Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gunung Api Karangetang

26 Mei - 1 Juni 2023, Gunung Api Karangetang di Sitaro Sulawesi Utara Alami 657 Kali Gempa Guguran

Gunung Api Karangetang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Sulawesi Utara masih menunjukan aktivitas yang tinggi.

Penulis: Octavian Hermanses | Editor: Chintya Rantung
Octavian Hermanses/Tribun manado
Gunung Api Karangetang di Kabupaten Sitaro. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Gunung Api Karangetang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Sulawesi Utara masih menunjukan aktivitas yang tinggi.

Hingga kini, gunung berketinggian 1784 meter dari permukaan laut itu berada pada tingkat aktivitas level III siaga.

Dari evaluasi yang disampaikan Badan Geologi Kementerian ESDM, Gunung Karangetang telah mengalami 657 kali gempa guguran selang tanggal 26 Mei hingga 1 Juni 2023 lalu.

Jumlah ini diketahui mengalami penurunan dari hasil evaluasi sebelumnya periode 18-25 Mei 2023 yang yang mencapai 1.328 kali gempa guguran.

Selain itu, tercatat adanya tiga kali gempa hembusan, tiga kali gempa hybrit atau fase banyak dan 14 kali gempa tektonik jauh.

Berdasarkan evaluasi dimaksud, diketahui erupsi efusif Gunung Karangetang masih terjadi, dengan lava yang keluar dari bagian barat daya Kawah Utama mengarah ke Kali Batang, Kali Timbelang dan Beha Barat sejauh 1.200 meter.

Sedangkan ke arah selatan masuk ke Kali Batuawang dan Kali Kahetang dengan jarak luncur 1500 meter.

Meski erupsi efusif masih terus berlangsung, namun intersitasnya dikabarkan mulai berkurang sebagaimana data visual nampak adanya aliran lava yang mengarah ke Tenggara sejak 24 Mei 2023 yang berkurang.

Adapun aktivitas luncuran lava masih terkonsentrasi ke arah barat daya dan selatan dengan jarak luncur maksimum sekitar 1500 meter dari kawah utama.

Awan panas pada periode ini tidak terjadi, namun perlu diwaspadai kemungkinan awan panas guguran Gunung Karangetang terjadi ke arah selatan (Kali Kahetang dan Kali Batuawang).

Selanjutnya dari evaluasi yang ada diperlukan kewaspadaan terhadap awan panas guguran dimana kubah lava lama masih ada di puncak dan sewaktu-waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava.

Termasuk karakteristik awan panas guguran Gunung Karangetang terjadi dari penumpukan material lava yang longsor.

Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang, Yudia Tatipang membenarkan adanya evaluasi yang disampaikan pihak Badan Geologi.

Meski jumlah gempa guguran mengalami penurunan, namun Gunung Api Karangetang masih memberikan ancaman serius bagi warga.

"Masih mengancam. Makanya kami terus mengingatkan masyarakat untuk tidak beraktivitas di zona yang masuk radius berbahaya," kata Yudia, Kamis (8/6/2023).

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved