anak,” kata Zakir.

Karena itu, guna mengatasi permasalahan gizi buruk dan tunting, ia bersama jajarannya melakukan berbagai upaya agar masyarakat lebih sadar bahaya gizi buruk.

“Yang paling efektif adalah kita optimalkan posyandu. Agar masyarakatnya pintar kader Posyandunya juga harus pintar, jadi kita fokus dulu ke pembenahan Posyandu dan pembekalan kader,” kata Zakir.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Baca berita lainnya di: Google News

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved