Catatan Wartawan
Aku Berkaca dalam Darah
Pengalaman ini diambil ketika wartawan Tribun Manado melihat turis Jerman di Manado. Cerita ini juga ada kaitannya dengan keagamaan.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Isvara Savitri
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Beberapa abad silam, orang Eropa membawa Injil ke Asia.
Kini, orang Asia yang menginjili orang Eropa.
Pada abad ke-18, Riedle dan Schwarz mengajarkan Injil kepada orang Minahasa di Sulawesi Utara.
Februari 2023, turis Jerman belajar Injil di Manado.
Jerman yang dulunya tempat kelahiran Reformasi Gereja, kini berubah menjadi kota yang dingin terhadap Kristen.
Orang Jerman banyak yang ateis.
Yang masih Kristen sudah dipengaruhi liberalisme dengan anggapan Yesus hanyalah seorang pemimpin manusia, sama sekali bukan Tuhan.
Kota Wittenberg tempat Marthen Luther memakukan 95 dalil, kini jadi kota yang lupa terhadap sejarah agung yang pernah terjadi di sana.
Data BPS, ada 88 turis Jerman yang masuk ke Manado sepanjang Februari 2023.
Data pada Maret dan April 2023 masih dihitung, tapi diyakini sama.
Bahkan bisa saja lebih banyak karena April adalah musim liburan.
Para turis tersebut disambut dengan pemandangan salib di seantero Manado.
Taman Paskah marak di Manado jelang Paskah, dipasang oleh gereja, pemerintah, dan Ormas.
Salah satu salib yang jadi perhatian turis berada di Tugu Peringatan Perang Dunia II di samping Gereja Sentrum di pusat Kota Manado.
Tugu itu memang masuk paket wisata.
Semua turis yang datang di Manado pasti dibawa ke tugu itu.
Salib di tubuh tugu itu membuat nuansa kesedihan kian menjadi-jadi.
Tugu tersebut punya makna melankolis sebagai simbol penyerahan arwah korban Perang Dunia II kepada Tuhan.
Sedang salib sesuai kepercayaan umat Kristen adalah simbol pengorbanan Tuhan yang menjadi manusia untuk menebus dosa manusia.
Tugu tersebut didirikan oleh Sekutu,arsiteknya seorang Belanda bernama Den Bosch.
Baca juga: 30 Ucapan Selamat Jumat Agung 2023, Sangat Menyentuh & Penuh Makna, Cocok untuk Status Media Sosial
Baca juga: Doa Syafaat Kristen saat Perayaan Paskah Jumat 7 April 2023
Tiap sisi bangunannya mengandung makna tentang jiwa para korban perang dunia dari Sekutu, Jepang, dan Indonesia.
Empat tiang penyangga dengan sebuah kubus persegi empat pada tugu menyimbolkan peti jenazah.
Isinya abu jenazah korban perang.
Pada bagian atas tugu terdapat kotak kubus yang dibentuk dari empat bola roda.
Ini simbol dari pemisah antara makhluk mulia manusia yang mengusung dan yang diusung.
Saat meliput di sana beberapa hari lalu, saya mendapati pemandangan ini.
Seorang bule Jerman menatap salib, kemudian tugu itu.
Tampak si bule berdoa sungguh-sungguh.
Ketika ia membuka mata, mata itu merah dan berair.
Saya coba membayangkan apa yang ada di pikiran si bule pria itu.

Mungkin ia biasa melihat salib di negaranya.
Tapi itu semua terasa biasa, tak menggugah lagi.
Salib itu hanya sebatas benda seni yang dibuat manusia tanpa imajinasi ilahi.
Tapi di Manado mungkin ia ketemu salib yang berbeda.
Salib ini mungkin hanya terbuat dari bambu dan fuya, tapi terasa yang ilahi hadir di sana.
Ia mungkin seorang yang tak beragama dan tahu bilamana bar yang ia masuki adalah bekas gereja yang ditutup karena sudah tak ada jemaat.
Dan ia tersentuh karena salib yang melekat di tugu itu berbicara tentang darah.
Darah anak domba Allah yang menebus korban perang, bukan hanya antara Jepang dan Sekutu, tapi juga Ukraina dan Rusia dan segala perang yang terjadi sepanjang abad.
Pada darah itulah ia berkaca.
Seperti puisi Chairil Anwar, "aku berkaca dalam darah".
Baca juga: Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya: Membangun Budaya Pembelajaran yang Berhasil
Baca juga: Kisah Anto Mantiri Bisa Bangun Rumah dan Beli Motor Cash, 10 Tahun Jadi Tukang Sol Sepatu di Sulut
Saya pernah meliput sebuah lomba paduan suara.
Seorang bule yang menyaksikan lomba itu menangis tersedu-sedu.
Bagi saya, anak muda yang menyanyikan koor adalah pemandangan biasa.
Tapi bagi si bule, itu hal luar biasa.
"Ini pemandangan yang menyentuh. Di negara saya, hanya orang tua yang pergi ke gereja. Tapi di sini, orang orang muda sangat aktif ke gereja dan menyanyi pula," kata bule Jerman ini.
Ada banyak teori tentang dunia.
Teori seorang pendeta menarik perhatian saya.
Eropa maju karena etika Protestan.
Tapi Eropa membuang Injil, maka Tuhan pun membuang Eropa.
Cina, meski dikuasai komunis, tapi orang Kristennya taat beribadah dan kuat dalam iman, meski dianiaya dan setiap hari ada pendeta yang disiksa komunis.

Maka, Tuhan memberkati Cina yang kini menuju negara nomor satu dunia.
Tuhan memberkati orang-orang yang berkaca dalam darah.
"Kulihat tubuh Tuhan mengucur darah, aku berkaca dalam darah".(*)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.