Digital Activity
Cerita Penulis Buku Gede Pangrango dan Salju Everest, Sania Rasyid: Menulis Harus Menjiwai
Sania Rasyid merupakan penulis buku Gede Pangrango dan Salju Everest. Buku tersebut berdasarkan pengalamannya yang dibalut dengan fiksi.
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Isvara Savitri
TRIBUNMANADO.CO.ID, MINUT - Sania Rasyid, penulis buku berjudul Gede Pangrango dan Salju Everest hadir dalam Podcast Tribun Manado, Senin (30/1/2023).
Kehadiran Sania Rasyid dalam Podcast dipandu oleh jurnalis Tribun Manado David Kusuma.
Sania dalam kesempatan tersebut menyampaikan, buku ini adalah yang kedua ia tulis.
Gunung Gede Pangrango merupakan sebuah gunung api bertipe stratovolcano yang berada di Pulau Jawa, Indonesia.
Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980.
Sedangkan Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia.
Punggung bukit menandakan perbatasan antara Nepal dan Tibet, puncaknya berada di Tibet.
Di Nepal, gunung ini disebut Sagarmatha dan dalam bahasa Tibet Chomolangma atau Qomolangma, dilafalkan dalam bahasa Tionghoa.
Berikut tanya jawab Jurnalis Tribun Manado, David Kusuma, dengan Sania Rasyid.
D: Kenapa suka menulis?
S: saya sejak SMA sudah tertarik dengan pendakian gunung.
D: Apa ini ceritanya kisah nyata?
S: Sebenarnya buku ini adalah catatan perjalanan saya selama pendakian gunung, tapi dibentuk dalam fiksi dan dibikin novel. Selain bercerita tentang pendakian gunung, tapi juga bagaimana persiapan dan tantangannya seperti apa.
D: Selain itu ada apa lagi?
S: Bukan hanya itu, tapi ada juga kisah cintanya, biar menarik.
D: Kenapa di Indonesia sering ke Gunung Gede ini?
S: Jadi Gede ini seperti rumah saya dan sudah sering ke sana, karena sejak SMP saya tinggal di daerah sana. Dengan begitu, ini salah satu gunung favorit saya.
D. Selain gunung itu sudah pernah ke gunung mana saja di Indonesia?
S: Saya sudah pernah ke Semeru, Merapi, dan masih banyak lagi.
D: Sekarang kesibukannya apa?
Baca juga: Bonus Atlet Porprov Bakal Diserahkan di HUT Kabupaten Sangihe
Baca juga: Bacaan Doa Islam Sebelum Tidur Lengkap dengan Posisi Tidur Rasullullah SAW
S: Saya ada pekerjaan tetap, tapi selain bekerja juga tetap menulis karena itu hobi saya.
D: Apa pernah terpikir akan menjadi penulis?
S: Awalnya tidak pernah terpikir akan menulis buku tentang pendakian, dan idenya hanya begitu saja di awal pandemi.
D: Berapa lama penulisan buku ini?
S: Penulisannya hanya sebulan sepuluh hari, dari April selesai Mei.
D: Apa hambatannya?
S: Kalau hambatan tidak ada, karena ini 90 persen pengalaman, jadi saya sudah tahu jalan ceritanya. Hanya sedikit di pemilihan judul.
D: Apa yang spesial dari gunung ini?
S: Setiap pendaki pasti ada gunung favoritnya, dan gunung ini favorit saya. Hati saya di situ.
D: Bisa cerita pengalaman sedikit saat pendakian, apa pernah tersesat?

S: Kalau di Indonesia, kebanyakan mistisnya, karena banyak hal-hal seperti itu yang terjadi, percaya atau tidak.
D: Bocoran sedikit bagaimana kisahnya dalam buku ini?
S: Cerita awalnya dari seorang anak SMA, ikut perkemahan pada Sabtu dan Minggu, sebagai anak pramuka saat itu. Lalu ke taman nasional, disana mulai tumbuh kecintaan untuk mendaki gunung hingga dewasa, dan bisa memimpin satu pendakian sampai luar negeri.
D: Setelah buku ini apa ada buku lagi?
S: Saya sebelum sampai Manado sudah juga menulis satu novel dan saya selesaikan itu hanya selama 23 hari.
D: Kalau di Sulawesi Utara, sudah pernah ke gunung mana saja?
S: Baru di Gunung Lokon Kota Tomohon.
D: Apa tips untuk cara penulisan?
S: Kalau saya ingin menulis, biasanya harus di kamar. Tidak boleh diganggu dan saya harus mendengarkan lagu.
D: Kenapa harus mendengar lagu?
Baca juga: Diresmikan Rinny Tamuntuan, IGD RS Pratama Liung Paduli Kepulauan Sangihe Siap Beroperasi
Baca juga: Jaksa Minta Hakim Tolak Pledoi Richard Eliezer: Peran Dominan Bharada E Tembak Brigadir J
S: Untuk menimbulkan satu mood, harus mendengarkan lagu. Supaya penjiwaannya terasa. Kalau mau menulis itu harus menjiwai apa yang ditulis.
D: Apa setelah menulis satu buku, langsung menulis buku lainnya?
S: Biasanya dari satu buku ke buku yang lain saya perlu jeda, karena harus keluar dari karakter dari buku yang satu. Kalau tidak ada jeda bisa saja karakternya sama di buku yang lain. Ibarat percintaan harus move on dulu.
D: Apa yang paling berkesan?
S: Kesannya lebih banyak terbawa perasaan, apalagi kisah cintanya. Kalau saya tulis nangis, saya nangis betul. Kalau tulisnya tertawa saya tertawa sendiri.
D: Kapan pertama buat buku?

S: Pertama buat di tahun 1998 saat itu saya SMA kelas 3.(*)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
2 Utusan Sulut ke Ajang Miss Teenager Indonesia 2025 Siap Bertarung di Jakarta |
![]() |
---|
Sentra Medika Hospital Pelopori Wisata Medis dan Budaya di Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Luwansa Hotel Manado Hadirkan Acara Menarik, Kitchen Takeover by Chef Mapex dan Bar Tab |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: Mangiring Sinaga Ingatkan Masyarakat Sulawesi Utara Bahaya Bekerja di Kamboja |
![]() |
---|
BPJS Kesehatan Online Dekatkan Layanan Kesehatan bagi Masyarakat Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.